Chapter 4

73 31 4
                                    

~06.05

"MAAAH" seru Tara dari dalam kamarnya.

Tara melangkah menuruni satu persatu anak tangga di rumahnya, lalu berjalan menghampiri sang ibu yang ternyata sedang duduk di sofa dengan mata yang masih setia menatap lurus layar televisi.

"Kenapa?" balas Rasih saat mengetahui kehadiran putri bungsunya.

Dirumah ini hanya ditinggali oleh tiga orang, yaitu Tara, ayahnya dan ibunya. Sedangkan kedua kakaknya sudah menikah dan tinggal bersama suami mereka masing-masing.

"Tara berangkat Mah" pamitnya sambil meraih tangan ibunya untuk bersalaman.

Tapi bukannya membalas uluran tangan putrinya. Rasih malah terkejut dengan penampilan berbeda putrinya. Bahkan matanya sampai lupa untuk berkedip karena terlalu pangling.

"Mau kemana kamu? Rapi amat"

"Yoi dong" balas Tara sambil merapihkan anak rambutnya.

"Kenapa Mah? Tara jelek ya" tutur Tara saat melihat ekspresi ibunya.

"Iya nih. Kok bisa sih mamah punya anak modelan beruk gini?" Rasih terkekeh.

"Enak aja kayak beruk. Kalo aku kayak beruk berarti mamah juga beruk dong? balas Tara langsung mengulti ibunya.

"Bercanda kok–anak Mamah mah cantik-cantik semua" ucap Rasih mencari aman.

"Aduh, jadi malu nih. Eh ya ampun! Tara udah telat. Assalamu'alaikum" pamit Tara yang langsung berlari menuju pintu luar dengan tergesa-gesa.

"KAMU NGGAK SARAPAN DULU?" teriak Rasih saat Tara belum pergi jauh.

"NANTI AJAA" balas Tara ikut berteriak sambil menoleh kebelakang.

"Ya ampun itu anak nanti sakit lagi!" Rasih menggerutu sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan anaknya yang benar-benar bandel.

"Nanti pulang interview malah minta dikerokin."

Rasih masih terus ngedumel seakan-akan ucapannya itu memang benar akan kenyataan.

"Punya anak bandel banget ... ."

Setelah puas mengomel, Rasih pun langsung mengambil sapu ingin membersihkan rumah, mumpung di rumah sedang tidak ada orang selain dirinya. Selesai menyapu, Rasih lanjut mengepel lantai.

Namun, baru setengah mengepel lantai tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu rumah. Membuat Rasih harus menghentikan kegiatan mengepel lantainya di tunda sebentar.

Rasih pun berjalan ke arah pintu dan segera membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya pagi-pagi gini.

Klekk

"Eh Bima? Kenapa dateng ke sini? Pasti nyariin Tara ya?" Tebak Rasih seolah tahu dari gelagat pria tampan di depannya ini.

"Hahaha gitu deh, Tara nya ada?" Bima sedikit terkekeh menanggapi tebakan Rasih.

"Yaaahh–Sayang banget. Bima terlambat datengnya. Tara udah berangkat duluan" jelas Rasih.

"Dia berangkat sendiri?" tanya Bima lagi. Namun raut wajahnya menunjukkan dirinya sedang khawatir.

"Iya dia berangkat sendiri" balas Rasih tanpa perduli dengan ekspresi wajah Bima.

"Yaudah saya pamit dulu, Tan. Assalamu'alaikum"

Bima langsung berpamitan dan berlari  cepat ke arah mobil yang terparkir tidak jauh dari halaman rumah Tara.

"Waalaikumussalam. Hati-hati sayang" jawab Rasih sengaja. Dan kembali melanjutkan aktivitas membersihkan rumahnya.

World is Not What it Seems? (On Going)Where stories live. Discover now