CHAPTER 10: KEMAMPUAN

572 90 3
                                    


"Bermain-main dengan takdir seseorang bisa saja membuat pihak lainnya celaka."

***

Di dekat kolam renang, Ginny dan dua temannya mendekati Pijar. Satu orang ditugaskan untuk mengawasi Heksa yang masih tampak serius berbincang dengan mama Andre.

"Aman, Beb." Poppi memberi kode kepada Ginny.

Gadis yang menjadi putri semalam itu melangkah anggun mendekati Pijar. Ia berpura-pura ramah dan mengajak Pijar untuk bergabung bersama dengannya.

Tanpa sadar, Pijar mengikutinya sampai langkah keduanya terhenti di pinggir kolam renang.

Ginny mengedipkan sebelah matanya, memberi kode pada Poppi untuk menjalankan rencananya.

Dari arah berlawanan, Poppi sengaja melangkah terburu-buru dan berniat menceburkan Pijar ke kolam renang dengan cara menyenggol lengan gadis itu.

Sudah lebih dekat.

Sedikit lagi Poppi sampai ....

Lalu, ketika posisi berdirinya benar-benar sejajar dengan Pijar,

Byuuur ....

Bukan ... bukan Pijar yang tercebur ke kolam renang itu.

Melainkan Ginny.

Yah, si pemilik pesta malah yang kini ada di dalam air dan sedang berusaha melambai-lambaikan tangannya untuk meminta pertolongan.

Sesungguhnya ia bisa berenang. Bahkan, bisa dibilang jago. Namun, ada sesuatu yang seperti menahannya tetap di dalam air. Sesuatu yang menarik gaunnya dengan sangat kuat.

Para tamu berlarian untuk menonton pertunjukan yang akan disuguhkan di ulang tahun Ginny. Seluruh pasang mata terkejut begitu mendapati si pemilik pesta ada di dalam kolam.

"Hei, tolongin, tuh!" Evan mengedikkan dagunya kepada Yudha.

"Ogah, ah. Lo aja sana, gue nggak bawa baju ganti," decak Yudha, lalu memerintah temannya yang lain.

Beberapa lelaki saling sikut, meminta temannya untuk menolong Ginny. Namun, tak satu pun dari mereka tergerak dan mau mengorbankan pakaiannya yang pasti akan basah setelah melompat ke kolam. Mungkin mereka juga merasa tidak darurat karena tahu Ginny bisa berenang.

Dasar teman-teman durhaka.

Rupanya sebelum Poppi mendorong tubuh Pijar, ada sebuah tangan yang muncul dari dalam kolam. Tanpa terduga, tangan pucat itu langsung menyambar kaki Ginny dan membawanya terperosok ke dasar kolam. Ginny yang sebenarnya pandai berenang jadi menggapai-gapai tak berdaya.

Pijar langsung mengulurkan tangannya. Ia sudah berniat membantu Ginny, tapi tubuhnya tidak bisa digerakkan. Teman-teman tak kasatmatanya seolah sedang memprotes, tak mengizinkan Pijar untuk memberi pertolongan kepada gadis jahat itu.

"To ... long!"

Teriakan itu membuat mama Andre terlonjak kaget. Ia menoleh ke sumber suara dan mendapati Ginny sedang di ambang maut.

"Sa .... Tolongin, tuh, Sa! Kasihan Ginny. Mana papanya tadi lagi turun sebentar buat ketemu sama klien bisnis," pinta Juwita.

"Yaelah, Tante. Mager, ah. Paling dia cuma pura-pura, doang. Caper biar ditolongin," decak Heksa.

"Saaa!" Mama Andre menyeret Heksa sampai ke pinggir kolam. Tatapan memohonnya membuat Heksa jadi iba.

Byur ....

Dengan amat terpaksa, Heksa melompat ke kolam, lalu mengangkat tubuh Ginny yang sudah lemas. Anehnya begitu Heksa datang, Ginny langsung memeluknya.

Lelaki itu sedikit merenggangkan pelukannya karena merasa risi dengan tangan Ginny yang melingkar di dadanya.

Happy Birth-Die 2Where stories live. Discover now