2.31

442 59 32
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Kesadaran sedikit demi sedikit diraih meski mata terasa berat untuk terbuka. Bulu mata bergetar halus menandakan sang pemilik tengah mengumpulkan tenaga untuk bangun. Xiao Sa tidak lagi dapat bertahan pada kegelapan sunyi, mau tidak mau dia terpaksa harus membuka mata secara perlahan. Hal pertama yang masuk ke dalam netra adalah pemandangan di mana seorang lelaki tampan dengan ketampanan tak tertandingi sedang menatap lamat-lamat ke arahnya. Bibir lelaki itu tampak bergerak, kemudian sebuah suara berat berhasil membuat Xiao Sa mencapai titik kesadaran secara sempurna.

"Xiao Sa, bagian mana yang sakit?" Nada bicara Ye Mi terdengar sangat santai, seperti baru saja tidak ada sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Gelengan kepala dipertontonkan sebagai tanggapan. Meski Xiao Sa diserang rasa tidak nyaman di bagian kepala, dia tidak ingin mengatakan sebab tidak ingin merepotkan pihak lain. Dia sempat melupakan alasan yang mendasari dia jatuh pingsan. Cukup lama mereka terjebak
dalam keheningan mematikan, di antara keduanya tidak ada yang merasa keberatan, justru mendukung penuh keheningan yang menggerogoti suasana nyaman di sekitar.

Hingga pada akhirnya, ingatan itu kembali secepat cahaya. Memberikan sengatan keterkejutan dan menumbuhkan kembali getaran yang beberapa saat lalu menguasai diri Xiao Sa. Dia tidak bisa membiarkan getaran mengambil kendali pada tubuhnya jika tidak ingin pingsan lagi. Hal pertama yang harus dia lakukan adalah memasrahkan diri pada garis takdir yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Dia yakin Ye Mi tidak sekejam itu. Lelaki tampan itu memiliki sisi baik yang sialnya tertutupi oleh hawa jahat sehingga aura yang dirasakan cukup berbahaya. Tidak ada yang harus ditakutkan, yang harus dilakukan adalah bagaimana cara Xiao Sa memeluk erat paha Ye Mi untuk memicu kebaikan hati yang terpendam.

Xiao Sa yang semula menyangkal pertanyaan Ye Mi pun mulai bertingkah kesakitan. Kedua mata terpejam seiring ringisan pada wajah semakin menebal. Dia berpura-pura sakit sebab berpikir orang-orang cenderung bersikap baik kepada orang yang lemah. "Ahh …" desis Xiao Sa terdengar sangat lirih.

Ye Mi dengan cepat menopang tubuh Xiao Sa yang sedikit lagi akan limbung. Menyandarkan kepala lelaki manis itu di dada bidangnya. Rasa takut pada diri Xiao Sa dengan cepat terhempas, digantikan oleh kebahagiaan yang menghujani jiwanya. Dia memanfaatkan kesempatan untuk bersandar semakin nyaman di dada bidang yang sangat cocok untuk dijadikan tempat bersandar. Perlahan-lahan, Xiao Sa menggesek bagian rambut ke dada Ye Mi, bertingkah seperti anak kucing yang ingin dimanja.

Ye Mi menebak tindakan itu dilakukan untuk mengurangi rasa sakit di kepala sehingga dia segera meraba rambut Xiao Sa dan memberikan gosokan menenangkan. "Jika kamu merasa tidak enak badan, kita bisa menunda acara makan siang kali ini."

Kening Xiao Sa mengerut tajam seiring rasa heran menyerbu benak. "Makan siang? Apakah kita akan pergi makan siang?"

"Mn," Ye Mi mengangguk dengan mantap, "bukankah kamu sudah setuju untuk makan siang? Kamu bahkan tampak antusias saat menerima ajakanku."

Lelucon macam apa itu? Jadi, Ye Mi hanya mengajaknya makan siang? Bukankah Ye Mi mengajaknya berkencan?

Xiao Sa menjadi malu sendiri atas pemikiran tidak tahu diri miliknya. Jika saja Ye Mi mengetahuinya, dia tidak tahu harus menyembunyikan wajah di mana. Dia memukul kening begitu keras hingga meninggalkan jejak kemerahan. Menangis dalam hati sebab tidak mampu menampung kekonyolan jiwa yang semakin menjadi-jadi. Meski demikian, dia bukanlah orang yang patut disalahkan. Itu adalah salah Wang Yibo dan Xiao Zhan yang dengan tega menurunkan sifat tidak tahu malu kepadanya.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Where stories live. Discover now