2.11

371 57 41
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

"Apakah tidak ada jalan yang lebih mudah?" Gu Wei menatap Chen Yu dengan penuh harap, sementara yang ditatap masih mempertahankan sikap apatis. Mau tidak mau, dia kembali berusaha untuk bernegosiasi, "bisakah kita tidak melibatkan uang?"

"Tidak bisa!" Chen Yu kini membalas tatapan Gu Wei dengan aura permusuhan. Dia melipat kedua tangan di depan dada, memberikan kesan menakutkan seperti seorang penagih utang yang mengerikan. Nyali Gu Wei menciut seketika.

Kemudian, Chen Yu kembali berujar dengan nada yang lebih dingin, "Ah, tidak masalah jika kamu mau menempuh jalur hukum."

Kalimat yang terdengar sangat horor bagi telinga Gu Wei. Dengan cepat kepalanya menggeleng kuat, membantah perkataan terakhir Chen Yu. Dia tidak ingin hidupnya berakhir di balik jeruji besi. Selain itu, dia masih ingin menjadi dokter untuk puluhan tahun ke depan. Cita-cita sejak kecil yang digapai secara sulit sangat haram untuk disia-siakan. Rasa bimbang menyelinap di hati Gu Wei. Meski demikian, akal sehatnya masih terbuka lebar. Dia harus merelakan uang tabungan rumah yang telah banyak menguras keringat dan air mata. Namun, dia masih tampak begitu berat hati, terlihat jelas dari air mata yang menumpuk di pelupuk mata. Wajah dipenuhi oleh semburat putih kesedihan, sekujur tubuh menjadi layu. Dia seakan-akan tidak memiliki semangat hidup lagi.

Chen Yu diam-diam menikmati perubahan ekspresi Gu Wei yang tampak lucu. Dia terkekeh geli di dalam hati meski tampilan luar wajah tetap datar dan kaku. Dehaman singkat mulai mengudara sebelum dia membangkitkan diri untuk pergi setelah berkata, "Aku akan datang setiap satu minggu sekali ke ruangan ini …." Chen Yu sedikit memberikan jeda pada perkataannya ketika melirik ke arah meja yang terdapat papan nama bertuliskan nama Gu Wei, kemudian bergumam rendah, "Dokter Gu."

Beberapa menit setelah Chen Yu menghilang di balik pintu, air mata Gu Wei menetes tanpa bisa dihentikan. Dia menekan bagian dada yang berdenyut nyeri. Kehilangan tabungan ternyata terasa lebih menyakitkan daripada kehilangan kekasih bagi Gu Wei. Dia merasakan patah hati yang sangat mendalam dan tidak mudah disembuhkan, bahkan itu berpengaruh pada kesehariannya beberapa waktu ke depan. Dia tidak nafsu makan, tidak semangat bekerja, yang lebih parahnya lagi dia tidak semangat untuk bernapas. Dia menatap kalender duduk di atas meja dengan pandangan kosong. Sudah satu minggu setelah perjanjian dengan Chen Yu dibuat, seharusnya lelaki tampan itu akan datang hari ini.

Dan benar saja, ketika pintu ruangan Gu Wei dibuka, wajah datar Chen Yu terpampang nyata. Jika saja tidak ingat bahwa dia harus menabung mulai dari awal untuk membeli rumah, mungkin saat ini dia akan melemparkan barang-barang di sekitar ke arah Chen Yu lagi akibat terlalu terkejut. Beruntung setan baik di dalam dirinya berbisik di telinga kanan untuk memberikan ketenangan, Ingat Gu Wei, jangan bertindak terlalu impulsif lagi, atau kamu akan kembali menyesal.

Gu Wei mengangguk sembari mengusap lembut bagian dada yang naik turun tidak beraturan. Kemudian, dia segera mengarahkan Chen Yu ke ranjang, menyuruh lelaki tampan itu untuk duduk, dan dengan cepat melakukan perawatan luka. Tidak lama setelah itu, Gu Wei seolah teringat akan letak luka Chen Yu yang diobati oleh Dokter Song seminggu yang lalu. Sepertinya luka tersebut sedikit bergeser, tidak pada tempat semula. Kerutan tajam mulai menghiasi kening Gu Wei, beberapa pertanyaan pun tanpa sadar lolos dari bibirnya, "Aneh, aku pikir seharusnya yang ini tidak berada di sini?"

"Ada apa, Dokter?" tanya Chen Yu secara tiba-tiba hingga berhasil mengejutkan Gu Wei.

Tanpa ingin menutupi, Gu Wei segera memberitahu Chen Yu akan segala keheranannya. "Aku pikir ini bukan luka satu minggu yang lalu."

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Where stories live. Discover now