Masakin Tuan Muda

Start from the beginning
                                    

Amora kembali membulatkan matanya,  hey Amora tak ada niat untuk itu.

"ogah,  aku mah sukanya lansung nikah" ucap Amora berharap Felix  terdiam dengan ucapanya,  yakali cowok itu mau nikahin dia.

"Oke,  besok lusa kita nikah... "

"gak-gak,  ais iyadeh iya, aku bawain bekal setiap hari" pasrah Amora.

Felix terdiam sesaat, ia lalu bangkit dari duduknya dan mengambil tas dan jaketnya yang berserakan.

"Mau pulang? " tanya Amora berbasa-basi, padahal jelas Felix mau pulang.

"Hmm"

"Yaudah cepat,  hati-hati, kalo bisa jangan balik lagi"

Felix diam saja, ia segera melangkah keluar Apartemen Amora.

Amora bernafas legah,  ia hari ini bolos hanya untuk memasaki cowok itu.

.......

Seorang gadis cantik menggandeng seorang pria dewasa memasuki sebuah cafe.

Wajahnya nampak tersenyum ceria sambil sesekali tertawa bersama pria itu, ia bahkan tak peduli dengan tatapan orang-orang yang mungkin mengira ia adalah simpanan,  sugar baby,  atau apalah.  Karna itu adalah faktanya.

Pria bertubuh tinggi sesikit buncit berjas itu adalah pacarnya,  atau bisa di bilang sugar Daddy.

Sebagian pengunjung menatap jijik ke arah gadis itu,  namun tidak dengan Amora.  Ia tidak jijik hanya kaget dengan mata membulat dan mulut yang sedikit terbuka.

Gadis dan pria dewasa itu duduk sangat dekat denganya,  mereka napak mesrah bahkan sesari tadi gandengan itu tak lepas.

"Aku ikut mas aja deh,  aku bingung soalnya"

"iya sayang"

"mba saya pesan ini,  ini, ini,  dan ini.... "

Amora dapat mendengar dengan jelas percakapan itu..

"mba tutup tu mulut,  ntar di masukin lalat"

"hus,  gak boleh gitu baby"

Amora tersadar,  ia dengan sedikit kesal menutup mulutnya dan kembali fokus ke makananya.

Heran,  ternyata memang ada wanita yang seperti ini.  Dulu ia hanya tau di film-film dan novel, ternyata melihat secara lansung lebih menjijikan.

Ia dulu pernah sih bercita-cita menjadi sugar baby,  tapi nggak nyari yang begitu juga.

Amora menggelengkan kepalanya,  oh kenapa dia jadi julid begini.

Amora kembali menyesap kopi yang ada di hadapanya,  tadi setelah kepergian Felix amora yang bosan memutuskan untuk nongki-nongki di cafe dekat Apartemenya sambil sesekali liatin coga.

Atensi Amora teralihkan dengan pengunjung yang baru masuk,  saat itu seketika Amora menegang.

Cowok tinggi dengan lesung pipi dan kumis tipis itu adalah musuh bebuyutannya saat SMA dulu,  atau saat ia masih berada si tubuhnya.

Cowok itu menyebalkan dan selalu mencari gara-gara pada Amora,  tapi tak bisa di pungkiri Amora pernah memiliki rasa pada cowok manis itu.

Amora berdehem singkat,  memilih untuk tak peduli ia pun kembali fokus menyantap makanannya.

"boleh gabung?  Yang lainya pada penuh"

Amora mengangkat kepalanya,  ia menghela nafas pasrah dan mengangguk.

Amora tau cafe saat ini memanglah sedikit ramai. Ia yang tadi sendiri juga butuh teman.

Lagi pula ia juga sedikit rindu dengan musuh bebuyutanya ini.

"Nama lo siapa? "

Setelah memesan cowok itu nampak memulai obrolan.   Amora yang menyadari di tanya menatap  dengan senyum.

"Amora,  kamu bisa panggil Amor, kalo kamu? " tanya Amora berpura-pura tak tau dengan suara lembutnya.

"gue Edo,  nama lo mirip yah ama mantan gue"

Amora menatap Edo dengan bingung.

"Iya,  mantan musuh bebuyutan sekaligus cewek yang pernah ada di hati gue"

"oh ya?  Kenapa gak pacaran aja? " tanya Amora mencoba mencari topik pembicaraan.

"ahh,  rencananya gue mau ungkapin tapi dia keburu mati duluan" ungkap Edo santai.

Amora yang mendengarnya sesikit kaget dan menyesal.  Andai hari itu ia tak mati pasti sekarang sudah menjadi pacar Edo,  si cowok manis.

"yahh,  di tikung maut dong ya,  makanya kalo punya rasa itu ungkapin lansung"  ucap Amora sambil sedikit terkekeh.

"hmm,  gue sempat mikir gitu juga" ucap Edo

Tak lama pesanan Edo datang. Edo kembali menatap Amora,  hah di merasa ada sesikit kemiripan antara gadis yang ada di hadapanya ini dengan Amora lendari. Namun Edo menyangkalnya,  ia yakin itu hanya karna ia yang belum bisa melupakan Amora.
















Hay jangan lupa vote and comen

Terima kasih sudah membaca

Amora (END)Where stories live. Discover now