#7. Nudis

2.6K 56 35
                                    


There's nothing I love more than male nudity.

Gara-gara tulisanku, hampir semua orang menebak ketek adalah fetish-ku. Enggak salah, sih. Tapi itu bukan satu-satunya, dan bukan fetish-ku yang nomor satu. To be honest, kontol uncut masih ada di atas ketek posisinya. Tapi di atas kontol uncut, ada lagi fetish yang paling kusukai numero uno.

Yaitu: lelaki telanjang.

Aku bisa puas melihat lelaki telanjang. Enggak usah ngewe atau nyepong atau apa pun, yang penting aku bisa lihat seorang lelaki telanjang, hidupku udah bahagia sentosa. That's why, pantai jadi tempat favoritku dibandingkan gunung. Karena di pantai, banyak cowok bertelanjang dada. That's why juga aku senang ada di sauna, karena aku bisa duduk diam barengan cowok-cowok badan kekar yang telanjang dilapisi sehelai handuk. Waktu aku lagi KKN, aku sering ngintip lelaki desa mandi di dekat sungai. Apalagi sore-sore, sehabis rapat bareng kelompok KKN-ku, aku malah kabur dengan dalih, "Mau jogging sore di sekitar sawah," padahal aku ke sungai, terus nongkrong ngelihatin cowok-cowok lokal mandi sambil bugil.

Haduh ... kalau teringat masa KKN, teringat lagi momen-momen indah mengamati kontol-kontol berjembut itu menggantung dan disabuni sang empunya. Wkwkwk. Padahal KKN-ku lumayan horor juga, tapi gara-gara akunya mesum mulu, aku enggak ngeh bahwa kami sering diganggu makhluk astral. (Kapan-kapan aja aku cerita soal KKN, ya. Kalau aku mood.)

Cerita kali ini ada dua. Melibatkan satu gay dan satu straight. Tidak ada adegan anal ya Gays. Ada, sih. Hampir anal. Tapi enggak jadi. Tapi semoga kalian tetap mau baca cerita ini meski enggak ada tusuk-menusuknya.

Oke, tema cerita kali ini adalah ketelanjangan. Karena fetish-ku nomor satu adalah nudity, aku tuh enggak masalah sama segala jenis bentuk "have fun" di aplikasi. Ngentot ayo, nyepong ayo, cuddle ayo, ke bioskop doang ayo, makan doang ayo, isap-isapan tanpa anal ayo, anal-analan tanpa isapan juga ayo, atau kombinasi seluruhnya juga ayo. Kecuali jadi pacar, ya. Hehehe. Suka ribet urusannya kalau udah "komitmen". Nah, karena aku open to possibilities, aku juga open sama orang yang cuma pengin "telanjang".

Kejadiannya pertengahan 2021, di mana Covid-19 masih merajai billboard. Aku belum kerja di kantor yang sekarang. Masih bisa nulis Maschalagnia versi lama dan Karantina. Saat itu Dua Sopir Ganteng belum lahir. Iseng-iseng, kubuka aplikasi. Barangkali ada boti yang lagi nungging dan siap di-tusbol.

Banyak, sih. Tapi aku harus jeli dan hati-hati. Aku enggak bisa gitu aja ketemu sama boti pertama yang kutemukan di aplikasi. Harus kuaudisi dulu diam-diam. Kenapa? Karena aku mau cari boti yang enggak gampang baper. Yang dibikin enak di bool sekali, mendadak neleponin tiap hari nanya kabar, bilang kangen, kenapa enggak ketemu lagi kita, kamu mau ghosting aku, ya, mau nyakitin aku, ya, aku udah ngasih bool-ku buat kamu tapi begini balasannya?

Nah, aku menghindari yang begitu. Karena di Bandung, lokasiku saat itu, yang begitu lumayan tersebar di mana-mana. Aku sampe nanyain temenku yang bisa baca tarot kalau aku mau ketemuan ama boti. "Tolong bacain. Ini orang, kalau di-entot, langsung baper, enggak?"

Kedengarannya aku ini kayak lelaki berengsek. Wkwkwk. But in my defense, aku justru menghindari "menyakiti" hati orang. Daripada dibikin sakit hati, mending dari awal diamati, apakah bisa dengan boti ini hanya ngewe aja, atau dia bakal bawa-bawa perasaan segala? Di luar sana ada kok boti yang cuma butuh ngewe. Nah, yang begitu yang aku sasar. Enggak salah dong kalau aku audisi dulu?

Di tengah-tengah pencarianku, aku nemu satu akun yang nama profilnya NUDIS. Gambarnya gambar badan dia sendiri, tapi dari leher ke bawah, dan cuma sampe batas perut aja, sih. Badannya mulus, kayak chinese, kurus, dan otot kering. Kukirim pesanlah ke dia, langsung to the point nanyain, Biasa nudis di mana, Mas?

Kumpulan Cerita GayWhere stories live. Discover now