Chapter 17

2.7K 326 6
                                    

"Hyunie bangun" suara nenek mengalun halus ditelinga Saehyun yang masih dalam keadaan terlelap waktu masih pagi saat itu tepat dihari minggu tak ada kegiatan yang berarti.

Tepukan di bahu membangunkan Saehyun dari tidurnya mengusap matanya beberapa kali ia membuka mata menyesuaikan cahaya yang masuk dari jendela kamar.

"Pagi nek" sapanya serak.

"Pagi bangunlah waktunya sarapan kau pasti lelah semalam" ujar nenek keluar tak lupa mengelus pipi cucunya.

"Um aku mandi dulu" melangkah ke kamar mandi dengan langkah lunglai Kim Saehyun membuka pakaian atasnya ketika melepaskan celana tangannya terhenti menatap ke cermin—disana terpampang raut wajah yang kelihatan buruk,lesu ditambah kedua matanya yang masih membengkak efek menangis kemarin.

Lalu atensinya beralih dibagian leher merabanya pelan ada banyak bekas cupang Jo Taehwan yang dibubuhkan oleh pria itu kemarin padanya sedikit menyengat sebab pria itu hanya menghisapnya di satu tempat.

Mengingat itu ia kembali mengigit bibirnya keras menyalakan keran ia lantas membasuh wajah pun membilas tanda kemerahan di lehernya kuat meringis perih ia tertawa pedih.

Menyedihkan

Sepiring kimchi dan semangkuk sundubu jjigae menjadi sarapan pagi Saehyun kala itu ruang tamu itu begitu hening hanya ada diisi oleh bunyi sumpit besi yang bertabrakan dengan mangkuk nasi.

Sang nenek yang tahu cucunya tidak dalam keadaan baik memilih diam menyuapkan makanan ke mulut sesekali melirik Saehyun sekilas.

Soal kemarin kedatangan cucunya membuatnya amat bahagia karena sudah lama Saehyun tidak pulang ke rumah namun,itu hanya berlangsung sebentar ia yang mengira cucunya itu akan bawel seperti biasanya mendadak menumpahkan tangis dan berakhir tertidur di pelukannya.

Ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan namun urung tahu bukan di waktu yang tepat memilih menunggu sang cucu bicara.

Sedangkan di posisi yang sama Saehyun menyadari tatapan lurus yang nenek layangkan padanya masih sibuk mengunyah tanpa ekspresi selesai dengan sarapan meletakkan sumpit ke atas meja Kim Saehyun membuka suara.

"Nenek" mulainya ragu.

"Hm kenapa?" Sahut nenek dengan binar hangatnya.

"Maaf—maaf jika aku lemah" sambung Saehyun dalam hati.

"Untuk?" Ucap nenek memandangnya dengan raut tenang.

Sementara itu Saehyun yang ingin melanjutkan ucapan mati-matian menahan getar hendak bersuara memalingkan pandangannya tak bisa menatap nenek ia takut jika ia mengangkat kepalanya sekarang ia akan kembali menangis.

"Semuanya" sahut Saehyun nyaris berbisik.

Usai mendengar cucunya berkata sang nenek yang dalam posisi duduk itu lalu berujar seraya menatap ke luar.

Kicau burung terdengar samar-samar bersama gemerisik angin menyentuh dedaunan,embun-embun pagi yang membasahi tanah membawa kesan hangat dan nyaman turut mengiringi percakapan mereka.

Tepat di detik ke lima wanita tua itu lantas mengalihkan tatapan menghembuskan nafas panjang nenek dengan suara hangatnya membuka kalimat dengan senyuman.

"Saehyun-ah ada kalanya sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi pada hidup kita benar bukan?" Ucap nenek menyesap minumannya sebentar.

"Namun kau tahu? Begitulah hidup kini mungkin kau sedang dilanda masalah yang amat berat,tapi siapa yang tahu dibalik masalah itu ada kejutan indah yang menantimu disana" lanjut sang nenek.

I Became The Lousy Side AntagonistOnde histórias criam vida. Descubra agora