dimulai

46 3 0
                                    

[Happy reading]

****

Harry masuk ke kantor Dumbledore. Dia melihat potret Dumbledore yang tengah duduk sembari memejamkan matanya. Harry menggenggam sakunya, lalu mengeluarkan botol kecil. Dia berjalan menuju Pensieve.

Harry menuangkan isi botol itu kedalam Pensieve. Memori-memori itu berputar, putih keperakan dan aneh, tanpa ragu, dengan rasa nekat, berharap ini akan menenangkan kepedihan yang menyiksa, Harry terjun.

Dia merasa kakinya membeku. Rupanya Harry menginjak tumpukan salju. Harry melihat seorang anak perempuan kira-kira berumur 12 atau 13 tahun, yang sedang memperhatikan hutan rimba yang bertumpuk salju, sambil memainkan beberapa pohon hanya dengan gerakan tangannya. Harry berjalan mendekati anak itu. Wajahnya putih hampir seputih salju, rambutnya putih keperakan, matanya biru yang bersinar.

"Vienna... sudah hampir gelap, ayo pulang." teriak wanita yang Harry yakini sebagai ibunya.

"Ya, Mum."

Gadis itu berdiri, mengibaskan baju abad pertengahannya, menyingkirkan salju-salju. Dia menatap hutan yang rimba itu cukup lama dan akhirnya pergi.

Harry berpusing, dia tidak lagi berada di musim dingin. Harry menemukan dirinya berada di sebuah desa, dan melihat orang ramai yang sepertinya sedang murka.

"Penyihir! Penyihir tidak boleh berada di desa kita, itu akan membuat pertanda buruk!"

"Bakar dia! Bakar!"

Orang-orang berteriak sambil memegang obor. Harry melihat gadis berambut putih itu menangis, memohon pada ibunya.

"Mum, tolong... aku bukan penyihir..."

Namun wanita itu tak memperdulikan, dia malah menjauh dari kerumunan, membiarkan putrinya dikeroyok massal.

Harry merasa kasihan. Gadis itu tak bisa bergerak lagi, tubuhnya sudah lemah.

Tiba-tiba Harry mendengar bunyi pop. Harry melihat Dumbledore bersama Tom Riddle muda. Mereka berdua berjalan ke arah gadis itu, dan Tom Riddle sepertinya akan menangis.

Dumbledore menarik napasnya. "Tinggalkan anak itu."

"Dia juga penyihir! Mereka bersekongkol!" jerit wanita yang berbadan gemuk.

Tom mengangkat tongkatnya. Tapi, Dumbledore menahannya.

"Pergi dan tinggalkan anak itu kalau kalian ingin baik-baik saja." kata Dumbledore.

"Kami akan membunuhnya!" kata mereka.

Dumbledore tak tahan, dia mengangkat tongkatnya, mengayunkannya dan para penduduk di desa itu menghilang. Tom Riddle berlari ke hadapan gadis yang sudah tergeletak itu.

"Kita harus cepat membawanya profesor."

Harry berpusing lagi, sekarang dia berada di dalam aula besar. Profesor McGonagall tampak lebih muda dari yang dilihatnya. Vienna berdiri dibelakang anak-anak kelas satu yang akan di sortir.

"Vienna Savaric!" teriak Profesor McGonagall.

Vienna maju dengan gugup. Dia duduk dan profesor McGonagall memasangnya topi seleksi.

GONE || DRACO MALFOY Where stories live. Discover now