2.18

299 48 44
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Suara lembut tiada henti mengalun indah, membuat Chen Yu masuk ke dalam gudang ingatan masa lalu bersama sang adik. Setiap hari mereka mendengarkan suara itu baik pagi, siang, sore, maupun malam. Rasanya benar-benar terdengar familier. Ada banyak kerinduan terbersit di hati Chen Yu akan sosok Xiao Sa yang selama 18 tahun telah menetap di sisinya. Suka dan duka mereka lalui bersama. Amarah juga dirasakan bersama ketika mendengarkan suara lembut dari sang ibu yang tengah digempur habis-habisan oleh sang ayah.

Chen Yu ingin bernostalgia, tetapi perasaan kesal lebih mendominasi. Sejak kepulangannya, Xiao Zhan telah dikurung di dalam kamar oleh Wang Yibo. Suara desahan tidak pernah berhenti menggema, bahkan berlanjut ketika fajar telah menyingsing. Mata Chen Yu tampak sangat bengkak dan memiliki lingkaran panda mengerikan. Kualitas tidur benar-benar buruk, bahkan dia sama sekali belum tertidur selama 24 jam penuh. Jika Xiao Sa berada di sana, menemaninya dalam duka akibat harus begadang, mungkin dia tidak akan terlihat semenyedihkan itu. Air mata menggenang di pelupuk mata, berharap waktu cepat berlalu. Dia ingin segera pergi ke luar negeri, menjenguk Xiao Sa sekaligus menyelamatkan kesehatan akal dan pikirannya.

Sebenarnya, Chen Yu telah membeli tiket pesawat untuk esok hari. Berpikir bahwa dia akan menghabiskan waktu satu hari untuk menemani sang ibu. Namun, ketika mengetahui Xiao Zhan telah digempur habis-habisan dan kemungkinan tidak mampu keluar dari kamar, dia memutuskan untuk membeli tiket baru yang akan terbang dua jam kemudian. Dia tidak masalah jika uang tabungan terbuang sia-sia sebab dia tidak lagi dapat menangani jeritan hati yang memaksa untuk segera melarikan diri.

Sesuai dugaan, ketika Chen Yu berpamitan, Xiao Zhan benar-benar menjadi bunga ranjang. Terus berbaring meski mata telah lama terbuka. Tenaga terkuras habis sehingga lelaki manis itu tidak sanggup melakukan apa pun selain berkedip.

"Mama," panggil Chen Yu dengan lembut dari ambang pintu.

Atensi Xiao Zhan segera berpusat kepada sang anak. Keterkejutan terbit di wajahnya ketika menangkap wajah mengerikan milik Chen Yu. Bibir ranum merasa gatal untuk tidak bertanya, "Apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat kelelahan."

Tentu saja aku begadang karena kemesuman kalian, jawab Chen Yu yang tidak mungkin disuarakan secara langsung. Dia pun mendekat ke arah Xiao Zhan sembari menyamarkan kekesalan yang sangat sulit untuk disamarkan. Meraih tangan sang ibu, menggenggam dengan erat sebelum melabuhkan kecupan singkat di sana. "Aku akan pergi hari ini."

Mata Xiao Zhan membulat sempurna, terkejut untuk yang kedua kalinya. "Bukankah seharusnya kamu pergi besok?"

Chen Yu menggeleng ringan. Lagi-lagi, dia ingin melampiaskan kekesalan, tetapi tidak berdaya untuk melakukan hal tersebut. Merasa tidak tega jika dia memprotes di saat sang ibu sedang kesakitan. Dia pun mulai mencari alasan yang masuk akal. "Aku ingin segera bertemu Xiao Sa. Aku tidak ingin anak kecil itu semakin merajuk jika aku tidak segera datang."

Dengan demikian, Xiao Zhan segera mendukung keinginan sang anak. Pemikiran Chen Yu memang benar, tidak baik jika terlalu lama menunda sebab akan semakin sulit untuk membujuk. Ditambah lagi, kecanggungan pasca perdamaian yang belum tentu berakhir dalam waktu yang singkat. Bagaimanapun, hampir satu tahun mereka tidak berkomunikasi. Baik secara lisan maupun tulisan. Namun, hati Xiao Zhan merasakan kegundahan ketika tidak bisa membantu Chen Yu bersiap.

Perlahan tetapi pasti, dia mencoba untuk bangkit, ingin mengemas barang Chen Yu atau hanya untuk sekedar memasak sedikit makanan untuk bekal selama perjalanan. Sayangnya, ringisan yang tertanam kuat di wajah Xiao Zhan memaksa sang anak untuk mencegah segala perbantuan yang akan dia berikan. Chen Yu merebahkan Xiao Zhan kembali dengan nyaman setelah membenarkan posisi yang nyaman. Kilatan senyum tipis menyambangi wajah lelaki tampan itu ketika bersuara. "Mama sebaiknya beristirahat. Tidak perlu khawatir, Papa sudah menyiapkan sarapan untukku."

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Where stories live. Discover now