1. The Dark Heart

775 58 6
                                    

Taeyeon menunggu di depan ruang operasi seiring hatinya berguncang. Tidak ada siapa pun di sana selain dirinya. Bukan kesendiriannya yang menjadi masalah, tapi kekejamannya.

Taeyeon sempat membencinya, memberikan paksaan agar hanya Jennie yang akan disorot, bahkan menyuruh asistennya menyakiti fisik Jisoo. Bukan siapa pun, tapi Taeyeon, ibunya sendiri, yang melakukan semua itu.

Bahkan Tae-soo bersikap lebih baik daripada Taeyeon sendiri. Jisoo hanya seorang anak dengan keinginan yang mungkin lebih besar dari Jennie. Jisoo begitu ingin diakui oleh Taeyeon, sedangkan Jennie tidak begitu tertarik melukis. Itu bukan salah Jisoo saat dia melukis lebih baik dari Jennie.

Kebencian membutakan Taeyeon sampai tega menyakiti fisik seorang anak. Menganggap anak biasa sebagai musuhnya. Rasanya kini berbeda ketika dia tahu bahwa itu putrinya sendiri.

Kesendirian Taeyeon kini memudar. Bukan suaminya yang datang lebih dulu, tapi ibu mertuanya. Taeyeon tidak terkejut. Ibu mertuanya itu memang agak lebih istimewa dari ibu mertua lainnya. Wanita itu selalu menjadi orang paling pertama yang datang saat Taeyeon tersandung masalah.

Tidak seperti ibu mertua yang sangat khawatir pada menantunya, tapi seorang ibu yang sangat mengkhawatirkan putranya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Pulang sebelum semua orang membuat persepsi tidak masuk akal. Jika kau tidak memikirkan putraku, coba pikirkan putrimu. Kelakuanmu ini bisa menghancurkan masa depan banyak orang."

Taeyeon tidak ingin menggubrisnya. Taeyeon tidak ingin memecah perhatiannya pada yang lain. Dia hanya ingin putrinya bisa diselamatkan. Tidak peduli seberapa besar dunia akan mencelanya, atau seberapa terjal jalan yang akan dilaluinya nanti, Taeyeon tidak akan mengubah keputusan lagi. Jisoo harus ikut ke mana pun Taeyeon pergi.

"Kau mulai kehilangan sopan santunmu sekarang. Ibu mertuamu sedang bicara denganmu tapi begini reaksimu. Ini memang salahku, karena menikahkan putraku tanpa mencari tau dulu masa lalu wanita sepertimu. Dia hanya seorang anak di luar nikah. Masa depan putra dan cucuku tidak boleh rusak hanya karena anak seperti itu."

"Eommoni." Kehadiran Tae-soo menghentikan perkataan tidak pantas wanita itu.

Tak menunggu waktu lama Yoon Tae-jin langsung pergi dengan muka masam. Tae-soo memang dan akan selalu membela Taeyeon. Tae-jin kadang bertanya-tanya mantra apa yang telah Taeyeon sematkan pada Tae-soo, sehingga putranya itu selalu melawan ibunya sendiri.

"Jadi, dialah hasil dari Oh Soohyun."

Taeyeon berdiri meremat jas suaminya. "Jisoo adalah putriku, ceraikan saja aku. Aku tidak akan menutupi atau menyembunyikannya. Ibumu selalu merendahkanku karena tidak melahirkan bayi laki-laki. Jika dia sekali saja menghina Jisoo, aku tidak bisa menahan diri." Pandangan Taeyeon pada Jisoo berubah seratus persen setelah mengetahui bahwa itu putrinya. Jika saja Jisoo bukan putri Taeyeon, mungkin Taeyeon akan bersyukur kalau Jisoo meninggal hari ini.

Tangisan dan permohonan Taeyeon rasanya merobek hati Tae-soo. Dia memeluk istrinya agar lebih tenang. Apa yang Taeyeon bicarakan? Tae-soo tidak mungkin meninggalkan Taeyeon meski seluruh dunia akan mencela mereka.

Hati Jennie tergores lebih parah. Mudah sekali ibunya meminta perceraian. Apa ibunya sedikit saja tidak memikirkannya? Apa Jisoo kini lebih penting daripada siapa pun bagi Taeyeon? Jennie ada di sana, tapi bahkan Taeyeon tidak menoleh padanya. Kehadiran Jisoo rasanya telah menggeser tempat Jennie. Seharusnya hanya Jennie yang akan diperhatikan Taeyeon.

Jennie masih belum paham dari mana asal semua ini. Jisoo datang lalu tiba-tiba gadis itu menjadi putri Taeyeon juga. Tidakkah Tuhan sadar ini tidak adil bagi Jennie?

Apakah berdosa jika Jennie berharap Jisoo tidak selamat? Setidaknya dengan begitu keadaan akan kembali seperti sebelumnya. Jennie akan tetap menjadi putri tunggal Kim Taeyeon. Keluarganya akan tetap tenang dan utuh. Jennie juga tidak perlu terlalu takut lagi tersaingi oleh seseorang.

Incomplete: Part 2. Other PiecesWhere stories live. Discover now