#1. Ngenakin Om Karim

11.6K 138 24
                                    


Pertengahan Agustus aku pulang kampung ke sebuah daerah di Sumatra yang lumayan panas, yang maaf enggak bisa aku sebut nama kotanya. Perjalanan ini dilakukan dalam rangka nemenin ibuku keliling rumah saudara-saudara kami sebelum meninggal. Bukannya mengharapkan seseorang meninggal, tapi ibuku merasa udah enggak sanggup jalan-jalan jauh di masa depan, penginnya menghabiskan masa tua di rumah kami di Bandung saja, jadi kalau suatu hari ada yang meninggal, "Oh, alhamdulillah Mama udah sempat ketemu sama dia kemarin." Gitu maksudnya.

Lumayan banyak nih saudara kami di Sumatra ini. Sejujurnya lumayan tersebar di lima provinsi, tapi yang kami kunjungi cuma dua provinsi aja. Total perjalanan dua minggu. Aku ganti semua kerjaanku jadi WFH, sehingga aku tetap bawa laptop dan melakukan pekerjaan secara remote. Untungnya lagi enggak ada event besar di kantorku. Event yang paling ngabisin waktu adalah event kemaren yang sampe bikin aku menunda melanjutkan Dua Sopir Ganteng.

Keliling saudara di provinsi pertama aman. Kalau teman-teman nge-follow Twitter aku at bocahtitipan, ada cerita yang kutulis sambil ngantre cairin emas, tentang pengalamanku ngocok bareng polisi sebelah rumah, nah itu di provinsi pertama. Hari Kamis kemarin aku pindah ke provinsi kedua. Provinsinya sebelahan, tapi tetap naik pesawat biar hemat dan efisien.

Nyampe di bandara provinsi kedua, kami dijemput sepupunya ibuku. Yang berarti om dan tanteku. Aku ingat sih pernah ketemu mereka, tapi enggak tahu namanya siapa. Tanteku ini (Tante Erna) adalah anak bungsu di keluarganya, sehingga dia masih lumayan muda. Mungkin umur 40-an, karena anak dia aja masih balita.

Tapi, kita fokus ke omnya aja, ya. Karena ini cerita tentang omku itu. Namanya Om Karim. Lebih pendek dariku, kulitnya kecokelatan, badannya lumayan berotot, tapi perutnya agak buncit dikit. Menurutku oke sih. Bahu lebar, dada bidang, dan lengannya besar. Kalau udah bugil, para homo pasti sange juga. Dari segi muka, Om Karim ini sedikit di atas standar, lah. Enggak jelek. Enggak ganteng. Orangnya murah senyum, seperti orang Jawa. Penampilannya juga tetap muda, kayak pake celana pendek atau kemeja. At least enggak bikin ilfeel atau jijik. Literally orang normal Indonesia yang lumayan bisa bikin sange kalau udah telanjang. Pekerjaan sehari-harinya apa? Maaf lagi aku enggak bisa sebut, tapi kalau aku sebut, kalian bisa sange juga karena "uwow", cowok banget.

Ya udah tuh, aku enggak kepikiran ngapa-ngapain juga ama dia. Om Karim jadi sopir, Tante Erna duduk di depan, aku dan ibuku di jok belakang. Seperti halnya keluarga yang sudah lama tak bertemu, tentu ibuku ngobrol banyak dengan tanteku. Karena, hubungan darahnya adalah ibuku dan Tante Erna. Om Karim ini suaminya Tante Erna.

Salah satu yang menarik dari obrolan itu adalah fakta bahwa anak mereka ... merupakan hasil dari bayi tabung.

Fast forward perjalananku di provinsi kedua ini, aku dan ibuku keliling berbagai tempat mengunjungi saudara-saudara kami. Om Karim dan Tante Erna nemenin kami pake mobilnya. Om Karim sampai harus cuti buat nemenin aku dan ibuku. Mereka setia banget, sampai-sampai mereka pun menginap di rumah saudara yang kami kunjungi. Jadi, selama aku di provinsi kedua ini, aku enggak pernah menginap di rumah saudara yang sama.

Fast forward lagi ke malam terakhir kami ada di sini. Alasan Om Karim dan Tante Erna menjemput kami ke bandara kemarin adalah karena rumahnya paling dekat dengan bandara dibanding saudara-saudara lain. Jadi, malam terakhir di sini kami akan menginap di rumah mereka. Supaya besoknya, kami bisa langsung ke bandara mengambil penerbangan paling pagi ke Jakarta.

Jujur, di provinsi kedua ini, aku rada-rada sange. Gara-gara aku menginap di berbagai tempat, tidur di lantai di ruang tengah bareng saudara-saudara lain, aku enggak bisa ngocok. Terakhir aku coli waktu di provinsi pertama karena aku dapat kamar sendiri. Ini sampai malam terakhir, aku masih tidur di ruang tengah, di atas kasur Palembang yang tipis. Yang artinya, aku enggak akan bisa coli juga di sini. Kebetulan aku bukan tipe yang bisa coli di kamar mandi. Coli-ku tuh mesti sambil rebahan, bukan berdiri. Tapi aku juga enggak bisa coli kalau banyak orang tidur di sekitarku.

Kumpulan Cerita GayWhere stories live. Discover now