12. (d)

9.8K 1.9K 482
                                    

Keempatnya terus melewati hari-hari santai yang menyenangkan. Setelah Ametys membawa orang-orang itu berkeliling beberapa kali, mereka sudah mengenali jalan dan Elvano bahkan cukup akrab dengan beberapa pemuda desa.

Hari ini mereka akan pergi mencoba luncur gantung, kemudian merasakan sensasi arung jeram yang menegangkan, sampai pergi bermain ke danau yang ada di pinggir kota. Tidak lupa juga mengambil banyak foto di sepanjang jalan, termasuk di air terjun yang berada di hulu sungai, di mana terdapat telaga tempat orang bisa bermain-main.

Elvano yang tidak bisa diam akan sering kali pergi dengan pemuda desa untuk memancing, berburu burung, dan mandi di pemandian umum karena menurutnya kolam renang di sana sangat besar dan airnya begitu jernih. Alhasil, hanya dalam waktu satu minggu, kulit pria itu sudah menjadi lebih gelap karena terbakar matahari.

Tidak seperti wisatawan lain yang paling banyak tinggal di desa selama dua atau tiga hari, Katya, Elvano dan Kahliya telah berkeliling desa selama lebih dari seminggu ini sehingga banyak orang mengenali mereka. Terutama ketika kemudian diketahui bahwa ketiganya adalah teman Ametys yang datang dari kota, antusias penduduk desa semakin tinggi.

Tidak jarang seorang bibi akan datang berkunjung ke rumah Ametys dengan alasan mencari Nek Cahya, padahal sebenarnya ingin melihat orang-orang itu. Namun, apa pun tujuan mereka, itu bukanlah niat jahat. Paling-paling para bibi ini hanya dengan penasaran bertanya apakah ketiganya masih lajang atau tidak.

Bahkan jika salah satunya menjawab lajang, mereka juga tidak percaya diri untuk menyodorkan anak mereka sendiri kepada orang-orang seperti itu. PNS yang tinggal di kota kabupaten sudah paling cocok menjadi calon menantu, jika itu orang kaya dari kota, mereka khawatir anak mereka akan ditindas dan mereka tidak berdaya melawan.

Pada saat ini, Fadli yang juga berlibur akhirnya tiba di desa. Tidak lama kemudian, desa pun memasuki musim tanam. Keluarga yang memiliki sawah telah bersiap sejak lama, bahkan mereka yang tidak memilikinya tetap sibuk karena diajak sebagai tenaga kerja harian. Selain membuat pekerjaan lebih cepat selesai, ini juga bisa dianggap saling membantu antar tetangga yang kurang memiliki pendapatan.

Namun, sebelum itu, bagian lahan tanam harus ditangani terlebih dahulu untuk mengeluarkan ikan yang diternakkan di sana. Kegiatan inilah yang sebenarnya paling ditunggu oleh para pemuda dan anak-anak di desa, karena mereka bisa mendapatkan ikan gratis sebagai upaya dari membantu menguras air sambil menggemburkan tanah.

Pagi itu, Fadli datang ke rumah Ametys dan mengajak mereka pergi bersama. Katya yang telah bertanya pada Ametys dan memastikan jika hari ini cerah, buru-buru mengenakan tabir surya di seluruh bagian kulitnya yang terbuka.

Melihat Elvano yang dua kali lebih gelap sejak tiba di sini, Katya juga memaksa pria itu mengaplikasikannya. Setelah memastikan semuanya beres, Katya kemudian mengambil topi boater bertepi lebar dan kacamata gelap, memulai hari sebagai gadis kota yang ingin pamer di desa kecil.

Mereka berjalan menuju area terasering persawahan, menemukan jika sebenarnya sudah cukup banyak orang di sana. Wisatawan masih berdatangan dan melihat kegiatan ini, mereka juga ingin ikut serta untuk menambah pengalaman baru.

Seorang turis asing bahkan ikut melompat ke dalam sungai, jadi bagaimana bisa Elvano tetap diam. Dia merasa lumpur itu kotor, tapi melihat yang lain bermain dan berhasil menangkap ikan besar, tangan dan kakinya juga mulai gatal.

"Elvano, kamu tidak ikut?" tanya Fadli yang sedang melepas sandalnya.

"Aku datang ke sini hanya untuk melihat, siapa yang mau ikut kegiatan kekanak-kanakan ini!" kata Elvano mengernyit.

Fadli terdiam. Apakah ini sesuatu yang akan dikatakan orang yang pergi memancing belut dua hari lalu?

"Kalau begitu kamu tunggu di sini bersama yang lain," kata Fadli sebelum masuk ke salah satu petak sawah milik keluarganya sendiri.

Syahdan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang