1

1.2K 108 3
                                    

Seorang perempuan muda nampak berjalan santai memasuki kantor pusat Techno Air. Ditangannya ada sebuah stopmap berisi berkas yang harus ia bawa hari ini. Tak hanya berkas, ditangan yang satunya tengah sibuk menggeret koper dan juga tas kosong berlogokan perusahaan tersebut. Sepanjang jalan ia saling sapa dengan pegawai disana. 

"Mba Gau?!"

Langkahnya terhenti begitu mendengar ada yang memanggilnya. Tubuhnya berbalik dengan anggun, masih dengan senyuman manisnya ia menyapa balik orang yang tadi menyapanya.

"Halo Tania! Baru kelar flight atau mau flight nih?" tanya seorang perempuan yang dipanggil Gau. 


Nirmala Gauri Isyana atau lebih akrab dipanggil Gau adalah salah satu pramugari di maskapai Techno Air. Setidaknya untuk saat ini. Mungkin 1 jam lagi akan berubah. Gau adalah salah satu pramugari yang mendapatkan nilai baik dari para penumpang. Banyak yang merasa puas akan kinerja Gau sebagai pramugarinya. Reputasi baiknya ini pula yang membuat penumpang pesawat mereka semakin banyak. Gampangnya, Gau mampu menguntungkan perusahaan. 


Tapi... gadis itu nampak membawa berkas dan juga koper serta tas kosong. Koper dan tas kosong itu menunjukkan suatu hal yang kurang baik. 99% pramugari yang membawa fasilitas mereka ke kantor tanpa isi dan juga tanpa seragam menjadi pertanda bahwa hari itu pekerjaannya disana telah usai. Entah dipecat secara tidak hormat atau memang dengan alasan tertentu memilih mengundurkan diri. Lalu apa alasan Gau? Benarkah ia akan keluar dari maskapai Techno Air setelah bertahun-tahun bekerja disana?


"Baru kelar mba. Mau check-out. Mba kenapa bawa koper sama tas kosong? Mba? Mba gak mau keluar kan?" tanya orang yang dipanggil Tania itu dengan paniknya. 


"Iya" jawab Gau dengan santai. 


"Kenapa?!" tanya Tania dengan tidak santai. Beruntung orang-orang disana sudah mengenal dan hafal dengan Tania yang memang cukup berisik. Jadi mereka bisa memakluminya. 


"Yang aku ceritain kemarin. Kamu tau kan aku kerjanya kayak gimana. Masak gak ada reward sedikit pun dari maskapai. Aku minta buat banyakin penerbangan domestik aja gak diizinin. Padahal kan kemarin pas ibu aku sakit. Aku rasa udah cukup. Buat apa kerja keras kaalu gak bisa dihargai kan?" terang Gau dengan tenangnya. 


"Oh itu. Iya! Aku kesel banget sih itu. Masak yang kerjanya B aja dapat kenaikan gaji terus. Lah Mba Gau yang jelas-jelas terdebest malah gak dapet apa-apa. Aku dukung sih kalau mba protes, gak diem aja. Tapi... masak kita misah sih mba. Padahal baru aja kenal belum genap 1 tahun. Tapi aku udah akrab sama mba Gau. Udah nyaman. Masa mba Gau mau ninggalin aku gitu aja?" cerca Tania dengan wajah yang ia buat sedih. Dalam hati Gau mencoba mengendalikan diri. Sudah hampir 1 tahun mengenal Tania dan sering bekerja bersama, ternyata ia masih belum terbiasa dengan suara bisingnya. 


"Iya. Makanya. Aku udah capek. Males kalau harus ribut sama atasan" balas Gau masih dengan ketenangannya. 


"Trus mba Gau mau pindah maskapai atau berhenti jadi pramugari? Kalau mba ganti kayaknya gak ada deh maskapai yang nolak mba. Secara mba itu bener-bener pro disini" tanya Tania penasaran. 


"Jangan bilang-bilang ya? Saya dapat tawaran dari Neo Air. Ada beberapa kesepakatan yang kita buat dan mereka menyanggupi kalau saya minta buat perbanyakan penerbangan domestik selama beberapa bulan ini. Saya mau fokus buat ngajak ibuk berobat. Katanya sih cuma 3 bulanan habis itu tinggal kontrol aja. Makanya saya langsung nerima. Ssstttt! Kalau ada yang nanya ke kemu soal saya bilang aja kalau kamu gak tau" ucap Gau berbisik.

Love Plane  [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang