♡5♡

60 23 4
                                    


🎓🎓
14.57 WIB
Jakarta

"Ih aneh. Pasti salah satu karyawan di sini" pikir Tara asalan-asalan.

"Apa semua orang di sini tampangnya mata keranjang semua?" ketusnya. Lalu menggedikkan bahu sebelum kembali melangkah keluar gedung.

Karena interview hari ini sudah usai dan Tara juga tidak tahu apakah dirinya akan diterima atau tidak di perusahaan itu. Namun, meskipun begitu Tara tetap yakin bahwa dirinya pasti diterima, apalagi Tara tadi sempat disuruh mengisi formulir yang tujuannya entah untuk apa.

Karena tak ada acara atau keperluan lain lagi, Tara memutuskan untuk segera kembali pulang ke rumah karena sekarang juga sudah sangat siang dan hampir menuju sore hari.

Sebetulnya perjalanannya sama saja seperti saat Tara berangkat interview, namun kali ini kebalikannya.
Pertama ia akan menaiki bus di halte yang letaknya tidak jauh dari gedung PT Electronic House tempat Tara hari ini interview kerja.

Kemudian ia hanya perlu menaiki bus sekali saja untuk sampai di halte Tanah Abang, dan jika sudah sampai di halte, Tara cukup menaiki Kereta Api dengan tujuan Stasiun tujuannya.

Dan, jika sudah tiba di Stasiun tujuannya, Tara hanya perlu naik Go-Jek/Grab untuk sampai di rumah. Itu pun hanya menghabiskan waktu 5 menit jika tidak macet perjalanan, sedangkan jika macet perjalanan bisa sampai 7 atau 10 menit sampai di rumah.

Sebenarnya Tara bisa saja berjalan kaki melewati jalan kecil untuk sampai di rumahnya, tetapi karena hari ini Tara sudah sangat lelah sekali. Jadi ia pun memilih untuk memesan GoJek.

~♡~
Jakarta


"Hah!" keluh Abhi yang langsung menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.
Matanya juga terpejam dengan kedua kaki yang menopang di atas meja. Seraya sedang menetralisir rasa lelah disekujur tubuhnya.

"Hari ini bagaimana?" Seru seoranh wanita paruh baya yang baru datang dan ikut duduk di sofa, di samping cucunya.

Saat menyadari kehadiran Neneknya, Abhi langsung menurunkan kaki yang tadi sempat ia angkat. Dan langsung menatap wajah Neneknya.

"Capek?" Tanya Neneknya sekali lagi.

"Lumayan." balasnya seperti biasa.

"Neng! Ambilkan minum untuknya" tutur si Nenek pada salah satu pelayan di rumah.9

"Oh yah, Nenek mau cerita nih." ucapnya dengan antusias.

"Cerita? Kapan-kapan aja ya, Nek. Abhi hari ini capek banget" tolaknya.

Setelah mendengar penolakan dari cucu durhakanya. Ia langsung memukul cucu nya dengan tongkat yang biasa ia gunakan sebagai penyanggah.

"Kamu ini!" bentaknya yang masih memukuli cucunya dengan tongkat yang terbuat dari kayu jati.

"Kamu itu kebiasaan! Gak pernah mau dengerin Nenek cerita! Kamu ini cucu Nenek bukan sih?!"

"Kalo kaya gitu, mending Nenek tukar kamu dengan Hafiz!" lanjutnya, sambil memanyunkan bibir

"Bukan seperti itu, Nek. Hari ini Abhi memang benar-benar capek. Jadi, lain kali aja ya?" jelas Abhi, dengan suara yang terdengar lemah.

"Terserah!"

Mendengar balasan ketus dari Neneknya, Abhi hanya bisa menghela nafas kasar saat menghadapi sifat Neneknya yang terkesan kekanak-kanakan itu. Karena tak ingin di cap sebagai cucu durhaka oleh Neneknya, mau tak mau ia pun harus mengalah.

THE LOVE TRIANGLE (On Going)Where stories live. Discover now