34 - Yang Mereka Cari

377 54 0
                                    

Araka berjalan mendekat memasuki tebing yang menjadi pintu masuk gua dengan ekspresi datar. Saat ia sampai di mulut gua ia langsung disambut oleh geraman suara yang menggema dari dalam gua. Suara geraman yang menggetarkan hampir bagian gua itu bahkan tidak membuat Araka terkejut. Lelaki itu terus berjalan masuk ke dalam gua. Lubang di gua semakin melebar dengan jalan yang semakin turun ke dalam. Sisa-sisa darah dan bau busuk menguar di sepanjang lubang tidak menganggunya sama sekali. Banyak obor yang masih menyala di sepanjang jalan menuju gua hingga Araka tak perlu menggunakan kekuatannya.

Araka berjalan terus dengan kedua tangan di saku dimasukkan ke saku jaketnya. Suara geraman dari dalam masih terus bergema menemani setiap langkah Araka. Ketika akhirnya dia sampai di bagian gua yang terdalam, langit gua mulai meninggi hingga dua puluh meter dan di bawahnya terdapat monster hitam setinggi lima meter dengan rantai asap berwarna keemasan di setiap lengannya.

Makhluk itu berbentuk seperti manusia, dengan wujud berbulu hitam di seluruh badan, kulit berwarna kemerahan seperti melepuh. Wajahnya seperti monyet dengan dua taring panjang mencuat dari atas dan bawah rahangnya. Mata makhluk itu merah dan Araka mendapati sedikit bercak darah di dagunya. 

Araka berdiri di depan makhluk itu sambil mengamati si makhluk yang masih saja menggeram ke arahnya.

Araka mendongak untuk menatap lurus mata yang menyala merah itu. 

"Berisik, aku bisa membunuhmu kalau kau mengesalkan." Ucapan pelan dari Araka langsung membuat si monster diam sambil memandangi Araka.

"Aku sudah berusaha keras agar kau bisa memiliki wujud padat, tapi sayang sekali banyak makananmu yang sudah dibunuh." Ucap Araka sambil menghembuskan napas.

"Handoko dan kelompoknya juga sudah mati, begitu juga makananmu di tempat persembunyian lain."

Araka berjalan mendekat, ia memutari si makhluk untuk melihat wujud si monster. Jika dilihat dari dekat wujud si monster seperti berasap, tetapi Araka tahu kalau itu terjadi karena si monster belum disempurnakan, wujud gaibnya masih terlihat dan sesekali menjadi tak kasat mata.

Kepala si monster ikut memutar untuk mengikuti setiap langkah kaki Araka. Saat Araka sudah kembali ke tempatnya, ia mendongak memandang monster. "Kau beruntung karena mereka tidak menghabisimu saat datang ke sini. Tapi tetap saja banyak makananmu yang sudah dihabisi, bahkan para kutukan juga."

Araka menggaruk kepalanya, "Apa aku lepas kau saja untuk balas dendam pada mereka karena sudah menghambat rencana ya?" 

Mahkluk itu menggeram kecil seakan mengiyakan pertanyaan Araka, hingga membuat Araka tersenyum kecil. Ia kemudian berjongkok sambil memandang ke arah si monster. "Aku sangat kesal. Mereka bahkan sudah menghancurkan satu tempat penelitian obat. Lalu membunuh semua makhluk buatanku tanpa menyisakan bahkan ampasnya. Mereka juga berhasil mengambil Aldas dari genggamanku. Dan yang tersisa di sini hanya kau."

 Araka tersenyum sarkas pada si monster, "Jadi apa kau bisa mencari di mana mereka berada dan menangkap mereka?"

Si monster menggeram.

"Aku juga harus mencari anak-anak itu. Di antara mereka ada seorang yang spesial. Aku harus menangkapnya."

Araka memandang lurus ke arah si monster, "Kau mengerti kan?"

Makhluk itu menggeram, dan matanya menyala semakin merah.

Araka berdiri lagi, ia memandang ke arah si monster, "Tapi sebelum kau mencari anak-anak itu, bunuh orang-orang yang tadi menyerang gua. Kau tentu mengingat bau mereka kan?"

Si monster menggeram keras dengan ekspresi marah. Araka mengangguk sambil tersenyum, sudut bibirnya naik menampakan senyum miring. Araka kemudian membuka telapak tangannya, asap hitam keluar dari sana dan perlahan membentuk menjadi makhluk hitam melayang dengan dua mata merah. Mereka melayang-layang di langit-langit gua hingga memenuhi tempat. Wujud mereka yang seperti asap, membuat suasana semakin mencekam.

Gate into the Unknown [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum