Part 5

346 29 2
                                        

"Sensei, kita tidak salah jalan, kan?"

"Hah?"

Kakashi yang sedari tadi fokus menatap kertas dipegangnya mendongak, Kakashi terkejut dengan apa yang di depannya, tebak apa yang dia lihat?

Sebuah papan besar bertuliskan 'Rumah Bordil' tergantung tepat di atas pintu masuk, beberapa pria sibuk berlalu lalang masuk ke dalam di dampingi oleh satu atau dua gadis dengan pakaian yang bisa di bilang kekurangan bahan. Oh jangan lupakan, bau pekat alkohol yang menguar bahkan sebelum masuk ke dalam.

Kakashi menatap horor kertas yang dipegangnya, ia terus saja menatap secarik kertas itu dan juga papan tokoh secara bergantian. Memastikan bahwa alamat yang di berikan tidak salah.

"Sensei, kita tidak salah jalan, kan?" Sakura kembali bersuara mencoba memastikan. Bau pekat alkohol membuat hidungnya benar-benar tak nyaman.

Kakashi tersentak, dirinya juga terkejut mendapati alamat yang di berikan Shunade merupakan sebuah rumah bordil. Bisa ia tebak, bahwa rumah bordil ini pernah menjadi salah satu tempat Shunade menikmati alkohol dan berjudi.

Jika tidak mengingat dia membawa 3 orang anak di bawah umur, mungkin dirinya masih akan bisa bersikap santai namun hey, membawa 3 orang anak ke dalam rumah bordil? Dirinya bisa dikira sebagai seorang pedofil. Ck, dasar Hokage tukang Judi!

"Sensei, kita tidak salah jalan, kan?, Sakura kembali mengulangi pertanyaan begitu melihat Kakashi tak kunjung menjawab.

Kakashi menghembuskan napas dengan keras, mencoba mengurangi rasa kesalnya,
"Lokasinya sudah tepat, aku yakin kita sama sekali tidak salah tempat"

"T-tapi sensei, Sensei yakin akan membawa kami masuk? Maksudku kami masih anak di bawah umur" Sakura terlihat panik.

"I-itu" Jujur Kakashi juga bingung, apakah dirinya harus membawa mereka masuk.

Di tengah kebimbangan Kakashi, Naruto melangkah kakinya untuk mendahului mereka masuk.

"Tunggu, Naruto"

Kakashi memegang pundak Naruto, mencoba menghentikannya.

"Sampai kapan Sensei akan berdiri di situ? Itu hanya akan membuang-buang waktu. Jangan lupakan bahwa kita adalah seorang shinobi" Naruto kemudian kembali melanjutkan langkah nya masuk kedalam. Nada bicaranya masih tak seperti biasanya, terdengar serius dan err-dingin?

Kakashi merasa terkejut dengan perkataan Naruto namun dengan mencoba mengendalikan situasi, benar yang di katakan nya. Mereka adalah seorang shinobi, bahkan untuk seukuran anak di bawah umur mereka sudah pernah membunuh orang. Dan itu bukanlah prilaku anak di bawah umur.

"Masuklah", Kakashi dengan cepat masuk dan memimpin jalan sebelum Naruto berjalan lebih jauh, "Jangan dengarkan atau jangan melihat hal yang tidak seharusnya kalian lihat. Mengerti?"

Sasuke pun ikut melangkah kan kakinya untuk masuk kedalam sedangkan Sakura, ia awalnya ragu-ragu untuk masuk namun daripada berdiri bak orang hilang di sini dan menjadi objek gombalan dari para pria hidung belang yang sibuk berlalu lalang. Ugh, membayangkannya saja sudah membuat Sakura mual, lebih baik dia menyusul masuk kedalam.

Saat berada di dalam dapat mereka lihat banyak pria dan wanita yang sibuk tertawa sesekali menyesap minuman di tangannya. Tak jarang ia dapati beberapa pria yang tengah berjudi sibuk berbicara kasar dengan wajah merah dikarenakan mabuk, jangan lupakan wanita-wanita di samping mereka sibuk menggelayuti para pria tersebut dengan suara yang dibuat-buat  dan juga baju yang kekurangan bahan.

Melihat tubuh mereka, Sakura sedikit iri melihat gumpalan lemak milik mereka berada di tempat dan ukuran yang pas, ugh.

Dari kejauhan seorang pria dengan seragam khas seorang waiters bar menatap mereka dengan tatapan menyelidik. Ia terus menatap mereka dari atas kebawah, pakaian mereka sangat mencurigakan. Bagaimana tidak?

Empat orang itu memakai jubah panjang berwarna hitam pekat yang menutupi seluruh tubuh mereka bahkan wajah mereka sama sekali tak terlihat sedikitpun.

Dan juga sepertinya tiga diantaranya merupakan anak di bawah umur melihat tinggi mereka sangat kontras dengan salah satu di antaranya yang bisa ia tebak merupakan seorang pria dewasa.

Mereka terus berjalan ke arah pantry bar tempat dimana para pelanggan memesan sesuatu, bahkan ketika mereka mulai duduk, pria itu masih memperhatikan mereka dengan seksama.

"Ingin pesan apa, Tuan?" Pria itu bertanya dengan wajah riang, terasa aneh jika melihat wajah pria itu yang cukup untuk membuat seorang anak kecil menangis hanya dengan melihatnya.

Ya, wajahnya cukup menyeramkan, dengan luka yang cukup besar yang terdapat di wajahnya. Sepertinya luka bekas sayatan benda tajam, cukup panjang.

Luka itu berawal dari ujung alis pria itu dan memanjang hingga ujung bibir miliknya. Tak lupa dengan luka sayatan lainnya, terlihat seperti pelengkap dari luka sayatan itu.

"Aku ingin-"


















T. B. C

Awoakwoakwoaowokaoakk

Akhirnya Kang Halu Up-!!! Yepiii!!! (≡^∇^≡)

Sebenarnya pengen cepet-cepet up tapi rasa malas ini tidak bisa kang halu lawann, ughhh╥﹏╥

Dan juga karena udh mulai sibuk kegiatan organisasi jadi kadang-kadang pulang nya sore banget, belum lagi klo ada kegiatan di organisasi masyarakat. Biasa pulangnya bisa malem.

Jadi biasanya klo pulang kang halu langsung molor, jadi g sempet deh ngelanjutin hehe (*°∀°)=3

Pokoknya do'ain kang halu bisa dapat banyak ide supaya makin lancar klo mau nulis.

JANGAN JADI SILENT READERS YANG CINTAHH-!!! (づ ̄ ³ ̄)づ

Bubuyyy




















The Other Side is DifferentDonde viven las historias. Descúbrelo ahora