we're different.

345 46 21
                                    


•••

(Cr

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Cr. Pinterest )


   "K-kau...."

   Sosok itu menatapnya penuh rasa keingintahuan. Bibir yang terbuka membuat kedua gigi kelincinya mengintip. Kulit Tan yang ia selalu ingat kini terlihat pucat sekali, seakan tidak ada rona kehidupan. Begitupun dengan matanya, meski itu memantulkan cahaya tapi itu tidak menampilkan kesan apa-apa selain kekosongan.

   Hati Mark mencelos melihat tatapan itu. Itu tatapan yang sama yang omega itu berikan ketika mereka pertama kali bertemu. Mark melangkah terburu untuk mencoba membantu heaven keluar dari timbunan kayu. Namun, saat kulit tangannya hendak menempel ditubuh sang omega. Itu menembus hingga membuat Mark tergelincir.

  "Hehe... Maaf ya, aku hantu hihi."

  Dia padahal terkekeh dengan senyuman yang menggemaskan. Tapi Mark malah pecah tangisan. Alpha itu mencakar tanah itu untuk mengeluarkan emosinya. Sosok itu hanya diam dengan wajah yang tidak enak.

   "Apa dulu kita dekat? Maaf ya, kalau kita bertemu lagi dengan keadaan seperti ini. Aku tidak ingat apapun selain Karsen... Padahal tadi aku bisa menyentuhnya dan membaca masa depannya. Tapi kenapa aku tak bisa menyentuhmu ya? Apa karena sebelumnya aku sudah pernah menyentuhmu? Aku hanya bisa menyentuh orang hidup satu kali," jelas arwah heaven khawatir.

   Pemuda manis itu mencoba menghibur Mark yang menangis tersedu-sedu. Tapi tangisan alpha itu tidak terlihat akan reda dan malah sebaliknya, semakin kuat hingga alpha itu kehilangan seperempat nafasnya. Di kondisi seperti itu, heaven yang tengah terjebak itu tak bisa melakukan apa-apa selain duduk menunggu di sebelah Mark.

   "Mark, aku tahu ini menyakitkan tapi kita harus menyelesaikan ini. Pasti ada jalan Mark," nasehat Karsen.

   Karsen mencoba menyentuh kembali heaven dan ternyata benar, itu tembus. Untuk itu, rasa sedih juga terpantul pada heaven. Pemuda itu sedih karena sadar dia hanya arwah gentayangan sekarang.

   "Aku yang berdosa, mengapa dia yang dihukum?" disela nafasnya yang tersengal-sengal, Mark merasakan asinnya air mata yang membanjiri wajahnya. Tak peduli air mata itu membuat pangkal tenggorokannya terasa tercekik, dia memaksakan diri untuk terus mengeluarkan air matanya. Entah apa gunanya, tapi itu satu-satunya yang Mark tahu yang bisa dilakukan.

  Hatinya sakit... Sakit ini terulang kembali. Mark begitu jelas mengingat rasa sakit yang muncul kembali, rasanya seperti tubuh disambar petir secara perlahan dan berulang-ulang. Tulang-tulangnya serasa diremukkan menjadi debu, rasa sakit yang tidak terbayangkan. Mark dulu merasakan ini, hari pertama dia menyesali segala perlakuan buruknya pada heaven.

[✓] House of memory | NCTWhere stories live. Discover now