4

815 94 10
                                    

"Oke. Jadi udah cukup sampe sini. Besok tidak ada yang boleh terlambat. Oh ya, Gauri. Jika kau ingin terus bekerja denganku maka jangan datang terlambat. Aku adalah orang yang sangat tidak menoleransi keterlambatan tanpa keterangan yang jelas dan bukti yang kuat. Sudah bagus tadi tidak datang terlambat" ucap Javas.


"Iya. Siap, Capt!" jawab Gauri dengan tegas. Ia bukan tipe orang offtime. Gauri cenderung ontime atau intime.


"Oke. Ayo pulang!" ucap Javas benar-benar mengakhiri pertemuan mereka hari itu. 


Kedelapan orang itu pun pulang. Semua makanan tadi sudah dipesankan oleh Javas. Pun dibayarkan olehnya. Katanya sebagai penyambutan karena ada anggota baru. 


"Gauri!" 


Gauri yang sedang berdiri di depan restoran sambil memesan taksi pun menoleh ke belakang begitu mendengar ada yang memanggilnya. Ia sedang sendiri. Mereka semua memang berpencar setelah makan tadi. Chaesa yang satu hotel dengannya pun sudah membuat janji untuk pergi. Meninggalkan Gauri sendiri. 


"Ada apa, Capt?" tanya Gauri. 


"Jangan panggil capt. Ini kan tidak sedang membahas pekerjaan. Panggil santai aja. Atau mau langsung nama aja juga boleh" ucap Javas setelah keduanya berada dalam jarak dekat. 


"Gak enak kalau manggil nama langsung. Kalau mas aja gimana? Mas Javas?" tanya Gauri meminta izin. Javas pun mengangguk setuju. Ia asli Solo, tentu sudah biasa dipanggil mas. 


"Jadi ada apa, Mas?" tanya Gauri lagi. 


"Ah. Gak ada apa-apa sih. Kamu tadi kesini naik apa?" tanya Javas. Ia masih ingat kalau tadi Chaesa menyebutkan bahwa mereka satu hotel. 


"Naik taksi mas. Ini juga mau mesan taksi lagi buat pulang" jawab Gauri. 


"Kalau aku ajak pulang bareng, kamu mau gak?" tanya Javas. Gauri tidak bisa menyembunyikan kekagetannya. 


"Dijamin aman kok. Aku gak bakal ngapa-ngapain kamu. Dijamin aman dan selamat sampe tujuan" ucap Javas kembali meyakinkan. 


"Mas bawa kendaraan?" tanya Gauri. Bukan maksud ia bertanya tentang kendaraan apa yang Javas bawa dan baru memutuskan ikut atau tidaknya, Gauri hanya penasaran. 


"Bawa. Aku asli Solo walau rumahku masih cukup jauh dari bandara. Jadi gimana? Hitung-hitung buat hemat ongkos" ucap Javas. Gauri masih bergeming. Di satu sisi ia merasa khawatir sebab ia baru mengenal Javas. Namun ia juga merasa sungkan untuk menolak tawaran itu. Apalagi itu tawaran baik dari atasannya. Namun pada akhirnya Gauri menyetujuinya. Membuat Javas diam-diam tersenyum bahagia. 


Gauri. Walau Javas sudah pernah melihat gambar dirinya dari postingan yang penumpang maskapai yang puas akan pelayanan Gauri. Javas juga sudah melihat walau hanya sekilas dari foto biodata yang pihak maskapai kirimkan padanya. Lalu bertemu secara langsung hari ini. 


Javas tidak tau, lebih tepatnya tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Gauri. Mungkin masih terlalu awal untuk dianggap sebagai cinta. Tapi yang jelas Javas tertarik dengan Gauri. Tertarik pada fisik dan rupanya, pada bagaimana tutur kata yang keluar lembut dari bibirnya, juga bagaimana wanita itu bersikap dalam hal pekerjaan yang saat ini baru Javas ketahui melalui cuitan dan postingan cuplikan dari orang-orang yang puas dengannya. Javas tertarik. Sangat. 

Love Plane  [[END]]Where stories live. Discover now