Bab 21 Makan Bareng Yuk!

2 0 0
                                    

"Jadi, ini diskusi pagi hari ini. Sesuai dengan perintah Pak Marcel, temen-temen semuanya bisa bekerja sama dengan baik satu sama lain," ucap Karina.

Kalimat akhir itu cukup membuat dirinya lega setelah berperang dengan rasa grogi yang menghinggap pada dirinya sendiri.

Perintah Marcel memang tidak bisa dibantah karena dirinya juga bekerja untuk tujuan yang sama di perusahaan.

Sejak saat itulah Karina mulai bisa belajar lebih baik lagi dimana dirinya memposisikan sebagai seorang pemimpin.

"Ini awal dan ya, akhir! Gak mau tau intinya besok kalo disuruh buat memimpin lagi gue sih ogah!" ucap Karina dalam batinnya.

Dia melihat para rekan kerjanya juga sibuk berdiskusi satu sama lain. Mereka membicarakan tugas yang sedang terjadi terutama laporan akhir bulan dari setiap divisi.

Selang beberapa menit, Karina langsung menutup meeting pagi hari itu karena dirasa sudah mulai pada paham dan tidak ada lagi yang perlu dibahas.

Saat itu juga Karina berusaha untuk menyapa baik rekan kerjanya. Belum ada enam bulan bekerja di perusahaan itu, Karina nampaknya sudah mulai bisa mengenali satu persatu orang penting yang berkecimpung dalam kegiatan kantornya.

Dia juga sudah dikenal banyak orang di kantor tersebut tetapi tidak semua tahu kalau Karina juga memiliki adik bernama Luna.

"Puas lo sekarang?" tanya Karina saat memasuki ruangan kerja.

Di situ sudah ada Marcel yang sedang memegang keningnya sendiri. Di satu sisi Karina tidak paham kalau sebenarnya Marcel sedang ruwet dengan tugas yang diemban pada hari itu.

"Gue udah ngikutin saran lo sekarang. Udah gue paparin tuh semua masalah tanpa persiapan sama sekali. Nantinya gue gak mau disuruh lagi buat jadi pemimpin meeting gini!" kesal Karina dengan raut wajah yang masam.

"Terserah lah! Kamu di sini juga niatanya bekerja kan? Kalo emang gak niat bekerja ya sudah sana cari tempat lain aja! Di suruh mimpin meeting aja gak mau memangnya posisimu di sini apa?" sembur Marcel.

Mendengar kata-kata itu cukup membuat Karina tertegun. Dia melotot tak bisa berkata apapun saat pertama kalinya Marcel mengucapkan hal demikian.

Dari sinilah dirinya merasa salah karena sudah datang dan memarahi Marcel tanpa memikirkan sebab akibatnya.

Memang biasanya Karina yang ceplas ceplos ini suka sekali marah-marah pada Marcel, dan tanggapan dari lelaki itu pun selalu lucu.

Ttetapi kali ini benar berbeda. Karina tidak melihat reaksi seperti biasanya pada Marcel, malah sebaliknya.

"Lo-"

"Semuanya siap, Pak," tukas Daniel yang masuk ruangan.

Belum juga membalas kalimat Marcel kini Karina sudah disadarkan bahwa dirinya tak perlu memperpanjang masalah untuk sementara.

Dia pun melihat ke arah Daniel yang membawa tumpukan berkas yang terlihat sudah cukup lama karena sisi kertasnya sudah menguning.

Dari situ Karina langsung menutup rapat mulutnya dan mundur beberapa langkah sampai pada kursi miliknya.

Dia membungkam sambil sedikit melirik ke arah dua lelaki tersebut. ada batin yang ingin segera berbicara melawan kepada Marcel akan perkataannya itu.

Kini Karina pun masih merasa perasaannya ada yang mengganjal. "Dia bilang kalo gue ini posisinya apa di sini? Begitukah caramu merendahkanku Marcel?" tanya Karina dalam hati.

Di satu sisi, Daniel benar-benar sedang berdiskusi dengan Marcel terkait berkas yang lama. Dia berulang kali menujukkan fakta kepada Marcel dari data yang dia temukan.

"Ini sepertinya laporan tahun lalu, tetapi akun ini juga dipindahkan," kata Mmarcel sambil menunjuk ke arah layar laptopnya.

"Iya ini yang saya maksud, Pak. Memang ada pemindahan akun tetapi nantinya barang fisik itu pun sama hasilnya seperti di gudang.

Mungkin ini Cuma kesalahan yang tidak kita tahu. Atau lebih baik kita memanggil audit aja untuk menangani kasus ini?" saran dari Daniel.

"Iya, itu yang sudah saya rencanakan karena memang harus ada audit untuk mengungkap kesalahan input ini. Saya Cuma masih memperdalam laporan fisik dan sistem di komputer biar saya bisa menjelaskan kepada audit nantinya," jawab Marcel dengan sopan.

"Serah lo! Urus semua aja masalah lo sampe bener-bener pusing! Dasar lelaki sombong mentang-mentang punya jabatan sebagai CEO udah belagu ngerendahin gue tadi, sialan!" sambung Karina dalam hati.

Hati Karina untuk saat itu memang memanas. Dia tidak terima dirinya dikatakan begitu jahat oleh Marcel. Padahl Karina sendiri lah yang memancing keributan dan tidak paham situasi.

Jika saja Karina bisa memahami situasi Marcel yang sedang ruwet dan sibuk dengan pekerjaan, mungkin tidak akan terjadi salah paham begini.

Marcel pun juga sama melakukan hal semacam ini diluar kendalinya karena merasa diganggu oleh lingkungan sekitar yang menyuruhnya untuk mengeluarkan emosi.

"Iya, ini kamu print saja dan biarkan aku menelpon audit sekarang juga. Kemungkinan dia akan datang besok atau dua hari lagi bergantung jadwa audit," ungkap Marcel.

Daniel segera membwa flasdisk dan saat melewati meja kerja Karina. Dia langsung mengedipkan sebelah matanya dengan sengaja sambil dilempari senyum.

Sedangkan Karina yang mengetahui hal tersebut langsung menaikkan salah satu bibir atasnya dan membuat ekspresi seolah jijik.

Sejauh ini Karina tidak tahu kalo sebenarnya Daniel diam-diam tertarik dan menyukainya. Hanya karena sebagai teman kerja, Karina menganggap Daniel ini tidak lebih dari kenalan biasa.

"Baik ... Tolong yah besok konfirmasi kehadiran jika memang harus datang siang hari, karena bagaimana pun kami juga harus menjamu tamu layaknya raja," kata Marcel dari seberang telepon.

Karina sedari tadi hanya gusar seolah ingin marah dan mengatakan balik apa yang sudah dikatakan oleh Marcel mengenai dirinya.

"Kalo misal ada bantuan di luar kerjaan gue gak akan mau nerima titik!" tegas Karina.

Dia mengetik sambil bergumam kesal karena sekarang posisinya hanya ada Marcel dan juga dirinya sendiri.

"Males banget sumpah gue di sini sendiri! Karina, lo tuh harus sadar seperti mulut Marcel, oke! Lo harus bisa membatasi interaksi dengan Marcel kecuali menyangkut kerjaan. Sekarang lo harus bisa jaga image agar jadi orang yang diam seribu bahasa dan berbicara hanya ketika dibutuhkan," pesan Karina pada dirinya sendiri.

Lebih dari empat jam diam di ruangan itu, kini jam bell istirahat berbunyi. Daniel langsung meregangkan badannya dan menggelengkan kepalanya sampai terdengar bunyi sendinya.

Dia pun mulai bercanda dengan Marcel untuk menghilangkan penat setelah beberapa jam berdiskusi hanya dua orang.

Saat itu juga Karina langsung mempersiapkan tas miliknya untuk keluar dari ruangan.

"Karina, kita makan siang bareng yuk!" ajak Daniel.

Karina bengong. Dia melirik ke arah Daniel dan tiba-tiba teringat sesuatu bahwa dulu Marcel pernah melarangnya untuk dekat dengan Daniel.

Momen itulah yang membuat Karina memanfaatkan situasi ini. Dia mencoba untuk memberikan jawaban dengan terbata-bata.

"E-eh iya! Ayok kalo memang lo mau makan bareng gue sekarang!"

"Hahay! Siap Karina, yuk!"

TAWANAN CINTA TUAN CEO Where stories live. Discover now