Really kiss

25 1 0
                                    



Hari Selasa dengan segala keluhan berat kelas XII IPA 3. Pasalnya hari ini jam pertama seharusnya mapel olahraga namun pak Harto mengundurnya karena ada urusan dan bertukar jam dengan mapel Bahasa Inggris, jadilah di siang siang bolong seperti ini mereka baru masuk di jam olahraga.

Dengan ogah-ogahan Nevara dan Neta mengganti baju sambil diiringi dengan ocehan ocehan tidak jelas.

Bahkan Neta sempat mengajak Nevara untuk bolos saja, untung gadis itu masih memiliki kewarasan diatas rata-rata. Lalu menceramahi Neta.

"Ini pak Harto sadar nggak sih, dia mau nyiksa kita olahraga di tengah lapangan, mana panas banget lagi" cibir Neta.

"Ya terus lo mau olahraga dimana biar nggak panas?, Di kantin?" Timpal Yuna membuat Neta memutar bola mata.

"Yaudahlah turutin aja—" sahut Nevara berjalan keluar dari ruang ganti, menyusul ke lapangan.

Di tengah-tengah mereka lagi baris di lapangan kelas lain banyak menatap mereka, sepertinya mereka freeclass.

Nevara jadi agak grogi banyak yang menatap seperti ini, apalagi ada Niskala yang melihatnya dari kejauhan.

"Oke, jadi hari ini kita akan pengambilan nilai lari spirit,ya. Sebelum itu silahkan kalian pemanasan berlari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali, saya tunggu di bawah pohon sana" katanya mengarahkan, lalu berlalu menunggu di taman bawah pohon. Enak sekali hidupnya.

Anak kelas mulai berlari, sesekali Neta masih misuh misuh saat berlari, Nevara hanya menggelengkan kepala.

Gadis itu meskipun lelah namun ia masih tetap melanjutkan langkahnya walau terlihat lunglai.

Bruk

Saat di putaran keempat semuanya kaget melihat seseorang yang sudah tepar di lapangan.

Niskala dari kejauhan segera berlari cepat menghampiri gadis itu yang sudah banyak di kerumuni para siswa.

Dengan perasaan panik Niskala menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah gadis itu, dan...

"Kal?—"

Suara itu. Niskala menoleh ke belakang, menemukan Nevara dan Neta yang menatapnya bingung.

Sedangkan cewek tadi sudah diangkat ke UKS bersama pak Harto yang mengikut.

Iya, Niskala salah orang ia pikir yang pingsan itu Vara. Niskala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menatap kedua perempuan di depannya yang masih tertawa kencang.

"Jadi lo kira itu Vara Kal?, Masa lo nggak bisa bedain mana Vara mana cewek lain set dah" cibir Zidan yang tiba-tiba muncul, lelaki itu juga sempat ikutan panik. Namun setelahnya ia kembali menertawai sahabatnya itu dengan puas.

"Diem!"

Nevara melirik lelaki itu dari sudut matanya.

"Haus—" katanya dengan nada merengek.

"Minum"

Perkataan Niskala membuatnya mendatarkan ekspresi, dasar tidak peka.

"Itu kode kali Kal, kayaknya elo harus belajar tentang kepekaan menghadapi seorang perempuan deh" sahut Zidan.

"Hallah sok sok-an bilangin orang, lo tuh yang harusnya belajar gimana caranya tobat biar nggak jadi crocodile lagi" cibir Neta membuat Zidan meringis.

"Iya iya sementara Net"

"Gue mau ice cream, lo berdua yang belanjain gue sama Neta,ya" kata Nevara sambil berjalan menarik tangan Neta.

"Orang pelit kuburannya sempit" teriak Neta yang sudah menjauh membuat dua pemuda itu mengecek dompetnya masing-masing sambil meringis.

~~~



"Pulang sama gue. Tapi tunggu disini, gue ngumpul tugas anak anak dulu di kantor" ucap Niskala.

"Ogah ah, gue nggak mau nunggu, nunggu itu menyakitkan tau" katanya lebay.

"Lebay"

"Yaudah, oke fine kita pisah. Pisah jalan maksudnya" cewek bertubuh mungil itu berjalan mendahului Niskala. Palingan gadis itu akan singgah lagi di toko ice cream, Niskala membiarkannya dan berjalan menuju kantor.

Hari ini memang ia tak naik kendaraan apapun, ia suka berjalan dan ia akan semangat berjalan setelah mengonsumsi ice cream rasa vanilla, kesukaannya.

Saat perjalanan pulang, jalanan cukup sepi. Gadis itu akan membaca poster poster yang berdiri di pinggir jalanan, bahkan kadang ia berbicara sendiri dengan otaknya.

Namun saat ia berbelok di pertigaan jalan ia merasa ada yang mengikuti dirinya. Gadis itu sudah was-was kadang ia tiba-tiba menoleh ke belakang dengan tujuan agar bisa memergoki penjahat yang sedari tadi mengikutinya.

Suara cempreng dan tidak merdu tiba-tiba membuat Nevara menoleh ke belakang, mendapati seorang pria brewokan dengan rantai yang bertaut di lehernya, ada banyak tatto yang tercetak di kulitnya membuat Nevara sedikit mundur.

Pria itu semakin maju.

"Minta duit dong cantik"

"Harusnya saya yang minta sama om, om kan udah tua saya masih anak sekolah nggak punya penghasilan" sewot Nevara membuat pria itu terkejut.

"Berani lo ngatain gue tua, gue masih muda ya anak kecil!"

"J—jangan panggil aku anak kecil, aku bisa menunjukkan kekuatan ku, jangan mendekat kamu mau aku bunuh?!" Katanya sok berani, padahal gadis itu sudah gemetaran satu badan.

"Halah bacot, sini lo" sebelum pria itu maju Nevara sudah melarikan diri dari pria itu.

Ia berlari sekuat tenaganya, mulutnya terus bergumam nama seseorang. Berharap agar pemuda itu bisa membantunya.

Seseorang yang bersembunyi di lorong kecil tiba-tiba menarik tas vanillanya dan langsung membekap mulutnya.

Nevara tersenyum lega menatap sosok Niskala yang menyelamatkannya, pemuda itu mengawasi pria tadi yang sudah berlari jauh dari tempat persembunyian mereka.

Entah mengapa ritme jantung Nevara tiba-tiba sangat cepat berdetak. Dengan posisi mereka yang sangat rapat, tubuh mereka sangat rapat karena bersembunyi di lorong sempit.

Niskala menatap kebawah gadis itu yang juga mendongak naik menatap wajah Niskala, dapat pemuda itu lihat Nevara sekarang blushing membuatnya tak mampu menahan tawa.

Niskala dapat merasakan kedua gundukan kenyal tertekan di bagian perutnya. Ia mengadahkan kepalanya keatas menahan sesuatu sambil menggigit bibir kecil.

Keduanya terdiam memikirkan apa yang mereka rasakan.

"Kala?"

"Hm?"

"Gue kenapa bisa disini?" Tanya gadis itu mendadak amnesia.

"Arrgh. Karena gue tarik tangan lo tadi" katanya dengan suara serak.

"Lo—kenapa, kayak nahan sesuatu?" Pertanyaan itu...

Entah datang angin jenis apa tiba-tiba pemuda itu menunduk lalu memiringkan kepalanya membuat Nevara menatapnya tanpa berkedip.

Niskala semakin memajukan wajahnya hingga dua benda kenyal saling bersentuhan, Nevara dapat merasakan bibir Niskala menggigit dan melumat lembut bibirnya.

"First kiss gue!!!!"



VANILLA LOVING GIRL Where stories live. Discover now