Aku masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Di tengah kebingunganku, aku berusaha duduk dan mengamati semuanya. Tiba-tiba, pria itu berjalan mendekati sebuah pistol yang tergeletak di dekat meja dapur. Dia meraih pistol itu.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ilustrasi: Kendall Hsu
“WHAT ARE YOU DOING?” teriak wanita di sebelahku. “ARE YOU TRYING TO KILL US?”
Jantungku berdegup makin kencang. Apa akan ada pembunuhan?
“AKU BUKAN ORANG JAHAT!!!!” teriak pria berbadan kekar itu lagi.
Tiba-tiba saja dia membuka mulutnya lebar-lebar dan mengarahkan pistol itu ke mulutmya.
“JANGAAAANNNNN!!!” teriakku, berusaha menghentikan kegilaan ini.
“Siapa kamu?” tanya pria Asia itu bingung.
Untungnya, aku berhasil menarik perhatiannya sebelum dia menarik pelatuk pistol itu ke dalam mulutnya. Dan aku menyadari satu hal… Aku kenal dia…
“Apakah kamu… Arjuna Wongso?” ucapku pelan-pelan. “Anak Harry Wongso?”
Arjuna memandangku terkejut.
“Bagaimana kamu bisa tahu?”
Aku berusaha berdiri sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya.
“Ada yang ingin kukatakan padamu…” ucapku pelan-pelan dan hati-hati. “Jangan mati terlebih dahulu…”
Dan aku kembali pingsan…
[ … ]
Beberapa tahun kemudian,
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ilustrasi: Ricardo Adonis Ramirez
Aku ingat percakapanku dengan Ricardo di sebuah sore di kolam renang kami saat kami baru membeli Casamigos. Kami minum red wine sambil menikmati matahari sore terbenam. Kendall and Arjuna are very uptight… Mereka hanya mau berenang di malam hari agar matahari tidak membakar kulit mereka. Seperti orang Asia pada umumnya, mereka takut kulit mereka menghitam. Alhasil, sunset adalah waktuku bersama Ricardo. Sama sepertiku, pria Latin itu suka matahari dan sedikit warna eksotis di kulitnya.
