Andhika menyadari gelagat sang anak menegang, ia tahu Abigael sedang berkutat dengan sakitnya dan seperti biasa anak itu hanya akan diam tanpa bersuara bila sudah tidak tertahan lagi barulah Abi akan mengadu.
Andhika hafal sudah kebiasaan sang anak berapa kali Andhika coba peringatkan Abi supaya lekas memberitahukan sakitnya apalagi tiba-tiba kambuh.

" Adek?... " Andhika berdehem mengusap perlahan pundak sang anak masih dengan senyum getirnya

" Masuk yuk udaranya sedikit dingin.." lanjutnya

" Hgg..." Abi hanya mengangguk lirih dengan raut menahan sakit yang kentara sekali

" Tolong Papa.." merentangkan tangannya

Andhika paham di raih nya kedua  tangan kecil itu dalam dekapannya dalam sekali angkat Andhika mendudukkan tubuh mungil itu di kursi yang ada di dekat kolam
meraih handuk guna mengeringkan kaki pucat sang anak.

Dalam diam Andhika coba remas sedikit kuat kaki Abi namun tidak ada respon sama sekali dari si empunya membuat Andhika menyimpulkan bahwa kaki sang anak kembali bermasalah,

" Sakit ga dek kakinya? " tanya Andhika

Abigael tersenyum kecut menjawab pertanyaan sang Papa.
sakit, semuanya sakit namun melihat raut wajah sang Papa yang terlihat sangat cemas membuatnya enggan untuk mengadu.

" Kita ke kamar yaa, istirahat.. " ujar Andhika lagi, anggukan kepala abigael berikan menyamakan dirinya dalam gendongan ala koala sang Papa

Sementara Andhika mati-matian menahan segala sesak di dadanya merasakan betapa lemahnya tubuh sang anak dalam dekapannya bahkan tubuh itu kian terasa ringan, di dekapnya se-erat mungkin daksa kecil itu menyalurkan kehangatan sesekali mengusap teratur punggung Abigael.

" Pa.. Boleh minum obat nda? " tanya Abi ragu sebab ini bukan jadwal nya meminum obat akan tetapi sakit yang menghujam tubuhnya tidak tertahan

Andhika mengangguk pelan tangannya telaten menyiapkan butiran obat yang akan di konsumsi sang anak

" Sakit banget ya nak? mau Papa teleponin Mimi..? " tanya Andhika

" Ndaa, nda papa ini cuma sebentar kok nanti abis minum obat pasti sehat lagi Papa.. " jawab Abi meringis pelan

Andhika mengangguk setuju menyerahkan butiran obat itu yang langsung di minum abigael tanpa mengeluh sedikitpun.

" Hebatnya anak Papa.. " ujar Andhika seraya mengusap peluh di sekitar dahi sang anak di respon senyum lucu si kecil

" Nah.. Istirahat yaa, Papa temenin kalo ada yang ga enak atau dadanya sakit kasih tau ya dek "

Abigael mengangguk sekilas mulai menyamakan dirinya di posisi setengah berbaring nya membiarkan sang Papa mengusap keningnya perlahan.

Andhika terdiam menatap lamat wajah pucat Abi tangannya bergerak lembut mengusap kening tak lupa sesekali mengecup nya.

" Papaa~nanti kalo udah sehat bole ke tempat mama? " tanya Abi pelan

"Hg? "

" Ke tempat mama? Abi rindu mama~" kata Abi lagi menatap sang Papa

Andhika tersenyum sedikit tangannya terus menerus mengusap kening sang anak.

" Boleh... Sama papa ya nak, " angguk Andhika

" Papa? "

" Iya" Andhika menjawab ia pikir putra kecilnya itu sudah tidur setelah lama hening bahkan mata sipitnya sudah terpejam

" Papa tau? Abi sayang sekali sama Papa... Papa yang terbaik! maaf ya kalo Abi terus ngerepotin Papa.." kata Abi pelan

" Noo... Kamu anak Papa! kesayangannya Papa.. Ga boleh minta maaf papa ga suka"

ABIGAEILحيث تعيش القصص. اكتشف الآن