Takut Pada Pembullyan

36 2 2
                                    

Ada yang membuatmu tak nyaman.

Lelucon beberapa teman sekelasmu itu mulai terasa mengganggu dengan maksud yang sangat jelas. Ya, mempermalukanmu.

Mereka melakukan aksi intimidasi secara verbal bahkan fisik dengan berlindung di balik kalimat, "Jangan baper ya!"

Lirikan mata yang ditujukan kepadamu diakhiri tawa setelahnya, cara mereka mengusilimu dan membuatmu tak layak.

Sikapmu mulai waspada.

Mulai menyadari kekuranganmu.

Mulai mencari-cari letak kesalahanmu.

Mungkin selama ini kamu pendiam.

Fisikmu membuat mereka tak suka saat melihatmu.

Kelebihamu membuat mereka iri.

Sikapmu yang mungkin pernah menyinggung mereka.

Bisa juga tanpa alasan yang pasti dan hanya karena ketidaksukaan yang berujung perlakuan tak adil untukmu.

Kebetulan juga kamu terlihat lemah dan menerima tanpa perlawanan yang membuat mereka semakin seenaknya.

Meskipun kamu memberi sinyal tak nyaman dengan gangguan-gangguan yang mereka berikan, mereka malah tertawa dengan ekspresi tak bersalah.

Kamu tak siap dengan perlakuan mereka, tapi orang-orang di sekitarmu hanya menjadi penonton. Tak ada satu pun yang benar-benar peduli pada apa yang menimpamu.

Tak ada yang tahu, diam-diam semangat belajarmu menurun, tak ada semangat mengejar prestasi, dan dalam pandanganmu, sekolah adalah tempat yang mengerikan.

Entah bagaimana kamu tak pernah ada upaya melawan mereka. Setiap mereka mengganggumu, hanya ketakutan dan perasaan malu yang memenuhi dirimu sampai kamu tak pernah menceritakan hal itu kepada siapapun.

Mungkin kamu pernah melaporkan perlakuan mereka kepada beberapa pihak yang dianggap bisa membantumu, tapi pihak tersebut dengan santai menjawab, "Itu kan hal biasa. Jangan terlalu dibawa hati!" atau "Biasa saja! Jangan baper!" atau tak ada tanggapan sama sekali bahkan menyalahkan dirimu.

Selama beberapa lama kamu mengalami perlakuan tersebut, menyisakan trauma yang mendalam pada diri, tapi pelaku tak pernah meminta maaf bahkan menyadari tindakannya adalah kesalahan saja, tidak.

Para pelaku menjalani hidupnya tanpa beban dan kamu membawa ketakutanmu setiap menghadapi lingkungan baru. Khawatir tak dapat beradaptasi dan kembali menjadi sasaran pembullyan.

Namun, aku ingin menegaskan satu hal kepadamu. Sebagai korban, kamu tidak salah. Sama sekali tidak bersalah. Kalau ingin mencari kesalahanmu, satu-satunya kesalahanmu adalah merasa pantas dan pasrah dibully oleh orang lain yang merasa dirinya superior, sedangkan kamu bukan budak mereka yang harus selalu patuh dan menerima saat diperlakukan semena-mena serta hanya diam saja saat diintimidasi dengan berbagai cara.

Kamu manusia merdeka yang harus dihargai keberadaan, diakui hak-haknya, dan mendapatkan perlakuan yang adil.

Kalau kamu sudah sadar bahwa kamu adalah manusia merdeka, maka jangan takut lagi menghadapi lingkungan dan orang-orang asing. Beritahu ketidaknyamanmu pada setiap orang yang berinteraksi denganmu bahkan orang-orang yang membullymu. Buat mereka paham, apa batasan yang tidak boleh mereka langgar saat berinteraksi denganmu. Buat mereka paham batasannya.

Jika ada yang masih membullymu, jangan ragu untuk melaporkan pada orang tua dan pihak sekolah atau pihak yang berwenang. Sertakan bukti-bukti yang kuat.

Kenapa? Karena kalau kamu masih dalam lingkungan sekolah, keamananmu dalam tanggung jawab sekolah. Sekolah harus memastikan kamu aman dan nyaman di dalam lingkungan sekolah. Tapi, kerja sama dan keterlibatan orang tua pun tetap harus ada, karena kamu masih berstatus anak atau remaja, dan masuk ke dalam lingkungan sekolah bukan berarti memutus tanggung jawab orang tua.

Kesalahan para korban bullying adalah umumnya malu atau takut dimarahi atau takut diejek saat mengadu kepada keluarga dan guru, padahal itu adalah langkah paling tepat yang harus dilakukan.

Jangan juga mengutus orang luar untuk melakukan kekerasan kepada pelaku. Tayangan-tayangan atau contoh-contoh di sekitar biasanya kurang tepat, dimana korban melakukan atau bersama dengan pihak-pihak luar melakukan aksi balas dendam dengan kekerasan kepada pelaku. Jangan main hakim sendiri! Dendammu mungkin terbalaskan, tapi resiko jangka panjang mengintai. Entah tindakan balas dendam dari pelaku atau menuntut ke jalur hukum. Berpikir panjanglah.

Jangan juga sabar, pasrah, dan berdiam diri yang akhirnya terbebani secara psikologis sampai ingin menyakiti diri sendiri bahkan melakukan aksi bunuh diri. Cari bantuan! Sabar bukan berarti berdiam diri dan pasrah, tapi berusaha mencari pertolongan dengan tindakan-tindakan yang tepat.

Kamu yang dibully, kamu yang disakiti, kenapa harus kamu juga yang melakukan tindakan bunuh diri? Tidak akan menyelesaikan masalah dan pelaku tetap baik-baik saja dengan ada atau tidak adanya dirimu dalam kehidupan mereka.

Dan, yang terpenting adalah pelaku umumnya merupakan orang-orang yang bermasalah. Serius. Mereka bermasalah secara psikologis, latar belakang, dll. Entah apa yang mereka alami di kehidupan keluarga, pergaulan, dan pengalaman masa lalu yang membentuk mereka menjadi orang yang tertarik untuk memanfaatkan kekurangan orang lain.

Selama ini tidak pernah ada upaya untuk membuat para pelaku agar lebih baik, padahal mereka memiliki masalah. Setiap orang punya kekurangan dan hanya orang yang bermasalah yang memanfaatkan kekurangan orang lain untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Jadi jangan mau dimanfaatkan oleh orang yang bermasalah.

Jadikan pengalaman bullying itu untuk membantu mereka yang terkena bullying di sekitarmu. Jangan hanya menjadi penonton saat kamu tahu betapa sakitnya dibully. Karena apa yang kamu tanam adalah apa yang kamu tuai. Kebaikan selalu menemukan balasannya. Begitupun sebaliknya. Di dunia dan di akhirat.

Jadikan pengalaman bullying itu untuk tidak membully orang lain. Simpelnya adalah setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Kamu tidak bisa memaksa semua orang cocok dan nyaman dengan dirimu. Pasti ada orang-orang tertentu yang kamu merasa tak nyaman dan tidak cocok dengan dirimu. Tapi tugasmu adalah menyesuaikan dan mengondisikan dirimu sendiri, karena itu masih dalam kontrolmu. Bukan menyuruh orang lain menyesuaikan dengan dirimu.

Jadikan juga pengalaman bullying untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dirimu. Kalau bisa dirubah, rubahlah. Seperti terlalu pendiam, kaku dalam bergaul, dll. Rubah. Percaya dirilah! Senyum, ajak orang lain berkenalan, temukan pertemanan baru, tak perlu risau saat ada orang yang tak cocok denganmu. Carilah orang-orang yang sejalan dan nyaman denganmu serta kamu pun nyaman dengannya plus memberikan pengaruh positif untukmu.

Jangan takut lagi pada siapapun!

Pengalamanmu mengajarkan untuk jangan pernah takut lagi pada siapapun, karena ketakutanmu membuatmu tak pernah melihat solusi. Beranilah! Jangan mau diperlakukan semena-mena.

Kalau kekuranganmu tidak bisa dirubah, seperti fisik, maka terima dan cintai sebagai bagian dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang indah.

Orang lain bisa memperlakukanmu dengan semena-mena, tapi kamu bisa memilih mau atau tidak. Lagipula semua orang punya kekurangan, jangan biarkan kekuranganmu membuatmu merasa pantas dibully.

Fokus pada kelebihan, asah, tingkatkan, dan percaya diri tunjukkan potensi. Jadikan kelebihan itu mendongkrak dirimu menjadi sosok pemberani.

Tak ada yang boleh membullymu. Tanamkan itu pada dirimu!

Sebagaimana trauma bullying itu pasti ada. Jika terlalu mengganggumu, carilah solusi dan bantuan. Jika harus dikonsultasikan, lakukan. Temui psikolog atau psikiater. Tak masalah.

Akuilah bahwa kamu pernah mengalami pengalaman pahit itu. Tak perlu malu. Lagipula semua orang punya masa lalu yang tidak menyenangkan. Tidak ada masa bahagia setiap saat, kan?

Namun, kalau dipikir-pikir, masa-masa sulit itu yang mengajarkan tentang bagaimana kuatnya diri menghadapi semua itu, dan bagaimana cara dewasa dalam menyikapinya.

Kamu bisa mencela bahkan lari dari masa lalu atau memilih belajar darinya.

Pada akhirnya kamu akan bahagia. Kamu akan bahagia.

Takut Pada Masa Depan Where stories live. Discover now