10. Pesan Tersirat

44 4 0
                                    

"Apakah kehidupan di sana baik-baik aja?"

Gadis itu enggan membangunkan Gian yang sedang tertidur di bangku taman. Ia mengangkat kepala Gian dan meletakkannya di atas paha gadis itu.

"Gian yang malang."

Gadis itu mengelus rambut Gian. Cuaca begitu cerah siang ini. Langit begitu biru ditemani oleh kumpulan awan dengan berbagai bentuk. Gadis itu tersenyum melihat wajah Gian yang sedang tertidur. Ia tidak tahu mengapa Gian bisa ada di tempat ini.

"Kakak minta maaf karena ninggalin kamu tadi."

Ia masih tidak mengerti mengapa Gian dengan umur yang masih 10 tahun bisa datang ke tempat ini. Bukan saatnya Gian untuk datang. Bahkan, ia semakin bingung karena Gian datang untuk kedua kalinya. Air mata gadis itu mengalir hingga jatuh ke pipi Gian.

"Kenapa air mata ini kembali mengalir?"

Mata Gian perlahan terbuka. Ia melihat ada seorang gadis yang pernah dijumpainya. Ia langsung bangun dan mengatur posisinya.

"Kakak?" tanya Gian yang tidak percaya akan bertemu dengannya lagi.

"Gimana tidurnya? Nyenyak?" tanya gadis itu.

"Nyenyak, Kak. Gak tau kenapa tadi Gian tiba-tiba ketiduran di sini, Kak."

"Apa yang kamu ingat?" tanya Gadis itu kepada Gian.

Gian sama sekali tidak mengingat apa-apa. Gadis itu hanya tersenyum. Gian menjadi penasaran dan memaksa gadis itu untuk mengatakan apa maksud dari senyuman itu. Gadis itu mengatakan bahwa itu bukan apa-apa. Ia hanya senang bisa melihat Gian dengan tingkah lakunya yang lucu.

"Kakak ngapain di sini?"

"Kakak? Sampai sekarang Kakak juga gak tau kenapa bisa ada di sini. Rasanya ada sesuatu yang gak bisa Kakak jelaskan."

Gadis itu sudah cukup lama berada di sana. Ia selalu sendirian seperti menanti kedatangan seseorang. Ketika Gian datang, awalnya ia mengira bahwa bisa jadi itu yang dimaksud. Namun, setelah ia pikir, sepertinya bukan.

"Gian?"

"Iya, Kak, kenapa?"

"Kamu masih menyimpan gambar itu?" tanya gadis itu membuat Gian bertanya-tanya.

"Gambar? Gambar yang mana, Kak?" Gian merasa tidak pernah memiliki gambar.

Gadis itu baru sadar jika Gian tidak mengingat apa-apa. Ia mencoba mengalihkan pertanyaannya.

"Gian berapa bersaudara?"

Gian mencoba menghitung jarinya. Ia merasa tidak memiliki saudara.

Gadis itu mencoba bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama. Gian mencoba mengingat sesuatu hal. Ia meletakkan jari telunjuknya di dagunya sambil melihat ke langit. Ia membayangkan suatu hal. Terlihat seperti bayangan gadis yang tingginya sekitar 160 cm. Gadis yang ada di bayangan Gian tersenyum kepadanya.

"Apakah kamu mengingat sesuatu?"

"Entahlah, Kak. Gian merasa ada seseorang begitu dekat dengan Gian, tapi gak tau siapa orangnya. Orang itu ada di bayangan Gian."

"Siapa tau itu saudara Gian?"

Gian tidak mengerti mengapa gadis yang ada di sampingnya bertanya tentang saudara. Apakah gadis itu tahu sesuatu hal? Gian yang masih kecil tidak bisa memahami itu.

"Kepala Gian terasa berat, Kak," ucap Gian sambil memegang kepalanya.

"Jangan dipikirkan, nanti yang ada kepala kamu semakin sakit."

Gian hanya terdiam. Angin berhembus kencang dari arah selatan. Daun yang berguguran berterbangan. Gadis itu mendekatkan jari kelingkingnya ke tangan Gian. Gian menoleh ke gadis itu. Apa maksudnya?

Dua Jari KelingkingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang