10. Kedatangan Evan

150 9 5
                                    

HAPPY READING💘💗

⚠️⚠️Warning!!⚠️⚠️

Kata-kata kasar dan tindakan yang tak patut ditiru!!!

🍍

🍍

🍍

AKHIRNYA ada kabar bahwa apart-ku bisa ditempati kembali, tadi siang sewaktu Nia sudah pamit ingin pulang. Bu Inas datang dan berkata bahwa akan ada peningkatan pembayaran untuk sewa Apartemen Nanas.

Tentu saja itu menjadi masalah baru untukku, aku adalah gadis remaja yang harus mengerti cara mengatur keuanganku. Jika seperti ini mungkin aku harus mengurangi uang jajanku.

Kini kami berdua keluar masuk dari apart Dava ke apart-ku, Dia sengaja pulang lebih awal hanya untuk membantu ini. Dia memang sudah mengabarinya lewat chat, karena memang setelah insiden panic attack ku kambuh ia meminta untuk bertukar nomor, itu saja.

"Lampu nya harus ganti itu" Pria itu memandang ke arah lampu Apart-ku, aku ikut mendongak.

"Lah iya" Balasku lesu menatap lampu dengan cahaya yang tak terlalu terang, bisa saja kita meminta bantuan satpam untuk memasang lampu baru disini, tapi menggantinya sendiri juga tak masalah kok. Malah biayanya terjangkau jadi aku bisa lebih hemat.

Jadi aku memilih pilihan kedua.

"Nanti gue beli Kak" Kata ku memberitahu, agar nanti aku bisa meminta tolong padanya untuk memasangkan Lampu baru yang sudah aku beli.

"Gausah, gue ada lampu cadangan. Lo pake aja" Sahutnya.

"Nggak papa kak?"

"Iya"

"Gue gak enak kak, kak Dava banyak bantuin aku. Tapi kayaknya aku gak pernah bales Budi" Entah tiba-tiba aku berkata seperti itu, aku merasa akhir-akhir ini selalu menyusahkan Dava.

Tapi diluar dugaan, Dava malah menjawab--

"Bales perasaan aja, gimana?"

"Huh?"

"Ehm! Lo gak perlu masalahin itu, lampu cadangan gue gak pernah dipake. Jadi buat Lo aja"

Cowok didepanku tidak memberikan jawaban yang jelas agar aku lega, entah apa maksudnya -yang jelas aku tidak mengerti.

🍍

🍍

"Makasih kak" Dava hanya mengangguk sebagai jawaban.

Usai memasang lampu tadi, malam ini aku mengajaknya untuk nge-Teh diapart ku, sebagai tanda terimakasih sih. Walaupun aku tidak tahu pasti seleranya apa, tapi Dava terlihat menikmati teh yang kemarin aku beli bersamanya.

Apalagi dia juga memindahkan Milya didalam apart ini, aku tersenyum kecil kearah jendela balkon tempat Milya berada. Jika ditanya kenapa dulu tidak merawat hewan saja seperti kucing, maka jawabannya aku tidak mau samasekali. Bukan karena aku takut pada hewan berbulu menggemaskan itu, tetapi aku malas membersihkan kotorannya.

TUKERAN PACAR!Where stories live. Discover now