HEARTSTOPPER

10.2K 1.5K 649
                                    

contains mature content appropriate for readers aged 21 and up. Please be wise and read books suited for your age. Thank you for your time.







Laras.

Gue udah gila, kayaknya.

I'll say it again. I think I've gone insane...

How could I have made such a rash decision? I mean... halooooo, ini gue Laras? Larasati Arasyiwara—bukan wanita lain! Ini gue Laras yang terkenal konsisten dengan apa yang dia ucapkan, yang cerdik... What exactly am I doing now? sitting in the living room of someone I've been avoiding, someone I'd never even considered entering in his prior existence...

Ya, kalau gue nggak gila, apa lagi, kan?

Oh, kalau gue keluar sekarang, pesan taxi—mungkin Hestamma yang bilang mau mengambil pesanan baju gue—which I have no idea what it means—nggak akan sadar dan gue bisa menyelamatkan diri gue sendiri dari rasa malu yang masih belum hilang sampai sekarang waktu Hestamma memutar balikkan ucapan gue ke dia sebelumnya.

Lagian, ya, Ras, mulut lo ini kenapa kalau sama Hestamma nggak bisa diatur yang bagus, sih?

Wait, ini juga bukan salah gue sepenuhnya, ya! Kalau aja Hestamma nggak menatap gue seakan dia mau makan gue, mungkin gue nggak akan melisankan satu kalimat bodoh yang akhirnya juga ikut menyerang diri gue sendiri tadi!

"No, it's entirely your responsibility, Ras." Tangan gue bergerak mengacak-acak rambut panjang gue yang terurai. "I wouldn't be here if I hadn't followed him from the beginning, would I?" racau gue, menatap ke arah sekitaran ruang apartemen Hestamma yang terasa sepi.

Harusnya, gue nggak ngomong begitu barusan karena setelahnya gue dengar suara bel berbunyi—BENTAR, INI BUKAN HESTAMMA, KAN?

Yeah, who is that moron that rings the doorbell in his own apartment when they want to enter their home?

Duh, Ras...

Sambil merapikan rambut gue yang gue yakini super acak-acakan, gue melangkah ke arah layar intercom. Siapa, nih? Cantik juga... So, what's with the shy expression she's making now? Hm... but, she's quite cute.

"Oh, hi?"

Selain menyalahkan gue yang nggak bisa pasang senyum cantik karena apa yang gue alami sebelumnya, gue nggak punya alasan lain kenapa gue jadi susah buat menyapa ramah si wanita yang berdiri di depan unit apartemen Hestamma saat ini.

"Is Esta inside?" tanyanya, menarik sudut bibirnya waktu menatap gue dengan tatapan heran.

Who the hell is Esta? "It appears that you got to the wrong unit because of the person you were looking for—"

"Oh, sorry. I mean, Hestamma," koreksi wanita itu cepat. Kepalanya sempat memanjang, mencoba mengintip ke dalam apartemen.

Well, dari informasi yang aku tahu, unit apartemen Hestamma memang sangat ketat soal penjagaannya dan melihat si wanita ini bisa berdiri di depan unit apartemen Hestamma, sudah bisa dipastikan kalau dia sudah pernah datang ke sini.

"Are you one of his coworkers who is visiting?" Wanita itu lalu mengulurkan tangannya. "Kumala—"

Hah? Gimana? "Did he really say that? If one of his coworkers comes to visit?" Gue terpaksa memotong perkenalan wanita bernama Kumala ini karena ucapannya sebelumnya cukup mengganggu gue.

Mungkin si Kumala rada ngeri ngeliat wajah gue, dia sampai melangkah mundur sambil menggelengkan kepalanya. "I'm simply speculating...," jawabnya terbata-bata.

WEARING A CAT ON OUR HEADS (COMPLETED)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن