Meskipun Liana baru mengetahui keberadaan siluman, ia tidak bisa menebak siapa sebenarnya Dirga. Gadis itu hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa Dirga terlihat lebih kuat daripada sebelumnya. Atau mungkin dia hanya merasakan karisma Dirga yang lebih dominan daripada sebelumnya. 

 "Ya ..." Jawab Dirga pendek. Ia mendapati cincin baru melingkar di jemari Liana.

"Apa kamu juga bisa melihat yang tak terlihat?" Tanya Dirga sambil memandang Liana.

Gadis itu mengangguk. "Sejak keluar dari sana aku tiba-tiba bisa melihat."

"Aku bisa menutupnya kemampuan melihat itu."

Liana berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala. "Aku ingin tetap memilikinya, walaupun aku masih butuh cincin ini untuk membiasakan diri."

"Baiklah kalau begitu."

Raga angkat bicara, "Jadi, kamu tadi sedang dalam perjalanan ke mana?"

"Menemui Hayu." Jawab Dirga pendek.

"Apa kamu tahu di mana dia berada?"

Dirga menggelengkan kepala, "Aku akan mengandalkan mereka untuk membawaku ke tempat Hayu berada."

"Sepertinya kamu harus bergegas, aku punya firasat buruk tentang ini. Kalau orang dibalik penculikan itu mengirim kutukan sebanyak ini pada keluarga Ranggaditiya yang tidak tahu apa-apa, aku tidak yakin apa yang akan dihadapi Hayu."

Dirga terlihat kelelahan, "Hayu bersama paman Erfan dan Fero, jadi biarkan aku istirahat sebentar. Bangunkan aku satu jam lagi." ucap Dirga sambil menyandarkan diri di sofa dan memejamkan mata.

Mereka semua tidak ada yang berani mengusik Dirga.

"Kalian semua baik-baik saja kan?" Tanya Raga pada teman-temannya.

Deka dan Ilyas menganggukan kepala.

"Kami sudah mencari di sekitar sini, tapi orangtua mereka tidak bisa ditemukan." Ucap Deka.

Raga hampir saja lupa kalau alasan Deka dan Ilyas pergi adalah untuk mengecek keberadaan orangtua Liana dan Lita. "Apa tidak ada utusan lain dari keraton selain kita?" Tanya Ilyas.

Raga menggelengkan kepala, "Kalian satu-satunya tim baruku. Dan rasanya aneh kalau ada yang mengaku sebagai utusan keraton dan membawa orangtua Lita pergi. Jika mereka benar utusan keraton, tidak ada alasan valid untuk mereka membawa orangtua Lita pergi."

"Jadi, akankah mereka baik-baik saja?" Tanya Liana khawatir.

"Tenanglah, kami akan cari orangtuamu. Lalu Nanda akan tetap tinggal di sini untuk beberapa hari memastikan keadaan tetap aman." Jelas Raga.

"Dari mana kita mulai mencari mereka?" tanya Deka.

Raga menghembuskan napas, "Kita pakai metode manual. Melacak CCTV sekitar dan mencari jejak kepergian mereka."

Deka maupun Ilyas memasang wajah yang datar. Mereka berdua baru saja mencari petunjuk tapi tidak membuahkan hasil sama sekali, lalu pertarungan mereka dengan para kutukan cukup untuk membuat mereka merasa ketakutan. Selama mereka berlatih, Vella dan yang lain selalu mendampingi mereka untuk mencegah hal buruk terjadi. Tapi, pertarungan yang barusan terjadi cukup mengguncang mental Deka dan Ilyas. Mereka berdua belum pernah merasa sedekat ini dengan kematian.

"Para kutukan itu ... bagaimana kalau mereka datang lagi?" Tanya Deka serius.

Raga menghembuskan napas. "Seperti tadi, kita hanya bisa menyerang mereka dengan kekuatan siluman."

Deka terlihat frustasi dan hampir saja meledak marah, tetapi sebelum dia sempat meledak marah, Lita dan Nanda kembali sambil membawa es jeruk dan beberapa camilan manis.

"Aku pikir kalian akan butuh tenaga setelah kejadian tadi. Jadi aku membawakan makanan manis." Gumam Lita.

"Apa Dirga baik-baik saja?" Tanya Lita saat melihat Dirga tertidur di sofa.

Ilyas mengangguk, "Dia hanya ingin istirahat sebentar."

Deka segera mengambil camilan untuk memakannya. Meskipun kekuatan Dirga menyembuhkan luka fisik tubuhnya dan membuat badannya terasa segar, kekuatan itu tidak termasuk menghilangkan rasa lapar dan haus.

Mereka mulai makan dalam diam. Keheningan dipecahkan oleh Raga yang membagikan rencanya.

"Kami bertiga akan mencari orangtua Lita, Nanda kamu tetap tinggal di sini untuk sementara. Aku berasumsi kalau para kutukan mengincar Liana, jadi kamu harus menjaganya ke manapun dia pergi."

"Kenapa kamu seenaknya menyuruh Nanda menjaga adikku?" Tanya Lita pada Raga, untuk beberapa saat Lita tidak peduli kalau Raga merupakan Pangeran Kedua dari Kerajaan.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan jika kutukan seperti tadi datang menyerang?" Tanya Raga.

Mereka berdua saling beradu pandang intens sampai akhirnya Lita mengalihkan pandangan kesal. "Baiklah. Sampai orangtua kami ditemukan Nanda boleh tinggal di sini."

Dirga tiba-tiba saja duduk tegak dengan mata terbuka mengagetkan mereka semua. Ia tidak buka suara sama sekali. Pandangannya kosong beberapa detik sebelum akhirnya pandangannya kembali normal.

Ia memandang mereka semua, "Aku harus pergi. Jaga diri kalian."

Dirga berjalan menuju pintu belakang. Tapi, sebelum sampai di pintu, ia menghilang begitu saja hingga mengagetkan mereka semua.

"Mungkin itu adalah perjalanan dimensi yang dibicarakannya tadi." Gumam Nanda ketakutan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Gate into the Unknown [END]Where stories live. Discover now