Malu

23 1 0
                                    



Nevara masih memejamkan mata saat ciuman panas itu masih berlanjut. Ia ingin membuka mata dan mengomel pada pemuda itu, tapi rasanya ia tak mampu.

Ia sudah.. addict dengan bibir tebal Niskala.

Setelah sekian lama pemuda itu baru melepas tautan bibir mereka saat tau Nevara sudah kehabisan nafas.

Netra keduanya bertemu, Nevara buru buru menundukkan kepala. Malu.

"Ekhem, ayo pulang gue anter" katanya sambil melepas diri dan menggandeng tangan gadis itu.

Sesampainya di rumah Nevara gadis itu masih menunduk hingga tak sadar jika rumahnya sudah ada di depan mata.

Niskala menatap gadis itu di pantulan spion Vespanya.

"Var?"

"Huh?"

"Udah nyampe"

Buru buru pegangan tangannya di jaket lelaki itu terlepas, lalu turun berlari kearah pagar rumahnya. Masuk begitu saja namun tak lama ia kembali dan melirik sekilas Niskala.

"T-thank you" katanya lalu berlari membuat Niskala tertawa kecil.

~~~


"Aargghhh first kiss gue!!!!" Teriaknya dengan pipi yang memerah.

"Niskala brengsek. Tapi kenapa gue diem aja ya—ah bego"

"Bego!!!"

"Kamu kenapa Var kok teriak-teriak?" Tanya Cindy yang menghampiri gadis itu dengan wajan di tangannya.

Vara meringis sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Nggak papa, Vara cuma latihan suara kok hehe"

"Kirain apa"

Setelah memastikan tante Cindy berlalu, gadis itu teriak dalam diam. Tau kan? Iya dia seakan-akan teriak kencang tapi suaranya nggak ada.

Gila.

                              Roomchat
                            (Sangkakala)

Var

Lo. Baik baik aja kan disana?

Udh makan?

Sorry buat yang tadi


Nevara hanya melihat pesan masuk dari ponselnya, ia menggigit bibirnya malu. Kejadian tadi tak bisa ia hilangkan dari bayangannya.

"Ilang nggak lu!!" Katanya kesal sambil memukul kepalanya.

Gila.

~~~


                                         
"Pas lo ke perpus Kala kesini, nyariin elo" kata Neta memberitahu.

"Dia nggak ada nyamperin elo di perpus?"

Dia memang melihat pemuda itu tadi di perpustakaan, tapi Nevara sengaja menghindar, ia bersembunyi sehingga pemuda itu tidak melihatnya.

"Eum— nggak"

"Yaudin, yuk ke kantin gue udah laper nih"

"Tap—"

Gadis itu tak melanjutkan kalimatnya saat Neta menarik tangannya sedikit memaksa.
Ia hanya pasrah jika nanti bertemu Niskala disana.

Benar saja, baru mereka duduk di meja kantin, Niskala sudah menatapnya dari kejauhan.

Neta yang bingung menatap gadis itu.

"Lo napa dah?"

"Huh?, Nggak papa" elaknya, gadis itu beranjak dari duduknya dan pergi memesan, kebetulan antriannya sudah mulai berkurang.

"Var, lo tau gue mau makan apa kan, kayak biasa" teriak Neta membuat Nevara mengacungkan jempol.

Saat gilirannya yang memesan tiba-tiba tangannya di tarik oleh seseorang, itu membuatnya berdecak kesal.

Bahkan ia dapat melihat kesempatannya untuk memesan diambil oleh orang lain, matanya menatap tajam kearah seseorang yang berada di depannya.

"Apasih tarik tarik, emang gue layangan!" Kesalnya.

"Kenapa chat gue nggak dibales. Lo ngindar dari gue, hm?"

Nevara jadi merunduk, tak tahu ingin membalas apa.

"Ngindar?, N—nggak kok"

"Lo marah sama gue karena kemarin gue cium—"     

Nevara dengan spontan membekap mulut lelaki itu sambil melihat ke kanan dan kiri.

"Lo gila ya, kalau ada yang denger gimana!" Bisik Nevara sambil menatap tajam pemuda itu.

"Ada kok yang denger selain kita"

"Siapa?"

"Tuhan"

Nevara menghela nafas berat lalu menatap lelaki itu malas.

"Lo udah ngambil first kiss gue ya!!"

Lelaki itu tersenyum miring.

"Tapi lo nikmatin kan" Katanya dengan alis yang dinaikkan, menggoda.

Oh shit.                          

VANILLA LOVING GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang