09 | New Member

93 33 19
                                    

"Itu apa tuh yang di belakang?" Agam tertawa melihat wajah putrinya yang memerah.

"Apa sih pah, orang enggak ada apa-apa" Arumi menghindar ketika papahnya hendak mengambil kertas di belakangnya.

"Kasih sama papah sini, papah mau liat."

"Janji kamu nggak akan marah?" Tanya Arumi kepada sang papah.

"Emang papah pernah marahin kamu?"

"Pernah, pas waktu-" Arumi terdiam dengan wajah berpikir. Semakin dipikir-pikir ternyata papahnya tidak pernah memahari Arumi, "Eh enggak pernah ternyata"

"Tuh kan, yaudah siniin kertas ulangannya" kata Papah Agam.

Arumi menyerahkan kertas ulangannya lalu duduk disebelah Agam. Gadis itu meraih tangan papahnya untuk ia peluk lalu menopang dagu memperhatikan papah memeriksa hasil testnya.

"Ya Tuhan, anak papah pinter banget" begitulah reaksi Agam setelah melihat hasil ulangan Arumi.

Arumi ikut tersenyum, belum jadi presiden aja papahnya udah sebangga ini, "Papah seneng banget?"

Agam menatap anaknya terharu, "Seneng banget lah, harus buat syukuran sih ini"

"Pah, tapi nilai aku limapuluh" Arumi tersenyum manis.

"Justru itu," Agam terharu melihat kembali kertas itu, "Biasanya kan nol"

"Hehehe iya juga yah" kata Arumi seketika berdiri di atas sofa sambil melompat girang, "Pinter banget sih aku, udah cocok banget jadi presiden"

"Mamah liat ini mah! Siapin sapi kita buat syukuran!" Agam berteriak heboh sambil meladeni Arumi melompat-lompat.

Rena dengan masker di mukanya turun dari atas, "Ada apa sih ini, rame banget?"

"Liat sendiri mah! Papah masih terharu nggak nyangka" kata Agam dramatis.

Rena menerima kertas putih itu, sedikit menjauhkan kertas sambil menyipitkan matanya. Di ujung kertas itu ada tinta merah yang bertuliskan angka 50, dengan ekspresi super haru Rena menutup mulutnya. "Astaga anak mamah pinter banget, langsung kuliah S2 mau yah?"

"Langsung nyaleg aja gimana?" Tanya Agam lalu mereka bertiga tertawa bersama.

"Aaaaaa akunya malu" Arumi menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Liat tuh mah, anak kita pinternya mirip kamu" kata Agam sambil menunjuk Rumi.

"Mirip kamu nggak sih pah?"

"Enggak mah, jelas dia mirip kamu"

"Gapapa pah, Rumi itu mirip kamu tau"

"Jangan rebutan dong, aku itu mirip kalian berdua tauu" Arumi menampilkan senyum termanisnya.

"Duduk dulu sini" kata Papah menyuruh Arumi turun dari sofa, "Kamu mau apa? Papah turutin nih"

"Nggak banyak kok pah" kata Arumi turun dari sofa, "Comot matahari mau yah? Mau di taroh di kamar"

"Panas dong tangan papah"

"Kan pake sarung tangan bisa pah"

Agam menatap Rena sambil senyum, "Kok ngelunjak yah mah?"

Arumi | Hanni New Jeans Where stories live. Discover now