Bab 17 Yuk Bareng!

4 0 0
                                    

Masalah muncul setelah jam makan siang selesai. Pada satat itu, seluruh divisi purchasing melakukan briefing dadakan.

Terkuak bahwa kesalahan yang terjadi saat itu adalah kesalahan Luna. Karina mendapatkan informasi tersebut lewat chat dari Luna sendiri.

Tetapi, dirinya tak mampu untuk membantu karena berbeda bidang dan juga tugasnya cukup banyak. 

“Akhir-akhir ini Marcel juga sering absen. Semua tugasnya dilimpahin ke gue, mana bisa gue ikut bantu Luna,” batin Karina saat melihat notifikasi dari Luna.

Ketegangan itu terlihat jelas di depan matanya sendiri. Marcel sedari tadi hanya bisa berdiri sambil berjalan maju mundur karena menerima telepon dari bawahannya.

“Bagaimana? Apa semuanya bisa kembali lagi?” tanya Karina.

“Aku tidak tahu. Tapi, ini sudah ada barang yang ditarik distribusinya, untuk masih di jalan,” jawab Marcel dengan nada yang sopan.

Karina hanya mengangguk dan kembali mengerjakan tugasnya. Sebelum itu, Marcel sempat diajak Daniel untuk berdiskusi mengenai masalah tersebut.

Dia pun menyetujuinya meskipun Karina seperti ingin ikut untuk bergabung. “Biarkan ini jadi pelajaran bagi Luna. Dia terlalu menggangampangkan kerjaan kantor padahal lebih kompleks juga dari bayangannya dia,” ucap Karina dalam hati.

“Aku akan mengecek ke bawah sebantar,” izin Marcel kepada Karina.

“Oke, gue tunggu di sini sambil ngerjain tugas,” jawab Karina spontan.

Saat Karina menyelesaikan perkataannya itu, tiba-tiba Marcel menghentikan langkahnya. Dia berhenti dan menoleh ke arah Karina.

Tatapan yang singkat itu cukup membuat Karina tertegun. Dia pun langsung merasa kaku seolah darah di dalam tubuhnya berhenti mengalir.

“Apa yang udah gue katakan ke dia?” tanyanya melongo.

Marcel menutup pintu sambil melemparkan senyum sedikit, sedangkan Karina hanya bisa menatapnya dengan tatapan kosong.

“Salah lagi kan gue, aduh argh!” kesal Karina sambil memukul ringan kepalanya dari dua sisi.

“Argh! Kenapa lo bisa aneh banget akhir-akhir ini sih Karina! Masa gitu aja langsung baper sih! Lagian cuma ditatap gak lama juga,” imbuhnya dengan kesal.

Saat itu  Karina merebahkan badannya ke kursi dengan kasar. Dia merasa apa yang sduah dia lakukan akhir-akhir ini sedikit berbeda dari biasanya.

“Mungkin ini karena gue udah tahu kalau Kayla itu Cuma adiknya Marcel,” katanya.

Sambil menggigit bibir bawahnya, Karina kini menatap ke arah layar laptop tanpa memikirkan pekerjaannya sama sekali.

Yang ada di pikirannya hanyalah rasa baper yang secepat itu tumbuh. “Gila loh ya Marcel! Dari dulu selalu aja bikin hati gue kesel sampai disenyumin gitu aja gue ngerasa lemes!”

“Ah udahlah! Gue gak mau tau, ini kan Cuma sebatas kerjaan gak lebih! Ingat ya Karina. Ini sebatas teman kerja, dan posisi gue di sini hanya bawahannya dia. Inget!” tegas Karina kepada dirinya sendiri.

Karina menggelengkan kepalanya karena merasa sudah harus melupakan apa yang baru saja terjadi. 

Di tempat lain, Marcel sedang berurusan dengan Daniel yang juga ada sangkut pautnya dengan masalah Luna.

Mereka saling mengecek data yang sudah diinput sebelumnya. Sedangkan Luna merasa malu karena atasannya yang beberapa kali dipanggil Pak Marcel itu ikut turun tangan.

Dari masalah itu juga Luna mengetahui sosok bernama Marcel. “Oh, jadi ini yang namanya Marcel. Pemilik perusahaan ini, kan? Lumayan oke sih penampilannya, mana keliatan masih muda begitu,” batin Luna saat melirik ke arah Marcel yang ada di meja seberang.

Luna kembali mendapat cemooh dari berbagai pihak. Tetapi pada akhirnya dia pun merasa sedikit terbantu karena sudah bertemu dengan Marcel untuk pertama kalinya.

Sedangkan di ruangan yang berbeda pula, Karina kembali menerima laporan dari telepon kantor kalau dirinya harus datang ke bagian management.

Dia membawa beberapa berkas yang dibutuhkan sambil berjalan santai. Tidak terpikirkan kalau di ruangan itu juga sudah ada Marcel dan Daniel.

“Karina?” sapa Daniel saat melihat Karina lewat dari samping.

Momen diskusi kecil antara Marcel dan Daniel kembali terpecah saat Daniel secara terang-terangan memanggil nama Karina di depan Marcel.

Dia pun merasa tidak sengaja bisa mengatakan hal tersebut, dan itu terjadi secara spontan. Marcel segera mengangkat wajahnya dan menoleh.

“Hei, selamat sore,” balas Karina sambil mengangguk.

Marcel sedikit geram saat Karina mencoba untuk membalas sapaan dari Daniel yang terlihat sangat ramah dengan lelaki yang ada di sampingnya itu.

“ekhem!” tegur Marcel dengan berdeham.

Daniel pun langsung bergidik dan merasa bersalah saat megabaikan atasannya yang sedang fokus melakukan pengecekan bersama dirinya.

Dia meminta maaf pada Marcel dan saat itu juga Karina melakukan sorot mata kepada Marcel dengan tatapan yang bisa ditebak.

Iya, Karina melihat ada rasa cemburu saat Marcel berdeham karena sudah menyapa Daniel. Setelah kembali masuk ke ruangannya, Karina langsung melompat-lompat kecil.

“Ah! Apa yang gue lihat tadi!” ucapnya dengan senang.

Dia pun beberapa kali bertepuk tangan dengan suara yang kecil karena merasa bahagia saat melihat dirinya dicemburui oleh Marcel.

“Em, apa jangan-jangan Marcel memang cemburu ke gue yah?” tanya Karina sambil bertepuk tangan kegirangan.

Seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan impiannya, Karina pun melakukan tingkah seperti anak kecil tersebut.

Bahagia, senang, dan tentunya senyum-senyum sendiri karena merasa Marcel seperti sudah jatuh cinta kembali kepadanya.

“Eh, tunggu-tunggu. Jangan terlalu berlebihan dulu, siapa tahu ini Cuma kebetulan aja,” ungkapnya saat duduk di atas meja kerjanya.

Sambil menghela napas yang berat, Karina kembali dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka. Ternyata Marcel datang dengan tatapan yang cukup berat.

Dia pun langsung duduk dengan kaku di depan laptop sambil mengontrol napasnya sendiri. Marcel duduk di kursi sambil mengeluh dengan suara yang cukup bisa didengar oleh Karina.

“Eh, semuanya sudah selesai?” tanya Karina mencoba membuka obrolan.

Tidak enak rasanya jika dia harus melihat atasannya itu terlalu memikirkan masalah yang sedang terjadi.

“Belum, ini urusannya panjang,” jawabnya singkat.

“Memang itu masalah dari Luna. Gue minta maaf atas kesalahan adik gue yang sudah membuat masalah di akhir bulan ini.

Dari situ juga gue kan yang merekomendasikan dia untuk bekerja di sini. Gue gak tau sama sekali kalau bisa seperti ini, maaf banget ya,” kata Karina.

“Tidak perlu minta maaf.  Ini kan kesalahan dia, jadi wajar kalau dia harus menerima tanggungjawab sampai bisa kembali lagi semua datanya,” balas Marcel.

“Iya, tapi kan secara ngga langsun gue udah membuat kesalahan kecil di sini. Kalau misalkan gue gak bawa dia mungkin ngga akan ada masalah,” ucap Karina kembali.

“Tidak perlu minta maaf Karina, lebih baik kita makan malam bareng aja yuk setelah pulang kerja? Iya, itung-itung buat refresh dari kerjaan yang berat hari ini, gimana?” ajak Marcel.

TAWANAN CINTA TUAN CEO Where stories live. Discover now