Amora menatap gea kesal,  ia tak berbuat apa-apa tapi gadis itu tiba-tiba mencubitnya.

Ingin membalas namun Amora urungkan kala seorang guru yang memasuki kelas.

.....

Koridor sekolah nampak ramai dengan beberapa siswa berlalu lalang.   Amora dan kedua temanya memilih duduk di salah satu bangku taman sambil memakan beberapa cemilan.

Saat ini masih jam istirahat dan mereka baru saja selesai dari kantin.

Tak ada drma saat di kantin, Alin dan Gea pun tak Amora biarkan memulainya. 

"Luka lo separah itu ya mor?  Sampe jalanya pincang, tapi lo gak patah-patah kan? "

Amora menatap gea jengah,  pasalnya sedari tadi gadis itu terus bertanya seakan tak yakin jika luka yang amora miliki dari kecelakaan.

Amora tak mau di curigai,  dan dari tadi ia mau tak mau membalas semua celotehan gea.

"iya ge, gak patah kok" jawabnya singkat.

Amora menatap ke parkiran, di sana ada Felix dengan motor besarnya,  pria itu baru datang dan berjalan dengan santai ke arahnya. 

Tunggu!!

Ke arahnya??

"Eh,  itu si Felix ngapain jalan ke sini" Gea juga melihat pria itu,  jadi Amora sedang tidak ke pede an kan?

"Salah liat kali" ucap Alin,  cewek itu fokus memainkan hanphonenya.

"gak salah ah,  gue rajin kok makan wortel.... Lo liat gak mor?" gea menatap Amora yang sedang nampak gelisah.

Amora menatap gea dengan senyum paksa lalu menggelang. Ia  takut dengan apa yang akan di lakukan Felix nantinya.  Cowok itu tidak bisa di prediksi,  selalu bertingkah seenakanya.

Felix tiba di hadapan mereka,  amora dan gea saling tatap lalu menatap penuh tanya kepada Felix yang menjulang tinggi di hadapan mereka.

"Nasgornya??"

Amora mengerinyit bingung,  ia menatap gea dan dibalas gelengan begitu juga dengan Alin.

Amora ingin diam saja,  namun tatapan Felix jelas mengarah ke padanya.  Mau lari juga gak mungkin,  ingat kakinya woy.  Dia memang sudah bisa melangkah dengan sesikit normal tapi tak bisa berlari.

"Apaan??" Amora mencoba memberanikan diri,  jujur semenjak Felix mengaku jika dialah yang menembak Amora, Amora selalu merasa was-was terhadap pria ini,  dalam fikiranya adalah Felix  psikopat gila.

"Lo lupa?  Perlu gue ingetin? "

Amora mengelus pipinya,  ia takut jika kedua cewek di sampingnya mengetahui kebohonganya.

"Lu--pa tapi jangan di ingetin" ucapnya ragu.

"Ikut" Felix menariknya

Amora pasrah,  ia juga tak nyaman dengan tatapan bertanya kedua sahabatnya dan orang-orang sekitar.

"Pelan dong,  kaki aku masih sakit ini" ucap Amora memelas,  satu langkah Felix adalah dua langkahnya, apalagi cowok itu melangkah dengan cepat. 

"Aduh,  kok malah naik mobil" Amora bingung,  tadi cowok itu datang dengan motor kenapa malah ganti jadi mobil.

Amora menurut, ia ingat kata-kata Felix saat terakhir bertemu.  Jika ia tak menurut bisa lebih dari betisnya yang jadi korban ini.

"mau ke mana el? Nasgornya kan udah ku kasih resepnya ke mbak sani,  dah deh jangan sok kenal sok akrab gini" ucap Amora, lalu terdiam saat melihat tatapan tajam dari pria di sampingnya.

"Diam dan turuti" ucap Felix tajam

Amora cemberut lalu menoleh ke arah jendela.

Ia tak bohong soal memberika resep nasgor ke mba sani,  ia tak mau repot-repot memasak setiap paginya,  biarlah mbak sani yang mewakili.  Lagi pula masakan mba sani lebih mantap darinya.

Ia menggelang,  tak mungkin jika Felix  benar-benar menyukainya,  tapi kenapa cowok itu sedikit berlebihan seperti ini. 

Nasgor yang di jual-jual lebih nikmat juga,  Ais ia tak menyangka jika nasgornya itu senikmat itu. 

Atau jangan-jangan Amora tampa sadar memasuki pelet ke nasgor itu? 

Ah tidak-tidak

Amora masih waras,  saat itupun ia tak sengaja memberika Nasi Gorengnya pada Felix karna gerogi.








Tbc.












Jangan lupa comen gays

Terima kasih sudah membaca

Vote nya jangan ketinggalan

Amora (END)Where stories live. Discover now