" Saya setuju dengan perkataan Non Athena. Orang tua saya selalu mengajari saya agama sejak kecil, Non. Karena agama lah yang akan menolong saya. Iman saya tidak boleh lemah dan tergoda dengan cobaan yang datang. Kadang kerap sekali iman ini goyah, Non. Tapi karena kita berpegang kepada agama kita. InsyaAllah kita berada di jalan yang benar, Non."

Athena tersenyum mendengar jawaban bijak Ratna. Tangan nya tetap lincah membersihkan sisik ikan.

" Kamu sekolah tamat apa, Rat?"

" Tamat sd, Non!" Tidak ada wajah insecure yang di lihat Athena. Ratna bahkan sambil senyum mengatakan nya.

" Kenapa tidak lanjut?"

" Orang tua saya tidak punya biaya untuk menyekolahkan saya, Non. Adik saya juga banyak. Ada empat orang di bawah saya. Yaudah, tamat sd saya bantu perekonomian keluarga, Non. Bantu-bantu orang tua saya jualan atau berkerja upah sama tetangga. Apapun saya kerjakan yang penting halah dan bisa buat makan kami sehari-hari, Non!" Jawab Ratna tersenyum.

Athena terharu mendengar jawaban Ratna. " Pasti orang tua kamu bangga punya anak seperti kamu, Rat,"

" Saya berharap nya juga begitu, Non! Saya sangat bersyukur bisa di terima bekerja di sini, Non. Gajinya besar. Cukup untuk menghidupi keluarga saya di kampung. Cukup juga untuk belanja keperluan saya. Dan yang lebih penting nya saya nyaman bekerja di sini, Non. Apalagi punya majikan seperti Non Athena ini. Baik sekali apalagi suka membaur juga sama kami yang pembantu rendahan ini,"

" Ah kamu ini bisa saja, Rat. Jangan terlalu tinggi memuji takutnya nanti saya sudah terbang ke langit eh tiba-tiba terhempas lagi ke bumi,"

Ratna tertawa mendengar perkataan Athena. " Jiwa intermezzo Non Athena boleh juga."

" Iya memang harus begitu, Rat. Hidup itu nggak selalu harus di bawa serius. Harus di selingi dengan candaan dan hiburan Rat biar nggak monoton hidup kita ini."

" Tapi, Tuan, hidup nya selalu serius, Non! Ups,---" Athena tertawa.

" Tidak usah pasang wajah begitu. Suami saya memang begitu pembawaan nya, Rat. Saya pun heran!" Sahut Athena ikut tertawa.

" Non saya boleh jujut nggak?" Ratna menatap intens Athena.

" Boleh. Katakan!" Athena menunggu kalimat yang keluar dari mulut Athena.

" Saya suka takut sama Tuan, Non. Tuan itu mengerikan apalagi kalau sudah marah. Wajahnya seram," Ratna bergidik.

Athena tersenyum. " Kenapa harus takut. Suami saya tidak makan orang, Rat."

" Kalau itu saya juga tahu, Non. Bukan itu maksud saya nya."

Athena kembali tertawa. Ia paham maksud ucapan Ratna.

Ternyata berbincang dengan Ratna seperti ini asyik juga untuk melepas penat setelah seharian bekerja di rumah sakit.

" Nanti saya bilangin ke suami saya agar banyak senyum ya, Rat."

Ratna mengangguk. Si Mbok datang.

" Eh Non Athena di sini. Saya kira istirahat di kamar."

" Sumpek saya kalau di kamar terus Mbok. Kalau di sini ada Ratna yang menjadi teman bicara saya, Mbok!"

" Oalah, begitu toh, Non," Si Mbok tertawa. " Eh, Rat sudah selesai belum?"

" Tinggal satu ini lagi, Mbok."

" Yaudah selesai kamu bawa masuk ya. Biar kita kasih bumbu si ikan nya. Habis itu di panggang."

" Beres, Mbok."

" Yaudah, Saya masuk dulu ya, Mbok!"

" Iya, Non."

Athena masuk ke dalam rumah. Ia mengitari rumah besar ini dan memilih masuk ke kamar  pemilik rumah yang sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Athena memejamkan mata saat kenangan bersama pemilik kamar bermunculan di pikiran nya.

"Athena izin masuk ya, Nek!"

Athena memperhatikan seluruh isi kamar yang tampak bersih. Memang setiap hari kamar ini selalu di bersihkan walau pemilik nya sudah tidak ada.

Athena mendekati meja nakas ada sebuah pigura yang terpajang.

Athena mengambil nya dan melihat wajah wajah yang berada di dalam potret.

Sepasang pengantin yang tidak ada senyum sedikit pun dengan nenek yang berada di tengah. Sungguh berbanding terbalik. Nenek tersenyum lebar di sini. Sepasang pengantin itu adalah Dirinya dan Bara.

Athena ingat. Potret ini di ambil juga atas paksaan dan desakan nenek. Waktu itu Bara tidak mau di foto. Sedangkan Athena masih  bingung dengan keadaan yang tiba-tiba membuat nya harus menikah dengan Bara. Hanya Nenek yang menikmati pernikahan mereka saat itu.

Athena tersenyum tulus sambil meraba sosok gambar nenek.

Ia kemudian beralih menatap Bara dengan raut wajah datar khas andalan Bara. Di sini Bara tampak gagah sekali. Sekarang pun masih gagah dan bahkan berkali lipat karena Bara pun sekarang semakin dewasa dan matang.

"Bisakah aku menjangkau hati mu, Mas? Bisakah aku yang menjadi pemilik hati mu walaupun istrimu bukan hanya ada aku tapi juga ada dia. Bisa kah kamu memberikan nya separuh saja untukku Mas?"

Hati Athena berbisik lirih. Tidak ada yang bisa menjawab selain pemilik hati.

Tbc!!
14/08/23

No caption akuu mahh😂😂.

Sepotong Hati Yang TerlukaWhere stories live. Discover now