Jisoo memilih mengikuti adiknya dalam diam, sementara memikirkan cara meredakan sedikit kekesalan Lisa.

"Kau tau apa yang tidak kalah seru dari naik sepeda? Naiklah ke punggungku."

Lisa menggeleng. Lisa jadi merasa kakaknya ini belum benar-benar paham juga tentang keinginan Lisa yang sesungguhnya. Lisa kan tidak ingin Jisoo kelelahan, tapi Jisoo malah meminta Lisa naik ke punggungnya.

Jisoo memasukkan bekalnya ke dalam tas. Memindahkan posisi tasnya di depan perut. "Tinggi kita memang hampir sama, tapi aku masih lebih tinggi darimu. Ayo, naik saja. Aku memaksa. Kau ingin tahu rasanya naik sepeda, kan?"

"Apa benar tidak apa-apa? Nanti Unnie jadi tambah pendek."

"Tinggal naik saja apa susahnya, sih?"

"Oke." Lisa tidak terpaksa menuruti permintaan Jisoo. Digendong juga enak, yang penting kan bukan dia yang minta, tapi kakaknya sendiri.

"Yak, aku bisa mati kalau kau memeluk leherku begitu."

"Makanya yang benar, Unnie. Aku masih melorot ini."

Jisoo sedikit melompat untuk membenarkan posisi Lisa hingga nyaman. Jujur baru seperti itu saja Jisoo sudah kembang-kempis.

Jisoo merapikan nafas, bersiap menata langkah untuk berlari. "Kita akan menuju tak terbatas dan melampauinya!"

"Di rumahmu yang dulu kau selalu bangun sepagi ini?"

"Mmm ... apa kita harus seperti ini?" Rasanya Jisoo sampai tidak berani bergerak di bawah lingkupan lengan Jennie.

Ini sedikit tidak biasa saja, jadi terasa agak aneh.

"Kenapa kau bilang begitu? Kau menyakiti hatiku."

Jisoo belum pernah melihat Jennie bisa seperti ini saat atau tepat setelah bangun tidur. Jisoo malah sempat berpikir Jennie orang yang sedikit alergi pelukan. Sehingga sebelum dan selama tidur Jisoo berusaha tetap berjarak dengan Jennie.

"Aku mau ke kamar mandi." Jisoo sampai menahan nafas karena Jennie justru semakin kuat memeluknya.

"Kau mau apa bangun sepagi ini?"

"Aku juga tidak tau. Ini hanya kebiasaan saja."

"Jogging? Tapi kurasa naik sepeda lebih seru."

Benar yang dikatakan Veronica, hal-hal kecil semakin sering membuat Jisoo teringat pada Hyoyeon dan Lisa.

"Aku tidak bisa naik sepeda."

Jennie diam meski sebenarnya ingin tertawa. Rasanya buruk kalau sampai dia tetap tertawa, padahal sudah sedikit tahu perjalanan hidup Jisoo sebelumnya.

"Tidak masalah, aku akan mengajarimu."

"Aku tidak ingin belajar."

"Itu juga bukan masalah. Sana, kau bisa ke kamar mandi. Aku menunggu di teras depan."

"Kau kan juga belum ke kamar mandi, aku menahan nafas setiap kali kau bicara."

Jennie mendorong Jisoo. Rasanya ingin Jisoo sampai jatuh dari kasur oleh dorongan tadi, meski itu hanya membuat Jisoo sedikit bergeser.

"Apa sangat harus membahasnya? Namanya orang bangun tidur ya memang begitu. Kau pikir nafasmu sendiri tidak bau?!"

Menggoda dan menjahili Jennie terasa menyenangkan kalau reaksinya seperti ini.

"Aku akan menggunakan kamar mandi lain. Kutunggu di depan, awas kalau tidak datang!"

"Iyaaaa." Jisoo menjawab selembut busa di bak mandi.

Incomplete: Part 2. Other PiecesWhere stories live. Discover now