Chapter 4 : Nine

59 5 4
                                    

....

"Apakah sudah selesai, Kak Mira?".

"Sudah. Kau bisa keluar dari ruangan pemindai dan langsung ke sini saja".

"Bagaimana kondisiku? Apakah aku benar-benar boleh untuk keluar?"

"Kondisi fisikmu stabil dan dalam keadaan prima. Kondisi mentalmu juga sepertinya malah lagi bahagia ya?".

"Ehe iya, karena sudah dapat izin dari pak Kepala secara langsung jadi aku tidak ingin melewatkan kesempatan langka ini untuk menemui mereka".

"Oh begitu rupanya. Kemudian untuk Reinforce system dan Trans NeoplAI (cara baca : Trans Neopel AI) dalam kondisi optimal kembali, jadi aliran energi yang akan digunakan dari sel itu akan mendapatkan nilai optimal juga".

"Okelah kalau begitu, aku sudah selesai mengganti pakaianku. Aku akan langsung ke sana".

"Tunggu. Ingat kalau Dafa harus minum obat yang sudah disediakan oleh farmasi. Kurang 5 jam lagi harus diminum. Sistem pengingat ada di smartwatch mu".

"iya kak Mira, aku tau kok. Sampai jumpa"

"Hati-hati ya"

2 jam sebelum bertemu, Dafa baru saja keluar dari ruangan yang dia sendiri menyebutnya seperti ruang UKS yang ada di sekolah. Namun ruangan itu memiliki alat scan tubuh yang seperti CT scan tapi berbeda dengan CT scan yang biasanya. Masih menggunakan baju panjang hijau berjalan hingga ke kamar atau ruangan pribadinya, Dafa mengganti bajunya dengan pakaian tempur yang digunakan kemarin ketika menjadi pasukan bala bantuan pasukan pertahanan. Setelah bersiap dengan perlengkapannya, mengecek status dan kondisi Trans NeoplAI yang dia kenakan dari pinggang hingga kakinya yang seolah-olah terlihat seperti kaki cyborg itu, akhirnya Dafa keluar kamarnya dan menuju ke ruangan mini drone flight hall.

Ruangan luas seluas hanggar itu menyediakan semacam alat dengan diameter sekitar 1 meter yang digunakan seseorang untuk terbang menuju ke suatu tempat dengan kecepatan tertentu. Cara menggunakannya hanya tinggal naik di papan itu, mengaktifkan mesinnya dan memberikan arah akan menuju ke suatu tujuan. Sayangnya karena ukuran yang kecil ini–kalau dibandingkan dengan pesawat terbang yang digunakan kemarin– hanya dapat menempuh kurang dari 60 km maksimal dan kemudian alat itu harus kembali ke charger stationnya.

"Wah, hanya tinggal 30 km lagi bisa sampai di sana. Aku masih bisa terbang selama itu. Sepertinya aman", gumam Dafa tidak sabar ingin segera menemui mereka.

"Dafa mau kemana menggunakan mini drone itu?", Sapa pak Tiyo selaku kepala teknisi yang sedang lewat dan melihat Dafa sedang mempersiapkan launch drone nya.

"Saya mau pergi menemui saudara saya pak"

"Itu jauh loh. Pastikan selalu aktifkan sistem refleksi agar bisa menyembunyikan lokasi terbang mu. Reinforce systemmu juga sudah dilengkapi oleh fitur itu".

"Siap pak. Aku berangkat dulu"

"Iya nak Dafa".

Dafa kemudian terbang dan berangkat menggunakan mini drone itu. Namun tidak lupa Dafa langsung menggunakan fitur refleksi agar penerbangannya tidak diketahui dan tidak dapat dilacak serta dilihat oleh orang lain. Perjalanan hampir 100 km itu membutuhkan waktu yang lama. Namun 1 jam saja dapat ditempuh menggunakan alat itu.

Diperjalanan terbang itu, Dafa memikirkan sesuatu seperti, "bagaimana caraku untuk menyapa kak Fian untuk yang pertama kalinya ya? Apakah aq berdiam saja di belakangnya sambil mengamatinya dari jauh? Malah gak bisa ketemu ya, ehe. Aku kagetin aja dari belakang. Eh itu nanti malah canggung situasinya. Karena sudah 10 tahun ini dimana dulu aku tidak bisa berdiri dan berjalan dengan sempurna karena penyakit ini. Akhirnya sekarang aku bisa pergi kemanapun aku mau bahkan hingga bisa menemui kakakku."

REUNIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang