47 - PENOLAKAN

3.3K 263 118
                                    

"Paman, apa kau memang suka sekali memasak?"

Zayn terkekeh, pagi-pagi sekali, Zayn sudah kembali ke vila. Sekarang, dia sedang membuat sarapan karena Starlee masih tidur. Kebetulan sekali, Grace sudah bangun dan menghampirinya. Gadis kecil yang terbiasa waspada itu mendadak bisa dengan mudah dekat bersama Zayn, bahkan tidak sungkan mengajak Zayn bicara.

Menurut Grace, wajah Zayn mirip Nyx, berarti dia juga Papanya. Karena Jaergen mirip Cazz dan Jaergen adalah Papanya, maka Zayn pun sama, begitu pemikiran polosnya. Zayn tidak masalah dengan apa pun pemikiran anak-anak mengenai dirinya. Asalkan tidak menganggapnya sebagai monster atau pencuri Ibu mereka saja.

"Paman tau tidak?"

"Kenapa, Nak?" Zayn mematikan kompor, pria itu berlutut, menyamakan tingginya dengan Grace lalu fokus menatap gadis kecil di hadapannya yang sangat cantik.

"Ace punya Papa, tapi Papa lupa pada Ace. Paman mau tidak jadi Papanya Ace?"

Deg.

Zayn terkejut, begitu pula dengan Starlee di balik pilar, niat hati ingin mengajak Grace mandi, eh dia malah harus menyaksikan sekaligus mendengar ucapan polos putri kecilnya. "Nak?"

"Ace iri pada teman-teman, Paman. Mereka tinggal serumah dengan Papa dan Mama mereka, tapi Ace? Tidak, Paman. Ace juga tidak berani minta Daddy untuk tinggal bersama, Ace takut membuat Mommy dan Tante Amora sedih."

"Gadis kecil yang malang, boleh Paman menggendongmu?" Zayn berdiri, menggendong Grace dengan satu tangannya usai gadis kecil itu mengangguk setuju, sedangkan tangannya yang lain, mulai menyalakan kompor lagi dan kembali sibuk membuat sarapan dengan Grace di gendongannya. "Temani Paman masak sarapan, oke?"

"Oke! Paman! Ini sungguh seru! Grace suka masak bersama Paman,"

Keduanya tertawa bersama, di selingi obrolan ringan juga random. Starlee yang menyaksikan, hanya bisa mengusap kasar air matanya yang entah mengapa, mendadak luruh tanpa bisa di cegah. Hatinya begitu perih, melihat putrinya yang seakan sangat menginginkan sosok figur Ayah di hidupnya yang selama ini, selalu gagal Starlee wujudkan.

"Grace bahagia?"

Pertanyaan itu, selalu Zayn katakan sejak dia bertemu dengan anak-anak Starlee untuk pertama kali. Dia tidak pernah sungkan, bertanya apakah mereka bahagia. "Bahagia sekali! Terima kasih, Paman. Grace sayang Paman banyak-banyak!"

"Paman juga sayang Grace,"

***

Di tempat lain, Jaergen mengusap wajahnya dengan kasar. Pria itu menatap ponselnya, sudah ratusan kali dia menghubungi Starlee tapi tidak ada satu pun panggilan yang wanita itu terima, bahkan nomornya tidak aktif. Jaergen sungguh merindukan Starlee dan anak-anaknya, dia ingin mendengar suara mereka.

"Sayang," Jaergen menoleh, menatap Amora yang berjalan ke arahnya bersama dengan Izel.

Gadis kecil itu langsung bergelayut manja di lengan Jaergen, "Ayah. Kapan kita pulang? Izel tidak sabar ingin memberikan hadiah-hadiah ini pada teman-teman,"

Jaergen tersenyum, menggendong Izel lalu mengecup pipinya. "Malam ini kita pulang,"

Kening Amora berkerut, "Malam ini?"

Rencana awal, mereka akan pulang lusa, kenapa bisa mendadak di percepat? Apa ini murni karena permintaan Izel? Dan jawabannya jelas tidak. Alasan Jaergen mempercepat kepulangannya karena dia ingin memastikan keadaan Starlee dan anak-anaknya, jika mereka baik-baik saja di tinggal dirinya.

Kelahiran Kembali Sang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang