36 - Para Tamu

336 61 6
                                    

Liana memberanikan diri melepas cincin dari jemarinya sambil berjalan menuju jendela. Ia menggengam cincin di tangan kiri lalu bersiap untuk membuka tirai. Ia menarik napas lalu membuka tirai jendela yang langsung disambut oleh bayangan sosok hitam bermata merah. Liana spontan berteriak dan menjatuhkan cincinnya. Gadis itu langsung merangkak mencari cincinnya tanpa memandang ke arah jendela. Setelah memakai cincinnya, Liana menutup tirai jendela lalu berlari kecil menjauhi jendela. 

Lita berlari masuk ruangan saat Liana sudah merangkul lengan Nanda karena ketakutan. Lita menatap ke arah adiknya, "Kenapa, ada apa?" tanya Lita kebingungan, dia sama sekali tidak melihat keanehan di ruangan itu. Raga terlihat mencoba menghubungi yang lain tapi hasilnya nihil. 

Raga langsung menghampiri Lita, "Minta semua orang masuk ke rumah dan tutup semua pintu. Aku akan memeriksa keadaan di rumahmu. Nanda, kamu di sini jaga Liana. Jangan pernah membukakan pintu ruangan ini pada siapapun." Gumam Raga. Ia langsung berjalan keluar dengan Lita yang mengikuti di belakang.

Raga langsung pergi menuju dapur dan sebagian besar pekerja keluarga Ranggaditiya sedang berkumpul di ruang istirahat. Raga menoleh pada Lita membuat gadis itu langsung berkata pada para pekerja, "Jangan ada yang keluar dari rumah, tutup semua pintu dan jendela. Sekarang."

Sebagian besar dari mereka terlihat bingung, tapi tetap melakukan apa yang diminta oleh Lita. Raga berjalan ke jendela terdekat untuk melihat keluar, matahari mulai terbenam dan ia tidak melihat makhluk hitam di sekeliling rumah. Lita masih mengekor di belakangnya, "jadi apa bisa kamu menjelaskan apa yang terjadi."

"Setelah mengecek seluruh sudut rumah aku akan menjelaskan."

Raga masih mengecek keluar dengan mengintip dari tiap sudut jendela yang ia temukan. Lita mengikutinya dalam diam. Setelah beberapa saat, beberapa pekerja Lita sudah berkumpul di tempat istirahat, mereka mendatangi mereka. 

Salah satu dari pekerja Lita angkat bicara, "Kami sudah menutup semua pintu dan jendela. Sebenarnya ada apa mbak?"

Lita melirik Raga sekilas, "Semua orang, istirahat saja dulu. Jangan ada yang pulang jika belum ada informasi dariku." 

Lita melihat Raga berjalan ke arah ruang tamu, tanpa banyak bicara ia langsung berjalan mengikutinya. Raga terlihat berdiri di tengah ruangan sambil mengamati jendela ruang tamu tengan keadaan tirai terbuka. Lelaki itu menghembuskan napas frustasi. Ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Kali ini panggilan itu diterima seseorang. Raga hanya berkata pendek, "Datanglah ke kediaman Ranggaditiya sekarang." ucap Raga kemudian mengakhiri panggilan.

Meski Lita tidak melihat apa-apa dia bisa menyimpulkan kalau Raga terlihat sedikit cemas dan ketakutan. "Raga, ada apa?"

"Kamu ingin tahu?"

Lita mengangguk. "Pejamkanlah matamu."

Lita menurut, ia merasakan jari Raga menekan bagian di tengah antara kedua matanya sekilas. "Buka mata perlahan dan persiapkan mentalmu."

Lita membuka mata perlahan seperti instruksi Raga, saat matanya benar-benar terbuka ia terkejut karena banyak sosok hitam bermata merah mengerubungi seluruh rumahnya, sosok itu terlihat seperti kain terbang berwarna hitam, tanpa bentuk yang jelas. Pergerakan mereka tampak seperti asap.

Lita terkejut tapi dia tidak sampai ketakutan. "Apa itu?"

"Kutukan." Jawab Raga pendek.

Lita menoleh pada lelaki di sebelahnya, "Apa????" 

"Penjelasannya panjang, tapi intinya mereka adalah kiriman orang lain untuk menyakiti target. Dan dalam kasus kita, adikmu adalah targetnya."

Lita sedikit terkejut.

Gate into the Unknown [END]Where stories live. Discover now