part 40 khawatir

1.3K 63 4
                                    

Ellena terus menggigit kukunya merasa tidak tenang selama bekerja, dia melihat arah jam, 1 jam lagi dia harus bersiap untuk menjemput sang anak.

Ellena memiliki sebuah toko furniture yang cukup besar dan lengkap. Setiap hari dia akan bekerja mengawasi langsung para pegawai, terkadang ellena turun langsung untuk melayani pelanggan.

Ketika keluar dari toko ellena melihat restoran yang baru saja buka, dia membeli beberapa makanan, ellena kembali teringan dengan vera, lantas sebelum menjemput viola ellena lebih dulu pergi ke rumah mita.

Dia menekan bell 2 kali, kemudian vera muncul seorang diri.

"Untukmu, dan mita" menyodorkan totebag berisi makanan penuh.

"Kamu akan membuatku salah faham akan hal ini"

"Salah faham?"

"Aku akan mengira bahwa kamu masih memperdulikanku dengan sikapmu ini",

"Aku perduli, aku kakakmu"

Vera tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

"Pergilah, aku tidak membutuhkan seorang kakak"

Langsung mendorong pintu dengn kuat, ellena hanya terpaku melihat sikap vera yang sangat pemarah. Ellena meletakkan makanan yang dia bawa digagang pintu pagar dan berharap bahwa vera akan memakannya nanti.

Ellena menjemput viola ke sekolah tepat waktu.

"Mama..."

Ellena segera tersenyum lebar dan langsung memeluk viola.

"Bagaimana sekolahmu hari ini?"

Viola tersenyum lebar "menyenangkan"

"Oke, kalau gitu ayo segera masuk mobil buat jemput papa"

"Yeyyyy, papa pulang" sambil melompat senang.

Ellena ikut senang melihat viola bahagia. Mereka langsung menuju bandara, disana barra yang sudah tiba lebih duli dengan sabar menunggu.

Viola langsung berlari kencang, Bara segera menangkap tubuh putrinya yang hampir saja terjatuh "pelan sayang, nanti jatuh"

"Hehe kangen papa"

"Papa juga kangen sama putri papa yang manis"

Ellena membantu barra menarik koper, karena viola tidak mau turun dari gendongan barra.

Mereka langsung pulang kerumah, bibi neni (pembantu) segera membantu memandikan viola.

Sementara ellena membuka lemari, menyiapkan pakaian ganti untuk barra. Kemudian lanjut untuk menghangatkan lauk dan menggoreng telur setengah matang favorit barra.

"Bibi aja non" bibi neni datang.

"Viola udah mandi bi?"

"Sudah non, langsung ketiduran, kayaknya capek banget sekolah"

"Mungkin aja bi"

"Sini saya bantu non"

"Gak usah bi biar saya aja.. udah selesai kok"

Barra datang dengan penampilan yang sudah rapi.

"Ingin makan?"

"Tentu, tapi apa kamu keberatan jika kita makan diluar?"

"Tiba-tiba?"

"Aku ingin.. jika kamu tidak keberatan"

Bibi neni menyemangati barra, ellena mengangguk "kalau begitu biarkan aku ganti pakaian dulu"

Barra mengangguk, dia duduk, kemudian menyantap telur yang digoreng oleh ellena.

"Den katanya mau makan diluar" tanya bi neni heran.

"Istri saya udah susah-susah goreng telur, sayang kalau gak dimakan"

Bi neni hanya menggeleng heran, dia sebenarnya merasa aneh dengan hubungan antara barra dan ellena, mereka pasangan suami istri tapi masih terlihat canggung dan berhati-hati satu samalain.

Ketika ellena sudah siap, barra membawanya ke sebuah kafe outdor yang sangat sepi.

"Gimana tempatnya?"

"Bagus, tapi kenapa sangat sepi?"

"Mungkin karena jam kerja?"

Ellena tidak curiga, lampu lampu kafe itu menyaka dengan indah, angin sejuk bertiup sepoy sepoy.

Barra mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku dan menyodorkannya pada ellena.

"Apa ini?"

"Happy anniversary pernikahan kita yang ke 8 tahun"

Ellena kaget, dia mengecek hp karena merasa telah menyalakan alarm pengingat, dia sadar dia salah memilih bulan sehingga alarm pengingat tidak menyala tepat waktu.

"Aku.."

"Tidak masalah" dengan tetap tersenyum lebar "ini tidak terlalu penting, aku hanya ingin memberikn sesuatu untukmu, jika aku memberikanya di hari-hari biasa, kamu pasti menolak"

"Aku tidak bisa menerima ini"

Barra tetap memberikannya pada ellena "simpan saja jika tidak ingin memakainya, aku memilihnya untukmu"

Ellena membuka kalung emas berwarna silver itu, sangat indah.

"Bisa bantu aku memakainya?"

Kalimat itu membuat barra begitu bersemangat, dia segera berdiri hingga lututnya membentur meja. Ini pertama kali ellena bersedia menggunakan pemberian Barra, bahkan cincin pernikahanpun ellena tidak bersedia menggunakannya.

"Terimakasih" ucap barra dengan sangat senang.

"Aku yang seharusnya berterimakasih, kamu sudah sangat baik padaku, pada viola, walaupun dia bukan.."

"Dia anakku, aku papanya" segera menyela ditengah tengah ucapan ellena.

Barra meraih tangan ellena "sungguh, aku sangat menyayangi viola"

My SIN (GXG iam Lesbian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang