Chapter 17

4.1K 579 125
                                    

Arti di atas berlaku untuk Arsad lain di luaran sana ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arti di atas berlaku untuk Arsad lain di luaran sana ya. Arsad di sini Sad-nya mah sedih atau bangsad juga boleh😭🤣🤣

————————————

"ADUDUHH! INDI DIANTER SUAMI LAGI!" Tante Mir heboh melihat Indira turun dari mobil. Sesuai prediksinya kemarin.

Membuat Arsad yang sudah melepas sabuk pengaman, ingin ikut turun, kembali memasangnya lagi. Dia menghindari orang-orang kelebihan energi. Melihat rambut orang itu saja sudah membuat Arsad ingin kabur.

"Tante bikin suamiku takut." Indira tergelak pelan, memakai ransel kecilnya dengan benar lalu bantu mengangkat pot besar yang kepayahan Tante Mir pindahkan sendirian.

"Dia di rumah juga kaku begitu?"

"Nggak kok. Kalau cuma berdua, dia manis, Tan."

"Kamu tenang dong, dia nggak bakal ngelirik perempuan lain."

"Perempuan lain juga bakal mikir-mikir sih, Tan, nggak akan betah sama dia."

Keduanya terkekeh bersama.

Arsad memperhatikan sejenak Indira yang membantu tetangga rukonya mengangkat pot besar. Mereka tampak mengobrol sambil haha-hihi.

Lalu ada seseorang, lebih tepatnya Jarjit, muncul dari antah berantah dan mengetuk jendela mobil. Dengan malas Arsad menurunkan separuh kaca.

Jarjit—Abel maksudnya—menyapa dengan cengiran dan hormat sekilas. Sok akrab sekali. Mungkin akan dilanjutkan dengan pantun.

"Selamat pagi, Bang Sad."

Dan, ya, anak ini semakin kurangajar saja.

Abel menggeleng-geleng. Bang Sad? Aduh, kok terdengar tidak elok. "Eh, aku harus panggil apa ya enaknya? Bang Ar? Bang Arsad? Abang lebih berkenan yang mana?"

"Lebih berkenan kalau kamu diam."

Abel membuat gerakan mengunci mulut. "Satu pertanyaan, janji. Nanti masih jemput ke sini lagi?"

"Bukan urusanmu."

"Maksudnya, kalau nggak bisa, biar Mbak Indira bareng aku aja. Kan searah. Lagian ada kerjaan yang mau kami bahas, Bang. Yang semalem itu lho." Abel akan menggunakan jasa Indira untuk bantu menyiapkan anniversary pernikahan orangtuanya minggu depan. Semalam dia sudah melihat-lihat desain. Tapi sepertinya hari ini dia akan sibuk. Mungkin kalau mengantar istri orang sambil ngobrol pekerjaan di dalam mobil lebih efektif. Tapi melihat tampang suaminya terlihat ingin menelannya hidup-hidup, dia pun urung melanjutkan niat isengnya ini.

Arsad malas bicara lagi, jadi hanya mengeluarkan side eye.

"Nggak ya? Ya udah. Sopir halalnya Mbak Indira semakin di depan. Jaya! Jaya! Jaya!" Abel mengepalkan tangan kemudian membiarkan Arsad menaikkan kaca jendela dan pergi dari sana.

Home. [End]Where stories live. Discover now