19. Kehancuran Akan Selalu Menjadi Akhir Kejayaan (a)

10.1K 1.9K 506
                                    

Saat hari-hari berlalu, Ametys merasa semuanya sudah menjadi lebih baik. Dia akan bertemu dengan Zadin sesekali di kampus, tapi selain interaksi di ruangan atau karena ada masalah yang harus diurus, Ametys tidak melakukan kontak yang tidak perlu.

Meskipun dia bisa melihat jika Zadin sedih dan kecewa, Ametys lebih memilih untuk menjaga semuanya tetap seperti ini sekarang. Karena itu mungkin tidak bisa menjadi lebih baik, maka jangan buat menjadi lebih buruk.

Pasa saat yang sama, Ametys juga mendengar dari AMAN bahwa Grup Hansa telah benar-benar runtuh. Sekuat apa pun Juan dan Dwiyon berusaha, dua orang tidak bisa melawan massa sehingga pada akhirnya, perusahaan utama mereka dengan cepat diakuisisi oleh seorang konglomerat lokal.

Ametys juga menanyakan ini pada Kahliya, tapi pria itu tidak banyak berkomentar, hanya menyebutkan, itu bagus selama tidak ada karyawan tak bersalah yang harus kehilangan mata pencaharian mereka.

Namun, berbeda dengan keduanya yang acuh tak acuh, rumah utama keluarga Hansa saat ini sedang dilandai badai tak berkesudahan.

Juan mendapat informasi dari seseorang jika sebelumnya ada yang datang menemui Sienna, dan mereka memaksanya memberi tahu tentang sesuatu yang berkaitan dengan makam. Awalnya Juan merasa bingung, sampai kemudian seorang pelayan yang sedang membersihkan kamar Sienna dan Tristan menemukan sebuah peta yang disimpan dalam kotak berisi baraag-barang tua. Melihat bahwa ada nama Hansa di sana, pelayan itu lantas menyerahkannya pada Juan.

Juan segera mengenali peta tersebut, yang merupakan petunjuk untuk menemukan makam leluhur mereka. Akan tetapi, Juan tidak mengerti kenapa orang-orang misterius itu menanyakan tempat tersebut pada Sienna yang sudah sakit mental, apakah ada sesuatu tentang ini?

Ayahnya hanya pernah berkata bahwa makam itu telah ada sejak zaman nenek moyang. Apa itu, mereka tidak tahu, tapi Handiko pernah menyebutkan bahwa sebaiknya jangan mengganggu hal-hal seperti ini jika tidak ingin terkena masalah. Jadi baik Juan dan Dwiyon yang tahu tentang keberadaan makam tersebut, hanya pernah membahasnya sekilas, tapi tidak pernah berpikir untuk mencarinya meskipun ada kemungkinan tersembunyi banyak harta di sana.

Siapa yang tahu jika Tristan ternyata punya ide gila. Dengan bukti peta ini tersimpan di dalam kamarnya, tampaknya Tristan sudah pernah berusaha mencari makam tersebut. Kalau begitu, mungkinkah semua kesialan mereka juga berawal dari mengganggu makam leluhur ini?!

Juan membanting peta itu di atas meja dan berkata pada Darsana, "Bisakah Anda melihat apa yang sebenarnya ada di dalam makam ini? Apakah itu benar-benar ada hubungannya dengan masalah yang menimpa kami?"

Darsana memeriksa peta itu sejenak, sebelum kemudian melakukan serangkaian gerakan aneh dan memejamkan mata cukup lama. Ketika dia bangun dari meditasi, Darsana bertanya, "Apakah ini benar-benar milik keluarga Anda?"

"Ya."

Darsana mengernyit. Apa yang ia lihat melalui tabir mengenai tempat ini hanyalah lapisan demi lapisan kegelapan. Itu tampak seperti malam yang pekat, tapi itu juga membawa rasa takut pada orang lain.

"Aku pikir, itu mungkin semacam karma buruk," ujar Darsana.

Wajah Juan berubah serius. "Karma buruk? Apa maksud Anda?!"

"Aku tidak yakin bagaimana mengatakannya, karena itu tidak bisa ditembus seluruhnya, tapi dari apa yang aku lihat sekilas, tempat itu berbahaya." Darsana berpikir sejenak, sebelum kemudian berkata, "Oh, aku pernah merasakan hal ini, pantas saja aku pikir itu tidak asing."

"Di mana Anda merasakannya?" desak Juan.

"Pada anak bungsumu itu, yang sudah kalian usir," jawab Darsana.

Syahdan ✓Where stories live. Discover now