11

701 76 5
                                    

Nyatanya kelegaan Gauri hanya berasal dari pikirannya sendiri. Hari berikutnya, dimana Javas baru saja pulang kerja, ada kedua orangtuanya yang menyambutnya. Meminta Javas segera membersihkan diri, makan, lalu menemui mereka di ruang keluarga. Katanya ada yang ingin mereka bicarakan. Tiba-tiba saja perasaan Javas menjadi tidak enak. 


"Jadi ada apa? Langsung aja gak usah basa-basi" tanya Javas sudah tidak sabar. Walau ada sedikit rasa takut di hatinya karena perasaannya sudah tidak baik dari tadi. 


"Oke. Kalau kamu mau gitu. Kami sudah sepakat untuk menjodohkanmu. Kamu kenal Kayla kan? Yang jadi punya cafe itu. Anaknya pak Hartono" ucap ibu Javas.


"Menjodohkan? Tapi kalian berdua juga tau kalau aku sedang mendekati Gauri. Aku juga sudah membawanya kesini" ucap Javas dengan nada suara yang dingin. 


Javas tidak paham dengan jalan pemikiran orangtuanya. Padahal kan dia sudah memiliki orang yang ia sukai. Bahkan sudah membawanya kehadapan mereka. Lalu mengapa mereka masih mau menjodohkannya? Mungkin Javas masih akan mengerti seandainya ia yang sudah berumur ini belum menunjukkan ketertarikan pada perempuan. Tapi situainya tidak begitu.


"Kami gak minta pendapatmu. Mau gak mau. Kamu tetep kami nikahkan sama Kayla. Apalagi hitungan jawanyakalian berdua sudah sangat bagus. Percaya aja sama kita. Pasti hidupmu kedepannya akan bagus" ucap ayah Javas. 


Javas dalam hati menggerutu. Lagi-lagi soal hitungan Jawa. Bukan ia ingin menyalahan budaya itu, namun rasanya amat sangat menyebalkan bagi Javas. Padahal orantuanya belum 'menghitung' milik Gauri. Jadi seharusnya mereka tidak langsung memilihkan satu orang saja tanpa melihat yang lain. Padahal kan di dunia ini tidak mungkin hanya ada satu orang saja yang memiliki angka sama untuk hitungannya. Hah~ Javas tidak paham lagi. 


"Kami gak nerima penolakan Javas" ucap sang ibu dengan nada tak mau dibantah. 


Tanpa mengatakan apapun, Javas pun pergi meninggalkan mereka. Ia tidak mau kelepasan sampai membentak orangtuanya nanti. 


***


Entah hanya perasaan Gauri saja atau memang benar adanya, ia merasa kalau Javas  tengah menghindarinya. Ia juga jadi tidak banyak bicara. Bahkan saat diajak bicara co-pilotnya pun Javas hanya menjawab seadanya. 


"Ekhem~ Gauri lagi ada masalah sama capt Javas ya?"


Gauri yang sedang minum pun menolehkan kepalanya pada Chaesa. Chaesa menatap Gauri dengan senyuman manisnya. Sebenarnya ia agak ragu untuk bertanya langsung. Namun Chaesa sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. 


"Enggak kok" jawab Gauri sambil mengulas senyum kecil. Nampak manis di wajah cantik Gauri. Namun di mata Chaesa, itu nampak jelas akan keterpaksaannya. 


"Gak usah malu. Cerita aja gak papa. Walau pun gue temennya Javas, kalau dia salah ya tetep gue salahin. Walau gue slengekan gini, kalau soal rahasia, gue bisa dipercaya kok" ucap Chaesa berusaha membujuk Gauri. Ia sudah memperhatikan Javas dan Gauri yang tidak banyak berinteraksi hari ini. Padahal biasanya kan mereka sering berbincang-bincang.

Love Plane  [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang