Si Pemuas Satu Kos

Start from the beginning
                                    

Sejak kecil gue tahu gue berbeda. Iya, gue ini homoseks. Dan bukan gay biasa. Gue ini power bottom. Hahaha. Karena bergelimang harta, gue bisa menyewa berbagai escort tampan, dari yang diam-diam model L-Men, bintang FTV tidak terlalu terkenal, model, influencer Instagram, sampai gigolo bule yang seksi dan berotot yang berkunjung ke Indonesia. Beberapa kali gue sempat menyewa bintang porno kelas internasional yang terkenal dan kebetulan sedang berkunjung ke Jakarta atau Bali. Secara gampangnya, hampir semua top dari yang ganteng sampai terkenal pun sudah gua cicipi di Jakarta. Mereka semua itu basi! Sekarang, gua lagi demen banget diewe sama cowok-cowok straight yang mukanya garang dan tidak terlalu merawat diri atau tidak metroseksual. Yang kerjanya semacam kuli, tukang bangunan, atau kerjaan kasaran, seperti tukang becak, gitu gue suka banget dah!

Sampai suatu ketika, gue tidak sengaja mendengar pembicaraan antara sopir dan tukang kebun gue di suatu sore habis kuliah. Gue lagi duduk-duduk baca majalah di ruang keluarga, sedangkan kedua sopir dan tukang kebun gue lagi nyiram bunga di taman sambil ngobrol ringan.

“Eh, gue habis diceritain sama temen gue dari kampung yang kerja jadi tukang nih,” kata Bang Tono, tukang kebun gue, memulai pembicaraan.

“Emang ada Ton?” timpal Bang Joni, sopir pribadi gue yang antar jemput gue sekolah.

“Elo tahu kan kosan yang di jalan raya pas jalan masuk gapura perumahan ini?” kata Bang Tono memulai. “Yang katanya mantan asrama sekolahan deket situ tuh.”

“Yang katanya cuma 300 rebu itu ya, Ton?” jawab Bang Joni menimpali. “Murah banget ya harga segitu di Jakarta. Di tengah kota lagi.”

“Ya tapi elo kan enggak tahu gimana keadaannya.”

“Jelek banget ya, Ton?” tanya Bang Joni menerka-nerka. “Apa jangan-jangan angker? Males banget tinggal di kosan yang banyak demitnya.”

“Bukan,” Bang Joni tampak makin bersemangat. “Tempatnya liar banget! Sampai katanya sering dipakai jadi pesta seks!”

“Ah ngaco aja masa pesta seks di kosan 300 rebuan.”

“Eh, gue kasih tahu elu nih,” sela Bang Joni menimpali. “Itu kan bekas asrama gitu ya. Ada 4 kamar gede gitu doang katanya dan setiap kamar isinya ada 6 kasur susun gitu. Jadi, tiap kamar isi 12 orang. Penghuninya biasanya tukang, mandor, sama pekerja serabutan proyek perumahan kayak disini nih. Makanya murah banget soalnya kan mereka juga cuma sementara disitu. Gilanya lagi, gue denger dari temen gue, di sana para penghuninya sering patungan nyewa perek satu atau dua gitu terus dipake bareng-bareng 12 orang!”

“BANGSAT!” Bang Toni menjawab cekikikan. “SERU BANGET JON DENGERNYA!”

“SERU PALE ELO!” kata Bang Toni sambil memukul kepala Bang Joni. “YANG ADA ELO BISA IKUTAN MATI KENA AIDS, PEYANG!”

“Ya kan bisa gak harus ikut main juga, Ton,” jawab Bang Joni sambil menggosok-gosok kepalanya. “Cuma nonton aja kali!”

KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto GonzalesWhere stories live. Discover now