22. Faith

280 49 27
                                    

Jennie terbangun di pagi hari, itu memang rutinitas. Namun, ada sedikit perbedaan kebiasaan Jennie. Jennie tidak lagi meminum dengan elegan jus jeruk yang pelayan siapkan. Langkahnya menuju dapur masih dalam balutan piyama dan wajah bantal yang begitu melekat.

Jennie tidak menemukan Jisoo. Tidak di sampingnya saat di ranjang tadi, tidak di kolong tempat tidur kalau-kalau Jisoo mungkin terjatuh, tidak juga bertemu ketika dia menuju dapur. Bahkan di dapur juga tidak ada. Jennie hanya melihat ibunya dan beberapa pelayan di sana.

Jennie mungkin takut tanpa alasan. Ketakutannya mungkin serasa tidak pas karena masih terlalu dini sejak penerimaannya terhadap Jisoo. Namun, Jennie memang sudah menerimanya sampai hati yang terdalam. Dia tidak akan terima kalau Jisoo sampai tidak menganggap usahanya ini dan pergi begitu saja dari sini.

Hanya satu yang begitu lengket pada ingatan Jennie sekarang, sejak awal Jisoo kan memang begitu ingin cepat-cepat pergi dari sini.

"Eomma melihat Jisoo unnie?"

Taeyeon heran. Dari kelihatannya, Jennie sangat baru bangun tidur, namun wajahnya sudah penuh khawatir. Pertanyaan tadi terlontarkan seolah Jisoo benar-benar menghilang. Sesungguhnya Taeyeon juga bahagia melihat itu, artinya Jennie sangat peduli pada kakaknya.

"Eomma tidak masuk ke kamar kalian setelah semalam. Dia mungkin sedang mandi."

"Tidak ada." Jennie menghentakkan kaki tidak sabar.

"Pasti di tempat lainnya, rumah ini kan luas."

Jennie memandang ibunya, itu saja. Cukup membuat Taeyeon berpikiran sangat jauh bahwa situasinya tidak sesimpel yang dia pikirkan.

"Sebenarnya ... Nyonya Taeyeon, Nona Jisoo pamit pergi sebentar tadi pagi-pagi sekali. Saat itu sepertinya Anda masih tidur. Nona Jisoo bilang hanya pergi sebentar, jadi tidak perlu izin dulu kepada An--"

"Dan kalian semua membiarkannya pergi begitu saja?!"










_____________________



Jisoo terbatuk oleh debu, namun hatinya cukup dipenuhi gembira. Setelah berkeringat tipis, akhirnya dia menemukan kalung Jennie yang dulu sempat rusak karena pertikaian antara Lisa dan Jennie.

Berada di rumahnya ini mengingatkan Jisoo pada kejadian Jennie yang sampai pingsan sebab dipukul Jungmo waktu itu. Sampai sekarang Jisoo belum tahu bagaimana perkembangan kasusnya. Apakah Jungmo dipenjara atau tidak?

Jisoo menggosok kalung itu untuk membersihkan, meski warnanya masih tetap mengkilat.

Jisoo menuju kamar ibunya dan Lisa, mengambil dua bingkai foto berisi potretnya bersama Lisa. Jisoo memandang dan mengusapnya.

"Eomma ... sebenarnya apa yang terjadi?" Jisoo sungguh ingin tahu alasan Hyoyeon mau merawatnya. Apakah ibunya itu sama sekali tidak menyesal telah merawatnya?

Ada yang datang. Arah jam enam.

Jisoo langsung mendongak, masih membelakangi pintu kamar merasa ragu untuk menoleh. Mungkin saja itu 'ayahnya' yang lagi-lagi datang.

Sepersekian detik menangkap sekelebat bayangan, Jisoo berbalik. Dua bingkai yang Jisoo pegang terjatuh pecah dilantai, karena Jisoo menggunakan lengannya sebagai pertahanan agar hempasan sebilah kayu tadi tidak mengenai kepala atau wajahnya.

Jisoo memeluk lengannya yang terasa nyeri. Dia lebih terkejut lagi melihat Nam-gil dan bukannya Jungmo di sana.

Jisoo jujur merasa was-was. Ingatannya tentang Nam-gil masih ada dan tersusun begitu rapi dalam benak.

Incomplete: Part 2. Other PiecesWhere stories live. Discover now