H18 🪴 Mimpi dan Mardhea

146 37 4
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Jum'at, 04 Agustus 2023.

Hai hai, maaf baru bisa update lagi, soalnya kemarin-kemarin sakit gigi wkwkwk. Stay healthy ya semuaa💘

Vote dan beri komentar yaa.

18. Mimpi dan Mardhea

🪴🪴🪴

"Mama, kenapa wajahnya biru-biru?"

Hanan kecil bertanya lugu. Jemarinya yang mungil menyentuh kulit Sheyra yang membiru membuat ringisan ngilu keluar dari bibir perempuan itu. Namun, detik berikutnya senyuman manis sang mama kembali menghiasi. Telunjuknya digenggam oleh Sheyra dan diletakkan di pangkuan perempuan yang memakai rok selutut putih bercorak bunga mawar. Rambut mamanya yang lurus panjang sedikit kusut.

"Mama kebentur dinding." Jawaban Sheyra selalu berbeda setiap kali Hanan bertanya mengenai lebam-lebam di wajahnya.

Memang ini bukan kali pertama Hanan melihat wajah Sheyra yang membiru. Sang mama juga selalu memberi alasan seperti tertimpa gelas, kepentok pintu lemari, jatuh di toilet, atau yang terbaru—terbentur dinding. Hanan saat itu percaya saja, tidak bertanya lagi dan dengan tinggi badannya yang tidak seberapa dia berusaha meraih kotak P3K di atas nakas.

"Hanan nggak bisa obatin. Mama bisa sendiri?" tanyanya dengan nada cemas. Kedua alisnya bertaut dan mata yang terlihat sayu.

Sheyra mengangguk. Dia mengobati dirinya sendiri. Menyeka beberapa sisa darah yang masih basah di pelipisnya. Lalu, pergi ke dapur untuk mengompres lebamnya. Hanan mengikuti dengan kedua tangan bertaut dan mata terbuka lebar memperhatikan setiap gerik sang mama. Setelah selesai dengan kegiatannya, Sheyra berbalik. Dia menekuk kaki hingga tingginya sejajar dengan sang putra tunggal. Tangannya menarik pundak Hanan dan memeluknya.

"Hanan, jadilah laki-laki baik. Jangan pernah menyakiti perempuan. Janji sama mama, ya?"

Dia masih berusia enam tahun kala itu, Hanan tidak terlalu memahami maksud kalimat sang mama tapi pilihannya adalah mengangguk.

"Hanan akan jadi baik, Mama."

Mata yang tadi terpejam itu tiba-tiba terbuka. Untuk beberapa saat, dia hanya mengedipkan mata berkali-kali, masih linglung. Satu menit setelahnya, pemuda dengan nama belakang Sagara itu mendudukkan diri. Kepalanya dia tolehkan ke kiri, melihat jam di atas lemari kecil samping ranjang yang menunjukkan pukul dua belas kurang seperempat. Hanan menghembuskan napas gusar sembari menyugar rambut hitamnya ke belakang. Dia menyibakkan selimut yang menutupi kaki, memilih turun dari kasur dan mengambil hoodie abu-abu yang digantung di belakang pintu untuk menutupi kaos hitam polosnya. Kakinya ditutupi celana bewarna hitam.

Semenjak kedatangan sang papa empat hari lalu, Hanan selalu terbangun dari tidurnya. Dia bermimpi saat-saat masih bersama Sheyra membuat kerinduannya semakin menumpuk.

Hanan melangkahkan kaki turun dari lantai dua. Dia pergi ke arah pintu samping yang langsung menuju bagasi, mengambil sepeda miliknya dan membawa sepeda itu keluar dari pagar rumah. Angin malam yang masuk ke dalam organ pernapasannya mampu sedikit memberikan kelapangan dalam dadanya. Hanan mengayuh sepedanya pelan, menikmati angin yang membuat rambutnya sedikit bertebangan. Hanan tidak memiliki tujuan, tapi kayuhannya berhenti di depan pondok Afsheen. Tempat pertama dia bertemu sosok sang umi dan menjadi tempat terakhir dia merasakan pelukan kasih sang mama.

Hanan Where stories live. Discover now