05 - Festival

663 116 5
                                    

Hayu merasa canggung.

Pada saat festival perayaan pernikahan Gusti Pangeran dengan Putri Renita, semua instansi diliburkan. Kebanyakan festival diadakan di alun-alun Ibukota Kadipaten. Kebetulan Ibukota Kadipaten Timur terletak di Banyuwangi, tempat Hayu tinggal.

Festival biasanya diadakan dengan acara budaya pada hari pertama, lalu dilanjutkan dengan pasar malam selama seminggu penuh.

Meski banyak orang yang datang untuk melihat acara pembukaan, Hayu diam saja karena dirinya harus menunggu Dirga dan Liana di sudut restoran cepat saji bersama Yustas. Hayu tidak tahu kenapa tapi, gangguan sosok cukup berkurang sejak dia duduk bersama Yustas.

"Jadi ... rumor kalo kamu bisa melihat hantu, apa itu benar?" Tanya Yustas dari seberang meja.

Mereka berdua sedang duduk  berhadapan sambil menikmati burger yang dibeli Yustas. Sesuai perkataannya kemarin, semua pengeluaran akan dibayar Yustas.

"Memangnya kamu percaya hantu itu ada?" Ujar Hayu mengembalikan pertanyaan pada Yustas.

"Aku percaya." Jawabnya tegas.

Hayu tertegun mendengar itu. Sejujurnya dia tidak mengira seorang seperti Yustas akan mengakui hal bodoh seperti itu. Zaman modern seperti ini masih ada yang percaya hantu? Tentu saja kalian akan ditertawakan orang.

Hayu awalnya tidak percaya pada hantu, tapi begitu dia mengalami menstruasi pertamanya, entah kenapa indranya mulai peka dan dia akhirnya bisa melihat sosok yang tidak terlihat. Teman-temannya menganggap Hayu gila karena dia bercerita kalau ada hantu yang menganggunya. Sejak saat itu, Hayu memilih untuk tidak menceritakan kemampuannya ataupun membicarakan hantu.

Hayu kemudian tertawa mendengar jawaban Yustas. "Kamu? Percaya hantu?" Hayu menggelengkan kepala.

"... pasti itu cuma caramu untuk memancing obrolan aneh dariku kan? Setelah nanti aku bercerita, kamu akan menyebarkannya pada anak-anak untuk mengejekku?" Sergah Hayu.

Yustas terlihat tersinggung mendengar itu. "Memangnya aku pernah mengejekmu? Atau menganggumu? Aku benar-benar ingin mengenalmu lebih dalam karena aku suka kamu." Sergah Yustas.

Hayu terdiam mendengar respon itu. Apalagi ekspresi Yustas benar-benar terlihat tersinggung. Anak itu menghindari tatapan Hayu dan fokus makan sambil menatap keluar jendela.

Hayu menggaruk kepalanya salah tingkah, "Maaf, aku tidak bermaksud menyinggungmu. Tapi, aku terlalu sering bertemu orang yang penasaran mengenai sosok yang tak terlihat, tapi begitu aku menceritakan apa yang kulihat, mereka mulai menertawakanku dan mengejek." Ucap Hayu lalu menyeruput minuman sodanya.

Yustas menghembuskan napas pelan. "Ah, aku tidak pernah mempertimbangkan itu sebelumnya. Maaf ucapanku tadi terlalu kasar." Jawab Yustas.

Hayu menganggukkan kepala. Entah kenapa dia melihat Yustas dengan cara yang berbeda sekarang.

"Yah .. aku mulai bisa melihat sosok seperti itu setelah aku mengalami menstruasi."

Yustas mengeryit, ia terlihat bingung tapi tidak memotong ucapan Hayu. Malahan Hayu yang menangkap reaksi Yustas lalu bertanya, "Kenapa? Ada yang aneh?" Tanya Hayu. Yustas menggelengkan kepala, "Lanjutkan saja ceritamu."

"Aku mulai melihat sosok-sosok tidak terlihat itu, tapi aku tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Hanya melihat saja. Tapi, itu kadang membuatku frustasi. Jika aku bisa berkomunikasi dengan mereka setidaknya aku bisa marah-marah pada mereka atau mengusir mereka jika terlalu mengangguku." Jelas Hayu.

Yustas semakin terlihat termenung setelah mendengar penjelasan Hayu. Ia lalu bertanya, "Apa orangtuamu tahu tentang hal ini? Ataukah mereka juga bisa melihat sosok yang tidak terlihat?"

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang