25. Tujuan yang kini Tercapai

Comenzar desde el principio
                                    

Puncaknya dimana Altair mengetahui kalau Ziva berbuat jahat padanya. Ziva menjebaknya, membuatnya seolah tersangka atas kejahatan yang telah Ziva lakukan, benar-benar membuat Altair tidak tahan lagi dengan perempuan itu. Memaksa Altair untuk mengatakan suatu hal yang sekarang begitu ia sesali.

"Gue benar-benar benci sama lo, Ziva. Gue benar-benar menyesal pernah kenal dan dekat sama perempuan se egois lo! Pergi dari hidup gue! Pergi sejauh-jauhnya! Karena gue, nggak mau kenal dan berhubungan lagi sama perempuan egois kayak lo!"

Altair benar-benar menyesal dengan semua yang dia ucapkan pada hari itu karena faktanya kini, Altair tidak bisa untuk benar-benar membenci Ziva. Altair tidak ingin Ziva pergi dari hidupnya. Bukan Ziva yang egois, tapi dirinya.

Kalau saja hari itu ia mau mengalah dan mencoba untuk membalas perasaan Ziva, mungkin perempuan itu kini ada disampingnya. Ziva tidak akan sejauh sekarang hingga Altair merasa tidak akan bisa menggapainya lagi.

Melihat Ziva mulai melangkah untuk menjauhinya seperti yang saat itu ia inginkan, membuat Altair kini sadar kalau rasa sayang yang selama ini Altair miliki untuk Ziva, bukanlah sebagai seorang sahabat, melainkan seorang perempuan.

Altair tersenyum ketika memandangi foto kelulusan nya dengan Ziva saat SMA lewat galeri ponselnya. Keduanya memakai seragam SMA yang kemejanya sudah dipenuhi warna. Didalam foto Ziva terlihat kesal karena Altair mengacak rambutnya.

"Yes, you're right, Ziva. You're the only girl I'll always love. Because, You're 'My Love'."

––My true love."

Hari itu, Altair datang ke acara ulangtahun adik perempuan Dirga. Tadinya dia tidak ada niatan untuk datang. Malas sekali sebenarnya. Tidak ada untungnya dia datang ke acara ulangtahun anak 17-an. Apalagi mengetahui kalau Dirga juga mengundang Sagara. Mantan teman dekatnya. Namun, saat Dirga mengatakan kalau dia juga mengundang Ziva, Altair berubah pikiran. Dia jadi semangat karena, satu-satunya cara untuk bertemu langsung dengan Ziva adalah di acara ulangtahun itu.

Banyak cara yang Altair lakukan untuk bertemu Ziva akhir-akhir ini. Namun, semuanya jadi terasa sulit semenjak pertemuannya dengan Sagara hari itu. Sagara semakin memperketat pengawasannya terhadap Ziva.

Dia benar-benar tidak memberikan celah sedikitpun untuk Altair bisa mendekati Ziva. Benar-benar posessive, pikirnya.

Altair datang bersama Aurora. Perempuan itu memaksa padanya untuk ikut. Altair yang sudah malas mendengarkan rengekan Aurora jika sudah ngambek hanya menuruti saja.

Kedatangan mereka disambut oleh Dirga. Kini Altair bahkan tidak peduli dengan Dirga yang dulunya juga menyukai Aurora. Seolah dia tidak masalah kalau seandainya nanti Dirga merebut Aurora darinya. Padahal dulu, Altair selalu tidak suka Dirga berdekatan dengan Aurora, bahkan hanya untuk sekedar menatapnya.

Lagipula, Dirga juga terlihat sudah biasa saja sekarang. Dirga menyambut mereka dengan nada santai. Tidak ada canggung sama sekali, seperti dulunya mereka tidak pernah bersaing agar Aurora memilih salah satu dari mereka.

"Ini buat Meysha." Aurora menyerahkan paper bag berwarna baby pink pada Dirga. Sementara Meysha adalah nama adik perempuan Dirga.

"Thanks ya. By the way, ini dari lo?"

"Iya. Nggak mahal, tapi semoga aja Meysha suka." Aurora menjawab dengan senyum lembut.

"Meysha pasti suka. Meysha selalu menghargai apa yang dia dapat. Jadi lo nggak perlu merasa khawatir," balas Dirga.

Merasa Dejavu, Altair menoleh pada Dirga. Sama seperti Meysha, Ziva juga selalu menghargai pemberian darinya mau sekecil apapun nilainya. Sialan, Altair tidak bisa menahan lagi. Altair harus segera mengatakan tujuannya selama ini ingin bertemu Ziva. Tidak peduli nantinya Ziva suka atau tidak.

Figuran Wife [Republish]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora