24. Link

322 43 18
                                    

"Eomma, Eomma sudah janji akan membelikanku sepeda tahun ini. Aku sudah mulai masuk sekolah, tapi sampai sekarang sepedanya belum ada. Aku ingin bisa naik sepeda." Lisa masih antusias melihat sarapan yang sudah tersaji di meja makan, meski agak kecewa karena sepeda yang dijanjikan ibunya belum juga ada.

Jisoo menatap ibu mereka, cukup jelas menunjukkan keinginan Lisa masih belum bisa dipenuhi untuk saat ini.

"Lisa, buka mulutmu. Coba ini." Jisoo menyuapkan sepotong kimbap bersama kimchi ke mulut adiknya. "Enak, kan? Aku membantu Eomma membuat kimchi-nya."

Hyoyeon melanjutkan mengisi kotak bekal makan siang Jisoo dan Lisa, seakan tidak mendengar perkataan putri bungsunya.

Lisa mengunyah sambil berlagak memikirkan rasanya. "Yeah, tapi tetap lebih enak kalau murni buatan Eomma."

"Yak."

Lisa tersenyum puas melihat tangan Jisoo yang memegang sumpit terangkat, seolah-olah berani dan tega saja sampai memukul Lisa, sang adik termanis di dunia.

"Jadi, kapan kita keluar membeli sepedanya, Eomma?"

Jisoo merasa gagal. Itu tadi sama sekali tidak mengalihkan ingatan Lisa dari keinginannya.

"Lisa-ya, untuk saat ini Eomma masih belum punya cukup uang untuk membelikanmu sepeda. Tunggulah sebentar lagi, saat sudah SMP seperti Jisoo unnie, Eomma pastikan kau sudah punya sepeda."

Lisa menahan suara decakan agar tidak terlalu keras, namun tetap saja masih bisa didengar. "Eomma selalu bilang begitu sejak aku kelas tiga dan sekarang aku sudah kelas enam. Padahal Eomma sudah janji." Lisa membawa tasnya, pergi hanya dengan sesuap makanan dari Jisoo tadi.

Jisoo cepat-cepat ikut berdiri, mengambil dua kotak bekal. Mengangguk pada ibunya sebagai isyarat dia yang akan menenangkan dan memberi pengertian pada Lisa.

Jisoo berlari demi mengimbangi langkah cepat Lisa yang terbalut emosi. "Koo Lisa! Tunggu akulah."

Beberapa saat melakukan jogging yang dipaksa keadaan itu, Jisoo akhirnya bisa berjalan lebih lambat di sebelah Lisa.

"Ini, bawalah bekalmu."

Lisa tidak mau menerima, hanya memperhatikan jalan sambil terus melangkah.

"Eomma pasti akan menepati janjinya tahun depan."

Lisa sengaja menghentikan langkah mendadak ketika sampai di persimpangan. "Mana bekalku." Mengambil dengan minim kesabaran bekalnya dari Jisoo.

"Sana kalau begitu, Unnie langsung ke sekolah Unnie saja. Tidak perlu selalu mengantarku. Aku bisa berangkat sendiri. Apa Unnie tidak capek selalu mengantarku sampai ke sekolah dengan jalan kaki? Sekolah kita saja tidak searah. Saat waktunya pulang, langsung pulang saja ke rumah. Tidak perlu datang ke sekolahku untuk melihat aku sudah waktunya pulang atau belum. Aku tidak mau lagi seperti itu!" Lisa berjalan cepat meninggalkan kakaknya.

Jisoo dibuat tersenyum oleh ungkapan itu. Ternyata itu sebabnya Lisa begitu kukuh ingin dibelikan sepeda. Setidaknya Jisoo tidak akan terlalu lelah dalam mengantar dan menjemput Lisa kalau naik sepeda.

Jisoo lagi-lagi agak berlari mengikuti Lisa. "Lisa, Unnie bahkan tidak bisa naik sepeda. Unnie lebih suka kalau jalan kaki. Kalau capek, Unnie tidak akan mengantar dan menjemputmu. Unnie tidak pernah merasa capek saat melakukannya."

"Mana ada orang berjalan jauh tapi tidak capek. Dia pikir aku ini bodoh apa?" gerutu Lisa membantah ucapan Jisoo yang terlalu jelas dibuat-buat. "Kalau tidak bisa naik sepeda kan bisa belajar," lanjut Lisa masih dengan nada kesal, kali ini lebih keras agar Jisoo bisa dengar.

Incomplete: Part 2. Other PiecesWhere stories live. Discover now