Mencoba mengingat

28 2 0
                                    




Disaat weekend seperti ini seperti biasa Nevara akan menemani tantenya untuk belanja bulanan di supermarket.

Dan tugasnya hanya sekedar menemani, gadis berpakaian pajamas bermotif batik itu duduk di depan supermarket sembari menikmati ice cream rasa vanilla kesukaannya.

Pagi-pagi seperti ini sudah makan ice cream Nevara dapat menghitung sudah berapa banyak ice cream yang ia makan, mungkin tiga sampai lima bungkus dengan rasa yang sama.

Setelah beberapa menit menikmati ice cream ia bingung harus melakukan apalagi, tante Cindy juga belum kembali, apakah ia harus membeli ice cream lagi untuk yang keenam kalinya? Sepertinya itu bukan solusi yang tepat.

Kata tante Cindy ia harus membatasi dirinya untuk memakan ice cream.

Di seberang supermarket ia melihat kolam ikan berukuran sedang, ia tertarik untuk kesana namun ia belum meminta izin kepada tante Cindy.

"Cuma disitu, nggak usah minta izin deh" gadis itu segera berlari kesana dengan mata yang berbinar menatap ikan mas yang tumbuh dengan sangat baik.

"Selfie ah, tapi gue belum mandi. Ah nggak masalah"

Ia mengangkat ponselnya tinggi-tinggi dan bergaya sebebasnya bersama ikan ikan yang berada di kolam.

Dari kejauhan seseorang memutar bola matanya malas saat melihat gadis itu.

"Vara kemana ya?"

Nevara menoleh dan melihat tante Cindy yang kebingungan mencari dirinya. Segera ia berlari tanpa melihat sesuatu yang berada di depan, sebuah batu kerikil yang membuat sandal bermerek swallow nya terpeleset sekaligus tubuhnya yang terhuyung ke belakang.

"Ahh—"

Tak merasakan apa-apa Nevara memberanikan diri untuk membuka matanya secara perlahan, alih-alih ia melihat  Niskala berada di depan wajahnya?.

Mata mereka bertemu, ia dapat merasakan hal yang sama seperti kejadian waktu di perpustakaan tapi tidak dengan Niskala.

Semakin lama wajah lelaki itu semakin dekat dengan wajah Nevara yang membuat mata hitam legam itu kembali terpejam. Tuhan, mengapa dirinya se nervous ini.

Semakin dekat semakin dekat..

"Hufft"

Ia merasakan rambutnya sedikit terbang, apakah rambutnya juga merasa nervous berada di dekat Niskala, mengapa ini sangat konyol.

"Ngapain merem?" Tanya lelaki itu membuat Nevara spontan membuka mata.

"Berharap gue cium, hm?" Tatapan lelaki itu terlihat nakal dan menahan tawa.

"Apaansi, kepedean banget" gadis itu melepaskan tubuhnya dari pelukan cowok itu. Apa apaan ini sangat memalukan, rasanya ia ingin menenggelamkan dirinya dalam kinderjoy.

"Lo belum mandi?" Tanyanya menatap gadis berpakaian pajamas itu.

"Belum, napa emang?"

"Jorok"

"Yang penting gue tetap cantik!"

"Hati-hati, jangan banyak gaya"

"Ya, terserah gue dong. Lo ngapain disini" dilihat dari penampilan lelaki itu, menggunakan celana pendek dan baju kaos biasa.

"Ini kan tempat umum, gue nggak boleh kesini?"

"Tinggal bilang jogging apa susahnya sih" ketus gadis itu.

"Vara!"

Demi apa ia melupakan tante Cindy.

"Astaga tante Cindy gue lupa, gue duluan"

Niskala tersenyum miring sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis itu.

~~~

"Den Kala semangat ya buat sembuh" kata wanita tua itu sambil merapikan kemeja yang Niskala gunakan.

"Harus"

"Udah siap den, semangat ya terapinya"

"Siap" pemuda itu membentuk tangannya seperti bentuk hormat pada bibi.

"Kal udah siap?" Tanya Sadewa yang masuk mengecek kamar pemuda itu.

"Udah pa"

"Kalau gitu kita berangkat bi"

"Siap pak—"

Dari perjalanan menuju rumah sakit hingga tiba tak ada perbincangan diantara bapak anak itu.

"Papa tunggu di depan" kata Dewa membuat Niskala mengangguk dan berjalan mengekor dokter yang telah berlalu.

"Bagaimana keadaan kamu Kala?"

"Baik dok"

"Ikuti saya ya tarik nafas yang panjang—"

Selang satu jam terapi yang dilakukan telah selesai. Niskala merasa lebih santai dan sedikit demi sedikit sudah mengingat kejadian di masalalu, namun jika terus ia paksa kepalanya akan sakit kembali.

Sebelum pulang Sadewa mengajak lelaki itu untuk makan bersama, jujur saja ini baru beberapa kalinya pria itu mengajak dirinya untuk makan bersama. Terakhir dinner bersama mendiang mamanya.

Restoran yang mereka kunjungi ternyata sedang banyak pelanggan, beruntung masih ada tempat untuk mereka.

Setelah Sadewa memesan makanan untuk keduanya Niskala meluaskan pandangan, pandangan itu berhenti saat netranya melihat seorang gadis yang tadi pagi ia temui, ya siapa lagi jika bukan Nevara.

Gadis itu sangat menikmati Fluffy vanilla cake, Vanilla cupcakes dan Vanilla cream puff pastry yang Niskala lihat diatas meja gadis itu.

"Aku panggil kamu Vanilla aja ya"

"Ssh—"

Merasa di perhatikan cewek itu melirik tajam kearah samping mejanya, seketika kedua bola matanya membulat.

"Ngapain Kala disini sih, mana gue masih malu sama kejadian tadi pagi. Aduh gue harus gimana nih makanan gue masih banyak, sayang banget kalau di tinggalin—" batinnya.

Saat ia melirik kembali kearah meja lelaki itu, keningnya mengernyit.

"Kenapa Kal?" Tanya Dewa memegang pundak lelaki itu.

Nevara beranjak dari duduknya dan menghampiri Niskala yang masih memegangi kepalanya.

"Kala—"

"Vara kok kamu disini?"

"Iya om, Vara tadi mampir buat makan"

"Sebenarnya lo siapa Vara" suara berat lelaki itu membuat Nevara dan Dewa terlonjak kaget.








VANILLA LOVING GIRL Where stories live. Discover now