17. Admit

253 51 11
                                    

Jisoo menatap khawatir ke pintu ruang gawat darurat. Pakaiannya masih ternoda banyak debu. Wajah Jisoo yang mulai terlihat memarnya sudah bersih dari debu berkat bantuan para bodyguard Jennie.

Kesendirian dan kesunyian yang dirasakan Jisoo memudar oleh suara langkah terburu-buru seseorang di lorong agak sepi di sana. Meski sudah yakin siapa yang datang, Jisoo tetap menoleh dan menemukan Taeyeon.

Jisoo menunduk begitu dalam ingin menangis. Selain merasa bersalah, Jisoo juga takut dicaci-maki, bahkan mungkin akan disakiti secara fisik lagi. Jennie sedang berada di UGD, itu gara-gara Jisoo.

"Jisoo-ya ...." Taeyeon berlutut di depan kursi roda Jisoo.

Jisoo tidak berani menatapnya. Jisoo memejamkan mata dan agak berpaling merasa tangan Taeyeon tergerak hendak menyentuhnya, mengira Taeyeon akan memukulnya di sana, saat itu juga.

Air mata Jisoo hampir tumpah mengetahui tangan Taeyeon hanya ingin menyentuh pipinya dengan lembut.

Jisoo menatap Taeyeon dengan mata sangat memohon. "Yang terjadi pada Nona Jennie-- pada Jennie, itu semua karena aku. Biarkan aku melakukan implan. Aku mohon. Aku tidak bisa apa-apa saat Jennie dipukul. Aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantunya. Aku tidak ingin ada orang lain lagi yang terluka karena aku. Aku mohon. Hal seperti ini lebih menyiksaku." Jisoo berusaha keras mengendalikan isaknya agar tidak terdengar lebih kencang.

Kini Taeyeon yang menunduk dengan tangan menyangga pada kedua bahu Jisoo.

"Aku mohon, Nyonya Taeyeon."

Taeyeon pura-pura mengabaikan. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya sendiri dengan membersihkan debu dari baju Jisoo. Taeyeon benar-benar tidak bisa memilih salah satu. Dia ingin Jisoo sembuh tanpa harus melalui proses yang berbahaya.

Tiffany membuka pintu UGD. Mendekati Taeyeon dan Jisoo. Tiffany mengetahui secara jelas, banyak hal tak mengenakkan menimpa kakaknya akhir-akhir ini.

Taeyeon berdiri mengetahui adiknya sudah di sana. "Tiffany, bagaimana dengan Jennie?"

"Untungnya tidak ada pendarahan di dalam. Semuanya sudah tertangani, namun Jennie masih perlu waktu untuk sadar." Tiffany melihat ke arah Jisoo. Menemukan Jisoo yang semula memperhatikan sungguh-sungguh jadi menunduk begitu dalam saat Tiffany menatapnya.

Tiffany mengusap kepala Jisoo untuk menjelaskan bahwa tidak ada siapa pun yang menyalahkan Jisoo atas kejadian yang menimpa Jennie.

"B-boleh aku melihatnya?"

Tiffany mengangguk pada Jisoo "Perawat akan segera mengantarmu setelah Jennie dipindahkan ke ruang rawat."

"Aku akan mengantar Jisoo."

Tiffany mencegah Taeyeon dengan menahan lengannya. "Aku ingin bicara dengan Unnie."

Itu menarik perhatian Jisoo, Tiffany sangat yakin dan memahami. Untuk mencegah Jisoo berprasangka tidak-tidak, Tiffany tersenyum sambil mengangguk agar Jisoo percaya bahwa tidak ada perlu dikhawatirkan.

"Suster Hwang, tolong antarkan Jisoo ke ruang rawat Jennie. Tolong obati juga lukanya." Setelah mengucapkan itu pada salah satu perawat, Tiffany menatap kakaknya.

"Apa sesuatu terjadi pada Jennie?"

"Unnie, aku mengerti kau sangat ingin Jisoo aman dan sudah berusaha sebaik mungkin untuk melindunginya. Tapi coba lihat kejadian hari ini. Sebaik apa pun Unnie mencoba, nyatanya Unnie tetap kecolongan, bahkan Jennie sampai terluka seperti itu. Sebaik apa pun Unnie memberikan perlindungan terbaik, tetap saja kemampuan perlindungan diri sendiri itu dibutuhkan. Kau tidak bisa berada di sampingnya setiap saat."

Incomplete: Part 2. Other PiecesWhere stories live. Discover now