Sing a Different Tune

8.1K 1.2K 246
                                    

Hestamma.


"The statistical reports you asked for are already on the table; I hope you can check them out in the morning because I'm running late."

Setelah kembali dari toilet, gue nggak sengaja berpapasan dengan Noah yang sepertinya baru saja mengunjungi ruangan gue. Hampir sama seperti apa yang dikatakannya, pria yang umurnya lebih muda daripada gue itu keliatan berantakan dan muram—nggak seperti biasanya.

Mungkin salah satu alasannya adalah karena dia nggak menepati janjinya untuk menyerahkan report yang gue minta dari beberapa hari lalu, dan baru bisa memberikannya ke gue hari ini—sore hari di saat jam kerja kami sudah hampir selesai.

Well, when working at Quick Guide, I was known for my icy, vicious demeanor, which was despised by many of my coworkers since I didn't know the phrase tolerance for mistakes and delays when completing something that was still linked to work. Gue nggak akan mencoba membela diri gue sendiri, karena kenyataannya—apa yang mereka bilang—memang benar adanya.

Dan keadaan Noah sore hari ini, lengkap dengan penjelasannya yang setengah-setengah itu nggak menarik sedikitpun simpati gue.

Gue cuma mengangguk, dan kembali melanjutkan langkah gue kembali ke ruangan sebelum bersiap-siap untuk pulang.

Yeah, there's nothing wrong with going where I'm going after work today. Dengan mood sejelek ini, gue juga nggak akan menikmati waktu gue di Anti:dote yang memang gue kunjungi setiap malam dan gue nggak berminat untuk lembur di saat keinginan gue cuma satu—pulang.

Selesai membereskan semua barang bawaan gue, gue melangkah keluar dari ruangan setelah memastikan semua pekerjaan hari ini selesai dan nggak ada yang terlewat. Di sepanjang jalan menuju basement, gue cuma tersenyum tipis—sisanya gue mengabaikan—sapaan beberapa staf Quick Guide yang kebetulan berpapasan dengan gue.

"Ke Anti:dote, nggak?"

Apa kantor Quick Guide memang sekecil ini, ya?

Wajah menyebalkan Bima, Devon, dan Jatmika terlihat jelas saat pintu lift yang ingin gue naiki menuju basement kantor terbuka.

What type of terrible luck am I in for now?

Lewat tatapan mata, gue bisa melihat Jatmika memutar kedua bola matanya sebelum membuang pandangannya ke arah lain.

Gue bener-bener lagi nggak ada mood untuk meladeni sikap menjengkelkan Jatmika sekarang, di saat keadaan gue juga lagi nggak baik-baik aja.

Kepala gue cuma menggeleng untuk menjawab pertanyaan Devon, sebelum akhirnya gue berjalan memasuki lift.

"Kenapa? Not at all like you. This is suspicious...," gumam Bima, berpura-pura membisikan Devon yang berdiri di sebelahnya.

Nggak berhenti sampai di sana, ternyata Devon juga ikut menimpali. "Is there an issue with your work? Since I see you rarely go there lately, right?"

Actually, I'm not sure when it started, but lately I've been preferring to head straight home after office hours. Ah, mungkin sejak malam di mana Laras bermalam di apartemen gue.

Ya, gue mungkin berubah gila sejak malam itu.

—berpikiran kalau Laras mungkin akan menunggu gue di apartemen, dan akan marah karena gue pulang terlalu malam. Dan, kenyataannya, hanya gelap yang menyambut gue begitu kembali ke apartemen.

There was no one else there; no Laras were waiting for me—just me alone.

Sampai pintu lift terbuka di basement, gue nggak punya keinginan untuk menjawab pertanyaan Devon dan kecurigaan Bima tadi.

WEARING A CAT ON OUR HEADS (COMPLETED)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें