2.33

277 60 36
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Ye Mi mengetuk pintu dengan lembut, tetapi aura di dalam kamar terasa penuh pengabaian. Tidak ada sahutan sama sekali, membuatnya memutuskan untuk menerobos langsung ke wilayah pribadi Xiao Sa. Hal pertama yang dia lihat adalah hal yang sama dengan penglihatan Lin Yi ketika memasuki kamar tersebut. Seorang lelaki manis yang menggelepar di atas ranjang, tubuh digulung oleh lapisan selimut, terlihat seperti kue gulung yang baru saja keluar dari oven. Selimut menutupi kaki sampai perpotongan leher. Bagian wajah terbebas meski ada kain kecil yang bertengger pada kening. Wajah Xiao Sa tampak memerah, warna merah yang berbeda dari warna ketika dia berada di dekat Ye Mi. Dengan begitu, Ye Mi mengetahui bahwa lelaki manis itu benar-benar sakit.

Membawa langkah mendekat hingga berdiri di samping ranjang, Ye Mi ingin duduk, tetapi yang dilakukan justru berjongkok sembari tiada henti menatap ke arah Xiao Sa. Memperhatikan dengan seksama dan menemukan wajah yang berkerut sesekali, tanda tidak mengalami proses tidur yang nyaman. Tangan Ye Mi bergerak, ingin mengganti kompres sekaligus memeriksa seberapa panas suhu tubuh Xiao Sa. Ketika sedikit lagi tangan akan menyentuh kening, segala pergerakan terhenti seketika saat mendengar suara lemah yang mengalir dari celah bibir ranum.

Suara tersebut begitu lemah dan kecil sehingga Ye Mi harus membawa telinga ke depan bibir ranum. Baru di saat itulah dia dapat mendengar dengan jelas Xiao Sa yang mengatakan, Aku ingin Tuan Ye ....

Ye Mi menarik tubuh ke posisi semula secepat kilat. Kalimat tersebut terdengar sangat menggoda hingga mampu mendebarkan dada yang biasanya sangat mudah untuk dikendalikan. Dia juga merasakan rasa panas yang merambati ujung telinga. Bagaimana bisa Xiao Sa mengatakan hal tersebut secara gamblang? Ye Mi tidak bisa terus menerus memikirkan sebab tidak ingin melakukan sesuatu yang macam-macam. Dia pun mulai mengabaikan dan kembali melakukan kegiatan yang sempat tertunda. Melebarkan kain kompres, merendam di dalam baskom di atas nakas, memerasnya, lalu meletakkan kembali di kening Xiao Sa. Di sela-sela kegiatan tersebut, ada rasa geli yang bersarang di dasar hati kala mengingat ini adalah kali pertamanya merawat orang sakit.

Ketika ibu Ye Mi sakit, dia tidak ikut merawat. Tugas itu dilakukan oleh pelayan atau ayahnya. Sementara dia sama sekali tidak ingin merepotkan diri untuk merawat. Sejak kecil dia telah memiliki sifat yang dingin dan cenderung abai pada orang-orang di sekitar. Dia memang tampak seperti anak yang tidak berbakti pada orangtua meski faktanya dia hanya tidak bisa mengekspresikan rasa cinta. Didikan yang dia terima begitu keras agar bisa menghadapi kejamnya dunia. Mungkin itu sebabnya dia tumbuh menjadi pribadi yang kaku.

Hal yang tidak biasa Ye Mi lakukan kini dilakukan secara cuma-cuma, tanpa adanya paksaan. Bukankah itu dapat menyatakan seberapa tinggi kedudukan Xiao Sa di hatinya? Meski demikian, dia tidak ingin buru-buru. Dia ingin Xiao Sa merasakan kebebasan dan keindahan masa remaja sebelum dipenjara dalam dunia sempit bersama mafia kejam seperti Ye Mi.

Merasakan kehangatan yang menyentuh permukaan kening, mata Xiao Sa terbuka sedikit demi sedikit. Begitu cahaya lampu meneror langsung ke dalam netra, kelopak mata kembali tertutup, tetapi bibir ranum menyunggingkan senyuman semanis madu. Dia merasa senang, meraih tangan kekar yang bergerilya di sekitar kening, tanpa sadar berucap lagi dengan suara yang jelas dan jernih, "Aku ingin Tuan Ye."

Ye Mi tidak bisa untuk tidak ikut tersenyum tipis. Membiarkan Xiao Sa puas memegangi tangannya. Setelah napas lelaki manis itu menjadi sangat teratur dan telah kembali terjun ke alam mimpi, dia bertanya dengan suara yang menipis, takut-takut suaranya mengganggu sosok yang sedang terlelap, "Kenapa kamu menginginkanku? Bukankah sudah setahun kita tidak bertemu? Seharusnya kamu sudah melupakanku."

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Onde histórias criam vida. Descubra agora